MENGENAL KITAB SESAT AL-BARZANJY

Kitab ini oleh sebagian orang seakan memiliki kemualiaan, pahala bagi yang membacanya, bahkan dapat memberikan keselamatan dan kebahagiaan dunia serta menolak marabahaya/ bencana bagi pengamalnya.

MENGENAL

KITAB AL-BARZANJY

  

  1. Nama Kitab.

 

Kitab yang masyhur di kalangan kaum muslimin dibanyak tempat menjadi kitab adat masyarakat, dianjurlkan untuk dibaca, bahkan didakwahkan (disebar luaskan) dan tidak segan-segan diperjuangkan dihadapan orang yang menentangnya. Lanjutkan membaca “MENGENAL KITAB SESAT AL-BARZANJY”

Hukum Qunut Subuh

Pertanyaan :

Salah satu masalah kontraversial di tengah masyarakat adalah qunut Shubuh. Sebagian menganggapnya sebagai amalan sunnah, sebagian lain menganggapnya pekerjaan bid’ah. Bagaimanakah hukum qunut Shubuh sebenarnya ?

Jawab :

Dalam masalah ibadah, menetapkan suatu amalan bahwa itu adalah disyariatkan (wajib maupun sunnah) terbatas pada adanya dalil dari Al-Qur’an maupun As-sunnah yang shohih menjelaskannya. Kalau tidak ada dalil yang benar maka hal itu tergolong membuat perkara baru dalam agama (bid’ah), yang terlarang dalam syariat Islam sebagaimana dalam hadits Aisyah riwayat Bukhary-Muslim :

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَد ٌّ. وَ فِيْ رِوَايَةِ مُسْلِمٍ : ((مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمُرُنَا فَهُوَ رَدَّ

“Siapa yang yang mengadakan hal baru dalam perkara kami ini (dalam Agama-pent.) apa yang sebenarnya bukan dari perkara maka hal itu adalah tertolak”. Dan dalam riwayat Muslim : “Siapa yang berbuat satu amalan yang tidak di atas perkara kami maka ia (amalan) adalah tertolak”.

Dan ini hendaknya dijadikan sebagai kaidah pokok oleh setiap muslim dalam menilai suatu perkara yang disandarkan kepada agama.

Setelah mengetahui hal ini, kami akan berusaha menguraikan pendapat-pendapat para ulama dalam masalah ini.

Uraian Pendapat Para Ulama

Ada tiga pendapat dikalangan para ulama, tentang disyariatkan atau tidaknya qunut Shubuh.

Pendapat pertama : Qunut shubuh disunnahkan secara terus-menerus, ini adalah pendapat Malik, Ibnu Abi Laila, Al-Hasan bin Sholih dan Imam Syafi’iy.

Pendapat kedua : Qunut shubuh tidak disyariatkan karena qunut itu sudah mansukh (terhapus hukumnya). Ini pendapat Abu Hanifah, Sufyan Ats-Tsaury dan lain-lainnya dari ulama Kufah.

Pendapat ketiga : Qunut pada sholat shubuh tidaklah disyariatkan kecuali pada qunut nazilah maka boleh dilakukan pada sholat shubuh dan pada sholat-sholat lainnya. Ini adalah pendapat Imam Ahmad, Al-Laits bin Sa’d, Yahya bin Yahya Al-Laitsy dan ahli fiqh dari para ulama ahlul hadits.

Dalil Pendapat Pertama

Dalil yang paling kuat yang dipakai oleh para ulama yang menganggap qunut subuh itu sunnah adalah hadits berikut ini :

مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا

“Terus-menerus Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa a lihi wa sallam qunut pada sholat Shubuh sampai beliau meninggalkan dunia”.

Dikeluarkan oleh ‘Abdurrozzaq dalam Al Mushonnaf 3/110 no.4964, Ahmad 3/162, Ath-Thoh awy dalam Syarah Ma’ani Al Atsar 1/244, Ibnu Syahin dalam Nasikhul Hadits Wamansukhih no.220, Al-Ha kim dalam kitab Al-Arba’in sebagaimana dalam Nashbur Royah 2/132, Al-Baihaqy 2/201 dan dalam Ash-Shugro 1/273, Al-Baghawy dalam Syarhus Sunnah 3/123-124 no.639, Ad-Daruquthny dalam Sunannya 2/39, Al-Maqdasy dalam Al-Mukhtaroh 6/129-130 no.2127, Ibnul Jauzy dalam At-Tahqiq no.689-690 dan dalam Al-’Ilal Al-Mutanahiyah no.753 dan Al-Khatib Al-Baghdady dalam Mudhih Auwan Al Jama’ wat Tafr iq 2/255 dan dalam kitab Al-Qunut sebagaimana dalam At-Tahqiq 1/463.

Semuanya dari jalan Abu Ja’far Ar-Rozy dari Ar-Robi’ bin Anas dari Anas bin Malik.

Hadits ini dishohihkan oleh Muhammad bin ‘Ali Al-Balkhy dan Al-Hakim sebagaimana dalam Khulashotul Badrul Munir 1/127 dan disetujui pula oleh Imam Al-Baihaqy. Namun Imam Ibnu Turkumany dalam Al-Jauhar An-Naqy berkata : “Bagaimana bisa sanadnya menjadi shohih sedang rowi yang meriwayatkannya dari Ar-Rob i’ bin Anas adalah Abu Ja’far ‘Isa bin Mahan Ar-Rozy mutakallamun fihi (dikritik)”. Berkata Ibnu Hambal dan An-Nasa`i : “Laysa bil qowy (bukan orang yang kuat)”. Berkata Abu Zur’ah : ” Yahimu katsiran (Banyak salahnya)”. Berkata Al-Fallas : “Sayyi`ul hifzh (Jelek hafalannya)”. Dan berkata Ibnu Hibban : “Dia bercerita dari rowi-rowi yang masyhur hal-hal yang mungkar”.”

Dan Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad jilid I hal.276 setelah menukil suatu keterangan dari gurunya Ibnu Taimiyah tentang salah satu bentuk hadits mungkar yang diriwayatkan oleh Abu Ja’far Ar-Rozy, beliau berkata : “Dan yang dimaksudkan bahwa Abu Ja’far Ar-R ozy adalah orang yang memiliki hadits-hadits yang mungkar, sama sekali tidak dipakai berhujjah oleh seorang pun dari para ahli hadits periwayatan haditsnya yang ia bersendirian dengannya”.

Dan bagi siapa yang membaca keterangan para ulama tentang Abu Ja’far Ar-R ozy ini, ia akan melihat bahwa kritikan terhadap Abu Ja’far ini adalah Jarh mufassar (Kritikan yang jelas menerangkan sebab lemahnya seorang rawi). Maka apa yang disimpulkan oleh Ibnu Hajar dalam Taqrib-Tahdzib sudah sangat tepat. Beliau berkata : “Shoduqun sayi`ul hifzh khususon ‘anil Mughiroh (Jujur tapi jelek hafalannya, terlebih lagi riwayatnya dari Mughirah).

Maka Abu Ja’far ini lemah haditsnya dan hadits qunut subuh yang ia riwayatkan ini adalah hadits yang lemah bahkan hadits yang mungkar.

Dihukuminya hadits ini sebagai hadits yang mungkar karena 2 sebab :

Satu : Makna yang ditunjukkan oleh hadits ini bertentangan dengan hadits shohih yang menunjukkan bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam tidak melakukan qunut kecuali qunut nazilah, sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik :

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَقْنُتُ إِلاَّ إِذَا دَعَا لِقَوْمٍ أَوْ عَلَى قَوْمٍ

“Sesungguhnya Nabi shollallahu ‘alaihi wa a lihi wa sallam tidak melakukan qunut kecuali bila beliau berdo’a untuk (kebaikan) suatu kaum atau berdo’a (kejelekan atas suatu kaum)” . Dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah 1/314 no. 620 dan dan Ibnul Jauzi dalam At-Tahqiq 1/460 dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 639.

Kedua : Adanya perbedaan lafazh dalam riwayat Abu Ja’far Ar-Rozy ini sehingga menyebabkan adanya perbedaan dalam memetik hukum dari perbedaan lafazh tersebut dan menunjukkan lemahnya dan tidak tetapnya ia dalam periwayatan. Kadang ia meriwayatkan dengan lafazh yang disebut di atas dan kadang meriwayatkan dengan lafazh :

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ فٍي الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Nabi shollahu ‘alahi wa alihi wa sallam qunut pada shalat Subuh”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf 2/104 no.7003 (cet. Darut Taj) dan disebutkan pula oleh imam Al Maqdasy dalam Al Mukhtarah 6/129.

emudian sebagian para ‘ulama syafi’iyah menyebutkan bahwa hadits ini mempunyai beberapa jalan-jalan lain yang menguatkannya, maka mari kita melihat jalan-jalan tersebut :

Jalan Pertama : Dari jalan Al-Hasan Al-Bashry dari Anas bin Malik, beliau berkata :

قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَأَبُوْ بَكْرٍ وَعُمْرَ وَعُثْمَانَ وَأَحْسِبُهُ وَرَابِعٌ حَتَّى فَارَقْتُهُمْ

“Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa alihi wa Sallam, Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman, dan saya (rawi) menyangka “dan keempat” sampai saya berpisah denga mereka”.

Hadits ini diriwayatkan dari Al Hasan oleh dua orang rawi :

Pertama : ‘Amru bin ‘Ubaid. Dikeluarkan oleh Ath-Thohawy dalam Syarah Ma’ani Al Atsar 1/243, Ad-Daraquthny 2/40, Al Baihaqy 2/202, Al Khatib dalam Al Qunut dan dari jalannya Ibnul Jauzy meriwayatkannya dalam At-Tahqiq no.693 dan Adz-Dzahaby dalam Tadzkiroh Al Huffazh 2/494. Dan ‘Amru bin ‘Ubaid ini adalah gembong kelompok sesat Mu’tazilah dan dalam periwayatan hadits ia dianggap sebagai rawi yang matrukul hadits (ditinggalkan haditsnya).

Kedua : Isma’il bin Muslim Al Makky, dikeluarkan oleh Ad-Da raquthny dan Al Baihaqy. Dan Isma’il ini dianggap matrukul hadits oleh banyak orang imam. Baca : Tahdzibut Tahdzib.

Catatan :

Berkata Al Hasan bin Sufyan dalam Musnadnya : Menceritakan kepada kami Ja’far bin Mihr on, (ia berkata) menceritakan kepada kami ‘Abdul Warits bin Sa’id, (ia berkata) menceritakan kepada kami Auf dari Al Hasan dari Anas beliau berkata :

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقْتُهُ

“Saya sholat bersama Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa alihi wa Sallam maka beliau terus-menerus qunut pada sholat Subuh sampai saya berpisah dengan beliau”.

Riwayat ini merupakan kekeliruan dari Ja’far bin Mihron sebagaimana yang dikatakan oleh imam Adz-Dzahaby dalam Mizanul I’tidal 1/418. Karena ‘Abdul Warits tidak meriwayatkan dari Auf tapi dari ‘Amru bin ‘Ubeid sebagaiman dalam riwayat Abu ‘Umar Al Haudhy dan Abu Ma’mar – dan beliau ini adalah orang yang paling kuat riwayatnya dari ‘Abdul Warits-.

Jalan kedua : Dari jalan Khalid bin Da’laj dari Qotadah dari Anas bin M alik :

صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَخَلْفَ عُمَرَ فَقَنَتَ وَخَلْفَ عُثْمَانَ فَقَنَتَ

“Saya sholat di belakang Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam lalu beliau qunut, dan dibelakang ‘umar lalu beliau qunut dan di belakang ‘Utsman lalu beliau qunut”.

Dikeluarkan oleh Al Baihaqy 2/202 dan Ibnu Syahin dalam Nasikhul Hadi ts wa Mansukhih no.219. Hadits di atas disebutkan oleh Al Baihaqy sebagai pendukung untuk hadits Abu Ja’far Ar-Rozy tapi Ibnu Turkumany dalam Al Jauhar An Naqy menyalahkan hal tersebut, beliau berkata : “Butuh dilihat keadaan Khalid apakah bisa dipakai sebagai syahid (pendukung) atau tidak, karena Ibnu Hambal, Ibnu Ma’in dan Ad-Daruquthny melemahkannya dan Ibnu Ma’ in berkata di (kesempatan lain) : laisa bi syay`in (tidak dianggap) dan An-Nasa`i berkata : laisa bi tsiqoh (bukan tsiqoh). Dan tidak seorangpun dari pengarang Kutubus Sittah yang mengeluarkan haditsnya. Dan dalam Al-Mizan, Ad Daraquthny mengkategorikannya dalam rowi-rowi yang matruk.

Kemudian yang aneh, di dalam hadits Anas yang lalu, perkataannya “Terus-menerus beliau qunut pada sholat Subuh hingga beliau meninggalkan dunia”, itu tidak terdapat dalam hadits Khal id. Yang ada hanyalah “beliau (nabi) ‘alaihis Salam qunut”, dan ini adalah perkara yang ma’ruf (dikenal). Dan yang aneh hanyalah terus-menerus melakukannya sampai meninggal dunia. Maka di atas anggapan dia cocok sebagai pendukung, bagaimana haditsnya bisa dijadikan sebagai syahid (pendukung)”.

Jalan ketiga : Dari jalan Ahmad bin Muhammad dari Dinar bin ‘Abdillah dari Anas bin Malik :

مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْصُبْحِ حَتَّى مَاتَ

“Terus-menerus Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa a lihi wa Sallam qunut pada sholat Subuh sampai beliau meninggal”.

Dikeluarkan oleh Al Khatib dalam Al Qunut dan dari jalannya, Ibnul Jauzy dalam At-Tahq iq no. 695.

Ahmad bin Muhammad yang diberi gelar dengan nama Ghulam Khalil adalah salah seorang pemalsu hadits yang terkenal. Dan Dinar bin ‘Abdillah, kata Ibnu ‘Ady : “Mungkarul hadits (Mungkar haditsnya)”. Dan berkata Ibnu Hibba n : “Ia meriwayatkan dari Anas bin Malik perkara-perkara palsu, tidak halal dia disebut di dalam kitab kecuali untuk mencelanya”.

Kesimpulan pendapat pertama:

Jelaslah dari uraian diatas bahwa seluruh dalil-dalil yang dipakai oleh pendapat pertama adalah hadits yang lemah dan tidak bisa dikuatkan.

Kemudian anggaplah dalil mereka itu shohih bisa dipakai berhujjah, juga tidak bisa dijadikan dalil akan disunnahkannya qunut subuh secara terus-menerus, sebab qunut itu secara bahasa mempunyai banyak pengertian. Ada lebih dari 10 makna sebagaimana yang dinukil oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar dari Al-Iraqi dan Ibnul Arabi.

1) Doa

2) Khusyu’

3) Ibadah

4) Taat

5) Menjalankan ketaatan.

6) Penetapan ibadah kepada Allah

7) Diam

8 ) Shalat

9) Berdiri

10) Lamanya berdiri

11) Terus menerus dalam ketaatan

Dan ada makna-makna yang lain yang dapat dilihat dalam Tafsir Al-Qurthubi 2/1022, Mufradat Al-Qur’an karya Al-Ashbahany hal. 428 dan lain-lain.

Maka jelaslah lemahnya dalil orang yang menganggap qunut subuh terus-menerus itu sunnah.

Dalil Pendapat Kedua

Mereka berdalilkan dengan hadits Abu Hurairah riwayat Bukhary-Muslim :

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ حِيْنَ يَفْرَغُ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ مِنَ الْقِرَاءَةِ وَيُكَبِّرُ وَيَرْفَعُ رَأْسَهُ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ يَقُوْلُ وَهُوَ قَائِمٌ اَللَّهُمَّ أَنْجِ اَلْوَلِيْدَ بْنَ الْوَلِيْدِ وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِيْ رَبِيْعَةَ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الْمُُؤْمِنِيْنَ اَللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ وَاجْعَلْهَا عَلَيْهِمْ كَسِنِيْ يُوْسُفَ اَللَّهُمَّ الْعَنْ لِحْيَانَ وَرِعْلاً وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ عَصَتِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ ثُمَّ بَلَغَنَا أَنَهُ تَرَكَ ذَلِكَ لَمَّا أَنْزَلَ : (( لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُوْنَ ))

“Adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam ketika selesai membaca (surat dari rakaat kedua) di shalat Fajr dan kemudian bertakbir dan mengangkat kepalanya (I’tidal) berkata : “Sami’allahu liman hamidah rabbana walakal hamdu, lalu beliau berdoa dalaam keadaan berdiri. “Ya Allah selamatkanlah Al-Walid bin Al-Walid, Salamah bin Hisyam, ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan orang-orang yang lemah dari kaum mu`minin. Ya Allah keraskanlah pijakan-Mu (adzab-Mu) atas kabilah Mudhar dan jadianlah atas mereka tahun-tahun (kelaparan) seperti tahun-tahun (kelaparan yang pernah terjadi pada masa) Nabi Yusuf. Wahai Allah, laknatlah kabilah Lihyan, Ri’lu, Dzakw an dan ‘Ashiyah yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian sampai kepada kami bahwa beliau meningalkannya tatkala telah turun ayat : “Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim”. (HSR.Bukhary-Muslim)

Berdalilkan dengan hadits ini menganggap mansukh-nya qunut adalah pendalilan yang lemah karena dua hal :

Pertama : ayat tersebut tidaklah menunjukkan mansukh-nya qunut sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Al-Qurthuby dalam tafsirnya, sebab ayat tersebut hanyalah menunjukkan peringatan dari Allah bahwa segala perkara itu kembali kepada-Nya. Dialah yang menentukannya dan hanya Dialah yang mengetahui perkara yang ghoib.

Kedua : Diriwayatkan oleh Bukhary – Muslim dari Abu Hurairah, beliau berkata :

وَاللهِ لَأَقْرَبَنَّ بِكُمْ صَلاَةَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ يَقْنُتُ فِي الظُّهْرِ وَالْعِشَاءِ الْآخِرَةِ وَصَلاَةِ الْصُبْحِ وَيَدْعُوْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَيَلْعَنُ الْكُفَّارَ.

Dari Abi Hurairah radliyallahu `anhu beliau berkata : “Demi Allah, sungguh saya akan mendekatkan untuk kalian cara shalat Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam. Maka Abu Hurairah melakukan qunut pada shalat Dhuhur, Isya’ dan Shubuh. Beliau mendoakan kebaikan untuk kaum mukminin dan memintakan laknat untuk orang-orang kafir”.

Ini menunjukkan bahwa qunut nazilah belum mansu kh. Andaikata qunut nazilah telah mansukh tentunya Abu Hurairah tidak akan mencontohkan cara sholat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dengan qunut nazilah .

Dalil Pendapat Ketiga

Satu : Hadits Sa’ad bin Thoriq bin Asyam Al-Asyja’i

قُلْتُ لأَبِيْ : “يَا أَبَتِ إِنَّكَ صَلَّيْتَ خَلْفَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وآله وسلم وَأَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيَ رَضِيَ الله عَنْهُمْ هَهُنَا وَبِالْكُوْفَةِ خَمْسَ سِنِيْنَ فَكَانُوْا بَقْنُتُوْنَ فيِ الفَجْرِ” فَقَالَ : “أَيْ بَنِيْ مُحْدَثٌ”.

“Saya bertanya kepada ayahku : “Wahai ayahku, engkau sholat di belakang Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dan di belakang Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhum di sini dan di Kufah selama 5 tahun, apakah mereka melakukan qunut pada sholat subuh ?”. Maka dia menjawab : “Wahai anakku hal tersebut (qunut subuh) adalah perkara baru (bid’ah)”. Dikeluarkan oleh Tirmidzy no. 402, An-Nasa`i no.1080 dan dalam Al-Kubro no.667, Ibnu Majah no.1242, Ahmad 3/472 dan 6/394, Ath-Thoy alisy no.1328, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf 2/101 no.6961, Ath-Thohawy 1/249, Ath-Thobarany 8/no.8177-8179, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihs an no.1989, Baihaqy 2/213, Al-Maqdasy dalam Al-Mukhtarah 8/97-98, Ibnul Jauzy dalam At-Tahqiq no.677-678 dan Al-Mizzy dalam Tahdzibul Kam al dan dishohihkan oleh syeikh Al-Albany dalam Irwa`ul Gholil no.435 dan syeikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad mimma laisa fi Ash-Shoh ihain.

Dua : Hadits Ibnu ‘Umar

عَنْ أَبِيْ مِجْلَزِ قَالَ : “صَلَّيْتُ مَعَ اِبْنِ عُمَرَ صَلاَةَ الصُّبْحِ فَلَمْ يَقْنُتْ”. فَقُلْتُ : “آلكِبَرُ يَمْنَعُكَ”, قَالَ : “مَا أَحْفَظُهُ عَنْ أَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِيْ”.

” Dari Abu Mijlaz beliau berkata : saya sholat bersama Ibnu ‘Umar sholat shubuh lalu beliau tidak qunut. Maka saya berkata : apakah lanjut usia yang menahanmu (tidak melakukannya). Beliau berkata : saya tidak menghafal hal tersebut dari para shahabatku”. Dikeluarkan oleh Ath-Thohawy 1246, Al-Baihaqy 2213 dan Ath-Thabarany sebagaimana dalam Majma’ Az-Zawa’id 2137 dan Al-Haitsamy berkata :”rawi-rawinya tsiqoh”.

Ketiga : tidak ada dalil yang shohih menunjukkan disyari’atkannya mengkhususkan qunut pada sholat shubuh secara terus-menerus.

Keempat : qunut shubuh secara terus-menerus tidak dikenal dikalangan para shahabat sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Umar diatas, bahkan syaikul islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa berkata : “dan demikian pula selain Ibnu ‘Umar dari para shahabat, mereka menghitung hal tersebut dari perkara-perkara baru yang bid’ah”.

Kelima : nukilan-nukilan orang-orang yang berpendapat disyari’atkannya qunut shubuh dari beberapa orang shahabat bahwa mereka melakukan qunut, nukilan-nukilan tersebut terbagi dua :

1) Ada yang shohih tapi tidak ada pendalilan dari nukilan-nukilan tersebut.

2) Sangat jelas menunjukkan mereka melakukan qunut shubuh tapi nukilan tersebut adalah lemah tidak bisa dipakai berhujjah.

