makna laailaahaillallaah

# Ø Bila anda ditanya apa makna laailaahaillallaah?
# Ø Maka katakanlah makna laailaahaillallaah adalah menafikan (meniadakan) segala bentuk penyembahan kecuali hanya kepada Allah, sehingga segala bentuk ibadah ditujukan hanya kepada Allah bukan kepada yang lainnya, tidak kepada berhala berupa batu, pohon, kuburan dan semisalnya.


  • Ø Bila anda ditanya apa makna laailaahaillallaah?
  • Ø Maka katakanlah makna laailaahaillallaah adalah menafikan (meniadakan) segala bentuk penyembahan kecuali hanya kepada Allah, sehingga segala bentuk ibadah ditujukan hanya kepada Allah bukan kepada yang lainnya, tidak kepada berhala berupa batu, pohon, kuburan dan semisalnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (terjemahnya): Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (yang berhaq disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad: 19) dan juga firman Allah ta’ala (terjemahnya): “Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan. (QS. Al-‘ankabuut: 17) dan firman Allah ta’ala (terjemahnya): “Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak (benar untuk disembah) dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Luqman: 30) juga firman Allah ta’ala (terjemahnya): “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An-Nahl: 36) dan firman Allah ta’ala (terjemahnya): “Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): “Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada yang berhak disembah selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya). (QS. Al-Mukminuun: 32)
  • Ø Dan dalam Hadits dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu berkata: “bersabda Rasulullaah Shallaahu ‘alaihi wa sallam : Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh lebih cabang. Maka yang paling utamanya adalah ucapan Laailaaha illallaah (tiada yang berhak disembah selain Allah) dan yang paling rendahnya menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang iman. (HR. Muslim Rahimahullaah no. 51 cetakan lain no. 35)

Kesimpulan: makna laailaahaillallaah adalah menafikan (meniadakan) segala bentuk penyembahan kecuali hanya kepada Allah, sehingga segala bentuk ibadah ditujukan hanya kepada Allah bukan kepada selainnya, tidak kepada makhluq seperti berhala berupa batu, pohon, kuburan dan semisalnya atau selainnya.

Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah, tauhid Al Iradah dan Al Qasdu (keinginan dan tujuan). Jenis tauhid ini merupakan tujuan Perjalanan dan tempat persengkatan antara para rasul dan umat mereka. Setiap rasul datang dan berkata kepada kaumnya: “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! karena tidak ada Tuhan(yang berhak disembah) selain-Nya untuk kalian”.

http://shirotholmustaqim.wordpress.com/2010/01/16/tauhid-uluhiyah/

Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah, tauhid Al Iradah dan Al Qasdu (keinginan dan tujuan). Jenis tauhid ini merupakan tujuan Perjalanan dan tempat persengkatan antara para rasul dan umat mereka. Setiap rasul datang dan berkata kepada kaumnya: “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! karena tidak ada Tuhan(yang berhak disembah) selain-Nya untuk kalian”.

Mereka tidak berkata kepada kaumnya: “Wahai kaumku ! Ikrarkanlah sesungguhnya Allah adalah Rabb (Pencipta, Pemilik, dan Pengatur) kalian”, sebab mereka telah mengikrarkannya.

Tetapi, para rasul menuntut mereka agar beribadah kepada Tuhan yang telah mereka ikrarkan rububiyah-Nya, yakni sesungguhnya hanya Dia saja sebagai pencipta, pemberi rezeki, serta mengatur segala sesuatu. Demikianlah, para rasul menuntut mereka mengesakan peribadatan kepada-Nya saja, sebagaimana mereka telah mengesakan-Nya sebagai pencipta dan pengatur. Jadi, para rasul itu (menuntut) hujjah pada mereka atas apa yang telah mereka ikrarkan.

Al Qur’an yang mulai menyebutkan tauhid rububiyah dalam rangka membantah orang-orang kafir dan menuntut mereka dengan sesuatu yang mengharuskan mereka.

Wahai orang-orang kafir! Selama kalian mengakui bahwa hanya Allahlah yang mencipta, yang memberi rezeki, dan yang menyelamatkan dari kebinasaan, serta yang menyelamatkan dari berbagai macam kesulitan, lalu mengapa kalian berpaling kepada selain-Nya yang tidak bisa mencipta, memberi rezeki, dan sedikitpun tidak memiliki kemampuan mengurusi perkara, serta tidak memiliki kemampuan mengurusi ciptaan.

“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil Pelajaran?”(QS. An Nahl: 17)

Oleh karenanya, tauhid uluhiyah adalah tauhid yang telah diserukan oleh para rasul dan mereka menuntut kaumnya untuk menegakkan tauhid itu. Senantiasa terjadi permusuhan antara ahli tauhid dengan kaum yang menyimpang dari dulu hingga sekarang disebabkan jenis tauhid ini. Orang-orang yang berAqidah yang selamat menuntut kepada orang-orang yang menyimpang dari tauhid uluhiyah yang kembali kepada agama musyrikin dengan melakukan peribadatan kepada kubur-kubur dan mensucikan orang-orang, serta Memberikan kekhususan rubbubiyah kepada mereka agar kembali kepada Aqidah yang selamat dan mengesakan Allah ‘Azza wa Jalla dalam melakukan ibadah, serta meninggalkan perkara yang membahayakan yang ada pada diri mereka. Ini adalah agama jahiliyah, bahkan penyimpangan mereka lebih dari agama jahiliyah itu karena kaum jahiliyah memurnikan doa untuk Allah dalam kesempatan dan menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla dalam keadaan lapang.

Adapun kaum yang menyimpang, mereka selalu dalam kesyirikan baik ketika lapang maupun sempit, bahkan kesyirikan mereka dalam keadaan sempit lebih parah lagi tatkala merasakan kesempatan kamu akan mendengar mereka meminta bantuan kepada para wali, orang-orang yang dikubur, dan orang-orang yang mati. Sedangkan kaum musyrikin (dahulu) tatkala ditimpa suatu bahaya, mereka memurnikan doa kepada Allah.

Inilah macam tauhid kedua, yaitu tauhid yang diserukan oleh para rasul kepada semua umat agar mereka mengikhlaskan agama bagi Allah dan itulah yang menjadi tempat perselisihan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam memerangi kaum musyrikin sehingga mereka meninggalkan (kesyirikannya)nya.

Demikianlah makna “La ilaha illallahu”. Karena “Al Ilah” maknanya “yang disembah”, jadi “La ilaha illallahu” maknanya adalah “tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi”.

Al llah tidak memiliki makna sebagaimana dikatakan oleh sebagian orang-orang yang sesat tatkala mereka berkata: “Sesungguhnya makna Al llah adalah yang mampu membuat dan mencipta” Ini tidak benar, sebaliknya Al llah bermakna “yang disembah” (Al Ma’bud) karena ia dari kalimat “Alaha yaklahu” yang berarti dicintai dan disembah.

Syarah Qowa’idul Arba’ – Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan