Bahaya Televisi, Parabola, Youtube dan sejenisnya

Ilmu Islam Salafy🖋علم الإسلام السلفي:
بسم اللــــه الرحمـــــــــن الرحيم

📺 Bahaya Televisi, Parabola, Youtube dan sejenisnya

💫 Syaikh Muhammad bin Sholih Al’Utsaimin hafidzhohulloh ditanya:

السؤال

سائلة تقول أنا امرأة ملتزمة -ولله الحمد- أريد أن أربي أولادي التربية الإسلامية الصحيحة، وزوجي هداه الله يوجد لديه دش -أعني القنوات الفضائية وما يعرض فيها مما يستحى من ذكره- وزوجي يسمح لأولادي بمشاهدة هذا الدش حتى إن أولادي تغيرت أخلاقهم، وعندما نصحت زوجي بإخراج الدش من البيت ضربني ضربا شديدا، وأنا أريد الطلاق منه فما رأيك يا فضيلة الشيخ؟

❓Pertanyaan:

Seorang penanya berkata: Saya seorang wanita yang berkomitmen -dan segala puji hanya bagi Alloh- saya ingin membesarkan anak-anak saya dengan pendidikan Islam yang benar. Dan suamiku -semoga Alloh memberinya petunjuk- didapati padanya Disy -yaitu saluran satelit parabola dan apa yang terkandung di dalamnya dari perkara yang memalukan untuk disebut- dan suami saya mengizinkan anak-anak saya untuk menonton saluran ini, sampai-sampai anak-anak saya telah berubah moralnya, dan ketika saya menasihati suami saya untuk mengeluarkan saluran parabola dari rumah, dia memukuli saya dengan keras, dan saya ingin cerai darinya, jadi bagaimana menurutmu wahai Syaikh?
الجواب

أما الزوج فإني أوجه إليه نصيحة وأقول له اتق الله في نفسك، واتق الله في أهلك، واعلم أنك مسئول عن هذا فقد قال الله عز وجل ﴿يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا﴾ [التحريم6] هذا الخطاب الذي حملك الله تعالى أن تقي نفسك وأهلك النار سوف تسأل عنه يوم القيامة.

✅Jawaban:

Adapun sang suami, maka saya ingin memberinya nasihat dan berkata kepadanya: bertakwalah kepada Alloh dalam diri Anda sendiri, dan bertakwalah kepada Alloh dalam keluarga Anda, dan ketahuilah bahwa Anda bertanggung jawab untuk ini, karena Alloh azza wa jall berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api meraka”. [Al-Tahrim 6]
Ini adalah pembicaraan yang Allah ta’ala membawa Anda untuk takut pada diri anda dan keluarga anda dari neraka, yang akan ditanya tentangnya pada hari kiamat.

ثانيا قال النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم الرجل راع في أهله ومسئول عن رعيته.فقد جعلك النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم راعيا على أهلك وحملك المسئولية، فكيف تجلب إليهم هذا الدش الذي لا أحد يشك فيما يعرض فيه من المنكرات العظيمة التي أفسدت العقائد والأفكار والأخلاق والآداب؟ كيف ترضى لنفسك بهذا ولأهلك بهذا.

Kedua, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Laki-laki itu adalah penggembala dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” Maka Nabi shollalloohu’alaihi wa sallam menjadikan Anda seorang gembala/pemimpin atas keluarga Anda dan membebani Anda dengan tanggung jawab. Maka bagaimana engkau mendatangkan parabola ini kepada mereka yang tidak ada satupun yang meragukan kemungkaran-kemungkaran besar yang terkandung di dalamnya yang merusak ‘aqidah-‘aqidah, akal-akal, akhlaq dan adab-adab? Bagaimana Anda rela dengan hal ini, dan keluarga Anda dengan ini?

ولا شك أن المرأة إذا كان ما ذكرته صحيحا أنها على صواب، وأن الرجل ليس على صواب، بل إن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم قال ما من عبد يسترعيه الله على رعية -أو قال استرعاه الله على رعية- يموت يوم يموت وهو غاش لرعيته إلا حرم الله عليه الجنة.نسأل الله العافية، ونحن نسأل وننظر هل ينطبق هذا الحديث على هؤلاء القوم. أولا نسأل هل هذا الرجل استرعاه الله على رعية؟ وهل كونه يجلب هذه الآلة الخبيثة المدمرة للعقيدة والفكر والخلق والعمل، هل هو ناصح أو غاش؟ غاش، فإذا مات فإنه يدخل في الحديث، إن النبي عليه الصلاة والسلام جزم وعمم ما من عبد استرعاه الله على رعية يموت يوم يموت وهوغاش لرعيته إلا حرم الله عليه الجنة.

Tidak ada keraguan bahwa sang wanita, jika apa yang engkau sebutkan itu benar, maka dia benar, dan pria itu tidak benar, bahkan, Nabi shollalloohu’alaihi wa sallam berkata, “Tidak ada seorangpun diantara hamba yang Alloh jadikan dia pemimpin atas suatu rakyat- atau beliau berkata, yang Alloh telah menjadikan dia pemimpin atas suatu yang dipimpin- lalu dia mati pada hari dia mati dalam keadaan dia menipu yang dipimpinnya kecuali Alloh mengharamkan surga baginya”,

kami memohon kepada Alloh kesejahteraan , dan kami bertanya dan melihat apakah hadits ini berlaku untuk orang-orang ini?, Pertama, kami bertanya, apakah orang ini dijadikan pimpinan oleh Alloh atas yang dipimpinnya? Dan apakah keadaan dia yang membawa alat yang menjijikkan yang membahayakan akidah, pemikiran, moral dan amalan ini, apakah dia itu penasihat atau penipu? Dia penipu, dan jika dia mati dia masuk ke dalam hadits, sungguh Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam telah memastikan dan mengumumkan bahwa tidak ada seorang hamba yang dititipkan Alloh kepemimpinan atas suatu yang dipimpin yang mati yang pada hari dia meninggal dalam keadaan menipu gembalaan (yang dipimpin)nya kecuali Alloh mengharamkan surga baginya.

ولكن يجب أن نعلم أننا نقول بهذا على سبيل العموم لا على سبيل الخصوص بمعنى أننا لا نشهد لهذا الرجل المعين الذي أتى بالدش ومكن أهله مما فيه لا نقول هو نفسه لا يدخل الجنة؛ لأننا لا ندري، ربما يتوب، ربما يكون له حسنات عظيمة تمحو هذه السيئات، ربما يعفو الله عنه، لكن على سبيل العموم لا إشكال في أننا نجزم بما قاله الرسول عليه الصلاة والسلام، ويجب علينا أن نجزم بما قال الرسول، ولكن هناك فرق بين التعيين وبين التعميم، لذلك لو مات الإنسان وهو جالب لأهله هذه الآلة الخبيثة فلا يجوز أن نقول لأهله إن صاحبكم قد حرم الله عليه الجنة، لماذا؟ لأننا لا نعين على أحد لا عذابا ولا نعيما إلا ما عينه الرسول عليه الصلاة والسلام.

Tetapi kita harus tahu bahwa kita mengatakan ini secara umum, tidak secara khusus, artinya kita tidak bersaksi tentang pria ini yang secara tersendiri yang mendatangkan saluran parabola dan memberdayakan keluarganya dengan apa yang ada di dalamnya, kami tidak mengatakan (memastikan) bahwa dia sendiri tidak akan masuk Surga, karena kita tidak tahu, mungkin dia bertaubat, mungkin dia memiliki amal baik yang besar yang menghapus perbuatan buruk ini, dia mungkin diampuni oleh Alloh, tetapi secara umum tidak ada keraguan dalam hal yang kita tegaskan dari apa yang Rosululloh shollalloohu’alaihi wa sallam telah katakan, dan kita harus yakin dengan apa yang dikatakan Rosul, tetapi ada perbedaan antara memvonis secara individu dan secara umum, jadi jika seseorang meninggal sambil membawa alat menjijikan ini kepada keluarganya, tidak boleh bagi kita untuk mengatakan kepada keluarganya bahwa sahabatmu telah diharomkan oleh Alloh surga atasnya, mengapa? Karena kami tidak menentukan (secara individu) siapa pun, tidak siksaan maupun kebahagiaan (di akhirat), kecuali apa yang telah ditentukan oleh Rosululloh shollalloohu’alaihi wa sallam.

كما أننا لو رأينا شخصا جلدا شجاعا مقداما يقاتل الأعداء ثم قتل في الصف هل نقول إنه شهيد؟ لا نقول إنه شهيد، مع أن فعله ظاهره أنه شهيد، لكن لا نقول إنه شهيد؛ لأننا لا ندري، والمدار على ما في القلب، ولهذا قال النبي عليه الصلاة والسلام ما من مكلوم يكلم في سبيل الله (والله أعلم) بمن يكلم في سبيله إلا جاء يوم القيامة وجرحه يثعب دما اللون لون الدم والريح ريح المسك.فقال والله أعلم، نحن لا ندري، ربما يكون عند آخر لحظة حصل له ما يبطل هذا العمل.