Keenam: setelah mengetahui apa yang disebutkan diatas maka sangatlah mustahil mengatakan bahwa disyari’atkannya qunut shubuh secara terus-menerus dengan membaca do’a qunut “Allahummahdinaa fi man hadait…….sampai akhir do’a kemudian diaminkan oleh para ma’mum, andaikan hal tersebut dilakukan secara terus menerus tentunya akan dinukil oleh para shahabat dengan nukilan yang pasti dan sangat banyak sebagaimana halnya masalah sholat karena ini adalah ibadah yang kalau dilakukan secara terus menerus maka akan dinukil oleh banyak para shahabat. Tapi kenyataannya hanya dinukil dalam hadits yang lemah.

Demikian keterangan Imam Ibnul qoyyim Al-Jauziyah dalam Z adul Ma’ad.

Kesimpulan

Jelaslah dari uraian di atas lemahnya dua pendapat pertama dan kuatnya dalil pendapat ketiga sehingga memberikan kesimpulan pasti bahwa qunut shubuh secara terus-menerus selain qunut nazilah adalah bid’ah tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para shahabatnya. Wallahu a’lam.

Silahkan lihat permasalahan ini dalam Tafsir Al Qurthuby 4/200-201, Al Mughny 2/575-576, Al-Inshof 2/173, Syarh Ma’any Al-Atsar 1/241-254, Al-Ifshoh 1/323, Al-Majmu’ 3/483-485, Hasyiyah Ar-Raud Al Murbi’ : 2/197-198, Nailul Author 2/155-158 (Cet. Darul Kalim Ath Thoyyib), Majm u’ Al Fatawa 22/104-111 dan Zadul Ma’ad 1/271-285.

Penulis: Abu Muhammad

Telegram channel untuk umum:

https://t.me/ilmui

https://t.me/iipdf

https://t.me/kebenaran1

https://t.me/bidahTN

Grup Telegram Ilmui

Gabung grup WA nasehat hari ini:

NASEHAT HARI INI

Silahkan klik untuk gabung di grup wa interaktif ikhwan ﻃﻼﺏ ﺍﻟﻌﻠﻢ :

GABUNG GRUP (KHUSUS IKHWAN).

Gabung Grup Bahasa Arab Nahwu Pemula

Sebuah Tinjauan Syari’at

Sebuah Tinjauan Syari’at
MEREKA ADALAH HIZBIYYUN

Sebagai Sumbangsih Positif
Dalam Mengikis Kedustaan dari Lisan
Luqman bin Muhammad Ba’abduh

Ditulis oleh:
Abul ‘Abbas Khadhir bin Nursalim Al-Mulky

Muroja’ah:
Abu Turab Saif bin Hadhar Al-Jawi

PENGANTAR PENULIS

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهِ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } [آل عمران: 102] .
{ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا } [النساء: 1] .
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا } [الأحزاب: 70، 71].
أما بعد:
أَمَّا بَعْدُ : فَإِنَّ خَيْرَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٍ ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٍ ، وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النّارِ.
Tulisan ini merupakan salah satu bentuk sumbangsih positif kami untuk umat dalam melaksanakan perkataan Allôh subhanahu wa ta’ala:
 وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ 
“Dan hendaklah ada diantara kalian sekelompok umat yang menyeru kepada yang ma’ruf (kebaikan) dan mencegah dari yang mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
dan perkataan Rosûlullôh Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam:
}مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُغَيَّرَهُ بِيَدِهِ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَان{
“Barang siapa melihat kemungkaran maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya, jika tidak sanggup merubah dengan tangannya maka dengan lisannya, bila tidak sanggup maka dengan qolbunya, dan demikian itu selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim, no, 49) Yang kami beri judul: “Sebuah Tinjauan Syari’at MEREKA ADALAH HIZBIYYÛN Sebagai Sumbangsih Positif dalam Mengikis Kedustaan dari Lisan Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh” ketika dalam proses perencanaan (sebelum penyusunan) kami menentukan judulnya: “Sebuah Tinjauan Syari’at DIA ADALAH HIZBΔ yang kami maksudkan adalah Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh Al-Hizbî, namun ketika kami melakukan tinjauan dan mencermati kembali ternyata kami dapati bahwa dia hanyalah satu pemain handal dalam menebarkan fitnah hizbiyyah, dan di belakang dia ternyata banyak para pemain yang akan kami sebutkan disertai data-data dan bukti-bukti pada lembaran-lembaran berikutnya.
Ketika kami mengangkat nama-nama (orang yang akan disebutkan nanti), ada yang menyampaikan usulan agar dipastikan dulu; Apakah mereka masih jadi pengekor Luqmân Al-Hizbî ataukah sudah meninggalkannya, khawatir jika disebutkan namanya akan semakin membuatnya futur dan tidak jadi mau taubat.
Maka kami tegaskan: Kalau seandainya benar mereka punya keinginan untuk mau taubat maka mereka dituntut untuk menyatakan (mengumumkan) taubatnya dan meminta maaf kepada masyâyikhnya di Dârul Hadîts Dammâj baik secara tulisan (surat) atau secara lisan (telpon langsung), kalau sudah benar-benar mereka taubat dengan membuktikan taubatnya maka tentu mereka tidak mempermasalahkan namanya walaupun termaktub di dalam tulisan kami ini, dan kalau benar telah terbukti taubatnya namun tetap tidak senang karena namanya ada di tulisan kami ini, maka itu menunjukkan tentang bodohnya dia terhadap sunnah, mungkin ia belum pernah baca atau melewati kisah shohâbat yang mulia Hâthib bin Abî Balta’ah yang telah disebutkan oleh Al-Imâm Al-Bukhôri dalam “Shôhîh”nya (no, 6939), juga disebutkan oleh Al-Imâm Al-Bazzâr dalam “Kasyful Astâr” (juz: 3, hal. 255) yang dishohîhkan oleh Al-Imâm Al-Wâdi’î dalam “Ash-Shohîhul Musnad mimma Laisa fî Shohîhain”, ketika shohâbat yang mulia tersebut menulis surat untuk keluarganya di Mekkah dengan memberitahukan rencana kaum mu’minîn, yang pada akhirnya ‘Umar bin Al-Khaththôb Rodhiyallohu ‘anhu mengatakan bahwa beliau telah khianat terhadap Allôh, Rosûl-Nya dan kaum mu’minîn. Dan apa yang dilakukan oleh shohâbat yang mulia Hâthib Rodhiyallohu ‘anhu tersebut telah dibaca oleh umat secara turun temurun, apakah dengan disebutkan keadaannya mengurangi kemuliaannya? Wallâhi tidak sama sekali, justru beliau Rodhiyallohu ‘anhu tetap mulia dan termasuk salah satu shohâbat yang mendapat jaminan Jannah hal itu disebabkan kejujurannya dalam memikul beban syarî’at dan beliau juga termasuk Ahlul Badr. Dan juga kisah shohâbat yang mulia Mu’âdz bin Jabal Rodhiyallohu ‘anhu sebagaimana dalam “Shohîh Ibnu Hibbân” (Juz: 6, hal. 155), ketika Rosûlullôh menghardik beliau dengan keras:
}أَفَتَّانٌ أَنْتَ يَا مُعَاذ أَفَتَّانٌ أَنْتَ يَا مُعَاذ {
“Apakah kamu pembuat fitnah ya Mu’âdz?!” dan masih banyak lagi kisah yang semisal itu.
Kemudian dari pada itu, mengingat perkataan Allôh Subhaanahu wa Ta’ala:
}لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ {
“Jikalau kalian bersyukur tentu akan Aku tambah kepada kalian namun jika kalian kufur (ingkar) maka sesungguhuya adzab-Ku sangatlah pedih” (Ibrôhîm:7).
dan perkataan Rosûlullôh sebagaimana dalam “As-Silsilah Ash-Shohîhah” (Juz:1 hal:415):
{لاَ يَشْكُرُ اللهِ مَنْ لاَ يَشْكُرِ النَّاسِ}
“Tidaklah bersyukur kepada Allôh siapa saja yang tidak bersyukur kepada manusia”.
Maka pada kesempatan ini kami haturkan ucapan syukur kepada Allôh Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kemudahan kepada kami untuk menyusun tulisan yang sederhana ini, kemudian ucapan terima kasih kepada para masyaikh kami di Dârul Hadîts Dammâj yang telah membimbing kami, juga kepada kawan-kawan kami seperjuangan dalam membela al-haq dan menepis al-bâthil –semoga Allôh menjaga kami dan mereka semua-, tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada saudara kami yang mulia Abû Turôb bin Hadhor Al-Jâwî yang bersedia meluangkan waktunya ditengah-tengah kesibukannya untuk memurôja’ah tulisan ini, juga kepada Abû ‘Abdirrohmân Shiddîq Al-Bugisî dan Abû Fairûz ‘Abdurrohmân Al-Jâwî yang bersedia meminjamkan Laptop untuk mengetik tulisan ini, begitu pula teman murôja’ahku yang banyak memberi nasehat yang bermanfaat Abû Nu’aim ‘Alî Al-Jâwî –semoga Allôh menjaga kami dan mereka semua-.
Semoga sholawât dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam, keluarga dan para shohâbatnya.

Di tulis oleh:
Abul ‘Abbâs Khodhir bin Nursalim Al-Mulkî
di Dârul Hadîts Dammâj-Yaman
20 Rabiul Awwal 1430 H

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan zaman, kita dapati perubahan terjadi diberbagai macam sisi dan segi pada kehidupan umat manusia, tidak kalah canggihnya para hizbiyyin ikut tampil dari berbagai macam sisi dan segi, mereka berupaya untuk mengolah cara berfikirnya sedemikian rupa, sehingga ketika diarahkan kepada mereka kata “hizby” mereka pun tidak terima dengan beribu-ribu alasan, tidak heran kalau kemudian Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh mengatakan dalam “Penghinaan Luqmân Bâ’abduh Kepada Syaikhunâ” (hal. 9): “Ooh mau mendirikan ma’had baru dikatakan hizbî ya, ini ada satu faedah baru, yang baru muncul dalam mizan manhaj”. Demikianlah cara berfikirnya Luqmân Bâ’abduh untuk menolak kalau dia dan ‘Abdurrohman Al-Adanî bukan hizbî.
Sebagian yang lain menegaskan pula, bahwa menuduh seorang hizbî itu harus faham tentang apa itu hizbî? Sebagaimana ini yang dikatakan oleh pendiri sekaligus mudir ma’had Dârul Atsâr Gresik yang bernama Kholîful Hâdî, ketika dia pernah dituduh oleh sebagian pengikut Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh dan mempertanyakan kesalafiyannya dia berkata: “Dengan mudahnya menuduh orang hizbî, emangnya apa itu hizbî? Apa pengertiannya? ‘Ulamâ siapa yang mendefenisikannya? Dalam kitâb apa? Halaman berapa?” (Perkataan ini dia katakan setelah sholât dzuhur ketika membaca “Kitâbul ‘Ilmi” karya Syaikh Muhammad Al-‘Utsaimîn pada peresmian Ma’had Dârul Atsâr Gresik yang ditandai dengan dauroh Nahwu sebulan, dan dia bertanya kepada peserta dauroh namun tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut).
Demikian pula jika kita mau mengamati kebanyakan manusia maka kita akan dapati mereka telah ditipu, sehingga akhirnya mereka pun ikut mengatakan kepada salafî sebagai hizbî, orang jujur sebagai pendusta, pendusta dicap sebagai orang jujur, tidak menutup kemungkinan mereka akan ikut mengatakan Luqmân Bâ’abduh itu orang yang paling jujur, buktinya dia memiliki buku “Menebar Dusta Membela Teroris-Khawarij”, karena mereka ditipu sehingga merekapun mengatakan kepada ‘ulama yang Allôh sebutkan sifat para ‘ulamâ:
}إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ{
“Hanyalah yang takut kepada Allôh adalah para ‘ulamâ'” (Fâhtir: 28).
Mereka berani mengatakan kepada para ‘ulamâ pendusta dengan tanpa membuktikan tuduhan mereka dengan data-data yang akurat, pasti dan ‘ilmiah, namun hanya data yang tidak jelas yang datangnya dari manusia bertopeng, sungguh betapa benarnya apa yang diriwayatkan oleh Al-Imâm Ahmad dalam “Musnad”nya (juz: 3 hal. 220, no. 13322), beliau berkata:
حَدَّثَنَا أَبُوْ جَعْفَرٍ المَدَائِنِيُّ وَهُوَ مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ العَوَّامِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْن المُنْكَدِرِ عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: }إِنَّ أَمَامَ الدَّجَّال سِنِيْنَ خَدَّاعَةٌ يُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّادِقُ وَيُصَدَّقُ فِيْهَا الكَاذِبُ وَيُخَوَّنُ فِيْهَا الأَمِيْنُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيْهَا الخَائِنُ وَيَتَكَلَّمُ فِيْهَا الرُّوَيْبِضَةُ{ قِيْلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَة؟ قَالَ: }الفُوَيْسِقُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ العَامَّةِ {
“Telah menceritakan kepada kami Abû Ja’far Al-Madâ’inî dia adalah Muhammad bin Ja’far, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Abbâd bin Al-‘Awwâm, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishâq, dari Muhammad bin Al-Munkadir, dari Anas bin Mâlik Rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata: Rosûlullôh berkata: “Bahwasanya sebelum muncul Dajjâl, (akan ada) masa-masa yang penuh dengan tipu daya, didustakan orang yang jujur, dan dibenarkan orang yang dusta, pengkhianat dicap orang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya dicap sebagai pengkhianat, dan ar-ruwaibidhoh mulai angkat bicara. Ada yang tanya: Apa itu ar-ruwaibidhoh? Rosûlullôh berkata: “Orang fâsiq (kelas) rendah yang berbicara tentang urusan umat (orang banyak)”.