Demikian juga, jika kita melihat orang yang kuat, teguh, dan pemberani melawan musuh dan kemudian terbunuh dalam barisan, apakah kita mengatakan bahwa dia adalah seorang syahid? Kami tidak mengatakan bahwa dia seorang syahid, meskipun tampaknya dia seorang syahid, tetapi kami tidak mengatakan (memastikan) bahwa dia seorang syahid, karena kita tidak mengetahui, dan perputarannya ada pada apa yang ada di dalam hati, dan itulah sebabnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada orang yang terluka, yang dilukai di jalan Alloh, (Alloh lebih mengetahui) siapa yang terluka di jalannya kecuali bahwa dia akan datang pada hari kebangkitan dan lukanya akan mengalirkan darah, warna darah, dan baunya bau kesturi.” Beliau berkata, “Dan Alloh lebih tahu”, Kami tidak tahu, mungkin pada saat terakhir sesuatu terjadi padanya yang membatalkan amalan ini.

وقد بوب البخاري رحمه الله في صحيحه على هذا فقال باب لا يقال فلان شهيد، فالخير والشر -يعني العقوبة والمثوبة- كلها لا نشهد للشخص المعين، لكن نشهد على سبيل العموم، فيجب أن تلاحظوا هذا، ولهذا صدر منا خطبة بينا فيها أن من خلف لأهله هذه الآلة الخبيثة فإنه يحرم من دخول الجنة، لكن لا نقول فلان ابن فلان يحرم ولو خلف لأهله، ولما رأينا بعض الناس استغرق في هذا الشيء، وخفنا أن الناس يعير بعضهم بعضا، يصير كل واحد يأتي لشخص يكون خلف الدش يقول أبوك حرام عليه الجنة. ويحصل في هذا شيء من الفتنة، قلناإن من فعل ذلك فإنه يخشى أن ينطبق عليه الوعيد. وهذا ليس تغييرا للفتوى، فمن حيث الحكم ما تغيرت، لكنها تغيرت من ناحية اللفظ خوفا من أن يتوهم الناس فيها معنى فاسدا.

Al-Bukhory, semoga Alloh merahmatinya, membuat bab hal ini dalam shohih-nya, beliau berkata: “Bab tidak di katakan si fulan adalah syahid”. Maka baik dan buruk -yaitu hukuman dan pahala- semuanya tidak kita persaksikan pada orang tertentu, tetapi kami bersaksi secara umum, jadi engkau harus memperhatikan hal ini, dan untuk ini kami mengeluarkan pembahasan di mana kami menjelaskan bahwa siapa pun yang meninggalkan untuk keluarganya alat yang menjijikkan ini maka sungguh diharamkan baginya masuk surga, tetapi kami tidak mengatakan fulan bin fulan diharamkan, walaupun dia meninggalkan keluarganya. Dan ketika kami melihat beberapa orang tenggelam dalam hal ini, dan kami takut orang-orang akan saling mencela satu sama lain, lalu setiap individu akan mendatangi seseorang yang ada dibelakang saluran parabola lalu mengatakan ayahmu diharmkan baginya surga, lalu sesuatu dari fitnah akan terjadi dalam hal ini, maka kami mengatakan bahwa siapa pun yang melakukan itu maka ditakutkan ancaman akan menimpanya, dan ini bukanlan perubahan fatwa, dari segi hukumnya tidak berubah, akan tetapi perubahan dari segi arah lafadhnya karena ditakutkan orang akan membayangkan makna yang rusak di dalamnya.

وأرى أن لها أن تطلب الطلاق، ولكن يجب أن تتأمل ماذا يحدث بعد الطلاق وهي لها أولاد، فربما يحصل تفرق الأولاد، وربما يحصل أن الزوج يتسلط على الأولاد ويأخذهم، وتحصل مطالبات ومنازعات، فأرى أن تصبر وتحتسب، وهي إذا حصلت المعصية بدون رضا منها فليس عليها إثم.

Saya memandang dia (wanita itu) berhak meminta cerai, tetapi dia harus memikirkan apa yang terjadi setelah perceraian ketika dia memiliki anak. Mungkin pemisahan anak-anak dapat terjadi, dan mungkin terjadi bahwa suami memiliki kendali atas anak-anak dan mengambil mereka, dan klaim dan perselisihan akan muncul, maka saya memandang agar dia bersabar dan memperhitungkan, yaitu jika terjadi suatu maksiat tanpa dia ridhoi maka tidak ada dosa atasnya (wanita tersebut).

المصدر سلسلة اللقاء الشهري اللقاء الشهري [42]

Sumber: Seri Pertemuan Bulanan [42]

_042_22
من فتاوى الشيخ العلامة محمد بن صالح العثيمين رحمه الله

https://t.me/aby_yousef_hamid_jamali/7145

🌕🌏🌕🌏🌕🌏🌕🌏🌕🌏🌕

Mutarjim:

أبو إبراهيم بن سالم المكاسري البغيسي الإندونيسي

https://t.me/ilmui

#share_gratis_tanpa_meminta_donasi

Penulis: Admin

Ingatlah bahwa tiada yang berhak disembah selain Allah

Tinggalkan komentar