Berkata Al-Imâm Al-Wâdi’î dalam “Al-Jâmi’ Ash-Shohîh” (Juz 4, hal. 584-585): “Ini adalah hadîts hasan….”
Demikianlah beberapa fenomena yang ada, maka dari sinilah membuat kami untuk sedikit meluangkan waktu kami, untuk menulis permasalahan ini, dan juga yang berkaitan dengannya.
Ketika kami bertekad untuk memulai menyusun tulisan ini, tiba-tiba ada saudara-saudara kami seiman -yang mencintai kami karena Allôh- menyampaikan harapan mereka agar kami tidak mewujudkan tekad kami, dengan alasan: Luqmân Bâ’abduh dan para pengekornya atau orang yang sefaham dengannya akan membalas dengan yang lebih mengerikan yaitu mencari-cari ‘aib atau kesalahan-kesalahan kami yang dahulu. Namun mengingat dari sisi yang lain yang membuat kami untuk tetap mewujudkan tekad kami adalah disebabkan karena kejahatan mereka; mengajak orang untuk diam dengan memanfaatkan fatwa atau nasehat Asy-Syaikh Robî’ -hafidzohullôh- namun ternyata mereka terus gencar melakukan upaya liciknya dengan “pergerakan di bawah tanah” baik dengan bentuk larangan kepada siapa saja yang mau ke Dammâj dengan cara menebarkan tiga rukun hizbiyyah ke tiap-tiap telinga (penyebaran isu-isu ke person-person yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi) hingga berujung pada celaan, hinaan dan pengkhianatan terhadap para ‘ulamâ di Dârul Hadîts Dammâj, Allôhul musta’ân.
Dan salah satu yang membuat kami untuk tetap mewujudkan tekad kami menyusun tulisan ini mengingat perkataan Allôh Subhaanahu wa Ta’ala:
} يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لاَ تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لاَ تَفْعَلُونَ (3) {
“Wahai orang-orang yang beriman kenapa kalian mengatakan sesuatu yang kalian tidak melakukannya. Amat besar kebencian di sisi Allôh bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan”.
Dengan melihat keberadaan mereka (Luqmân, cs) sudah meng’ilmui (baca; belajar) dari Dârul Hadîts Dammâj, sudah mempelajari berbagai macam disiplin ‘ilmu syar’i, namun dari pengamalan ‘ilmu tersebut mereka abaikan. Mereka dituntut untuk berlaku jujur namun ternyata mereka berdusta, mereka sudah naik-turun mimbar mengajak manusia kepada kebaikan namun mereka yang melakukan kejelekan, mereka memperingatkan manusia untuk menjauhi yang harôm namun ternyata mereka mendekati yang harôm dan menikmatinya (baca; minta-minta), mengajak orang untuk meninggalkan ribâ namun ternyata mereka mengamalkan ribâ (baca; Bank), sampai sangat memalukan ada rekening a.n. ust….semisal proposal pembangunan ma’had dan pemukiman salafî Solo, dengan rekening a.n. ust. Fauzan sebagaimana termuat dalam “Majalah Asy-Syari’ah” kalau dulu di “Majalah Salafy” sering muncul a.n. ust. Ja’far ‘Umar Thôlib, Allôhul musta’ân*.
Seandainya Luqmân dan para pengekornya atau yang setipe dengan mereka berupaya untuk membuat makar dengan mencari-cari kejelekan kami dahulu, maka kami katakan: “Sesungguhnya kejelekan yang dahulu tidak akan menghapus kebaikan yang sekarang dan yang akan datang”, tidak akan merendahkan dan menghinakan Al-Imâm Fudhoil bin ‘Iyâdh kalau seandainya Luqmân dan orang-orang yang setipe dengannya mengatakan Al-Imâm Fudhoil bin ‘Iyâdh adalah perampok! Kami tegaskan: Benar Al-Imâm Fudhoil bin ‘Iyâdh awalnya (sebelum tinggal dan menuntut ‘ilmu di sisi Ka’bah) adalah seorang perampok, tapi sungguh Allôh telah memuliakan beliau disebabkan kejujurannya dalam mewujudkan taubatnya dengan tinggal di sisi Ka’bah dan sibuk menuntut ‘ilmu dan mengamalkan ‘ilmunya. Adapun para pengkhianat, pengacau dan penjahat semisal Luqmân Bâ’abduh dan orang-orang yang setipe dengannya, sebelum ke Dammâj sudah dalam keadaan jelek dan penuh dengan kejahatan ketika balik dari Dammâj pun masih tetap dalam keadaan jelek dan jahat serta terus mengaplikasikannya seperti semula, maka kami katakan: “Silahkan mencicipi hidangan menu yang telah kami sediakan ini, semoga dengannya akan semakin tampak siapa diantara kalian yang puas (kenyang) dan siapa yang tidak puas!”.

1.2 Maksud dan Tujuan
Tulisan “Sebuah Tinjauan Syari’at MEREKA ADALAH HIZBIYYÛN” bukanlah suatu kajian yang menyangkut keseluruhan hizbiyyun, namun disini hanya memuat “Hizbiyyah Berkedok Salafiyyah” yang dikhususkan kepada mereka para dâ’î keluaran Dârul Hadîts Dammâj dan orang-orang yang memiliki jaringan bersama mereka. Dan perlu diketahui bahwa Dârul Hadîts Dammâj telah mampu mencetak para dâ’î, dengan banyaknya para dâ’î tersebut ternyata tidak semuanya konsisten di atas manhaj Ahlussunnah bahkan sebagiannya ikut berpartisipasi dalam melakukan upaya jahat terhadap Dârul Hadîts Dammâj dan para masyâyikhnya, dan upaya-upaya jahat yang digencarkan lebih menonjol adalah upaya yang diprakarsai oleh penulis buku “Sebuah Tinjauan Syari’at MEREKA ADALAH TERORIS” Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh.

BAB II
AL-HIZBIYYAH

2.1 Pengertian Hizbiyyah
Al-Imâm Muqbil Al-Wâdi’î berkata sebagaimana dalam “Tuhfatul Mujîb” (hal. 111-112: “Hizbiyyah adalah al-walâ’ (loyalitas) dan al-barô’ (berlepas diri) yang sempit. Memberikan walâ’ karena kelompoknya dan memusuhi seseorang karena kelompoknya.”
Mengenal hizbiyyah ini merupakan sesuatu yang mesti bagi seseorang yang berakal karena khawatir terjatuh kepada hizbiyyah, hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Hudzaifah ibnul Yaman yang diriwayatkan oleh Al-Imâm Al-Bukhôrî dalam “Shôhîh”nya (no. 3606):
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ قَالَ حَدَّثَنِى ابْنُ جَابِرٍ قَالَ حَدَّثَنِى بُسْرُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِىُّ قَالَ حَدَّثَنِى أَبُو إِدْرِيسَ الْخَوْلاَنِىُّ أَنَّهُ سَمِعَ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُ كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ الْخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِى. فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِى جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ، فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ }نَعَمْ{. قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ }نَعَمْ، وَفِيهِ دَخَنٌ{. قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ }قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِى تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ{. قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ }نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا{. قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ِفْمهُمْ لَنَا فَقَالَ }هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا{ قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِى إِنْ أَدْرَكَنِى ذَلِكَ قَالَ }تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ{. قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ }فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ {
“Telah menceritakan kepada kami Yahyâ bin Mûsâ, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Walîd, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Ibnu Jâbir, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Busr bin ‘Ubaidillah Al-Hadhromî, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Idrîs Al-Khoulânî, bahwasanya dia telah mendengar Huzaifah Ibnul Yaman, dia berkata: Dahulu manusia bertanya kepada Rosûlullôh tentang kebaikan sementara aku bertanya kepadanya tentang kejelekan karena aku khawatir kejelekkan itu menimpaku, Aku berkata: Wahai Rosûlullôh sesungguhnya kami dahulu di zaman Jahiliyah penuh dengan kejelekkan, kemudian Allôh mendatangkan kepada kami kebaikan ini. Apakah setelah kebaikan ini ada kejelekan lagi? Rosûlullôh menjawab: “Iya” Aku bertanya lagi: Apakah setelah kejelekan tersebut ada lagi kebaikan? Rosûlullôh menjawab: “Iya tapi terdapat dakhn”. Aku berkata: Apa itu dakhn? Rosûlullôh menjawab: “Suatu kaum yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, kamu mengetahui mereka dan kamu mengingkari. Aku bertanya lagi apakah setelah kebaikan tersebut terdapat kejelekan lagi? Rosûlullôh menjawab: “Iya, ada dâ’î-dâ’î yang menyeru kepada pintu-pintu Jahannam, barang siapa yang menyambut ajakan dâ’î tersebut maka akan menjerumuskannya ke dalam Jahannam. Aku berkata: Wahai Rosûlullôh sebutkan kepada kami cirri-ciri dâ’î-dâ’î tersebut? Rosûlullôh berkata: “Mereka dari kalangan kita, dan berucap dengan ucapan kita”. Aku berkata: Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku mendapati mereka? Rosûlullôh berkata: “Engkau komitmen dengan jama’ah kaum muslimin dan imam mereka”. Aku berkata: Bagaimana kalau aku tidak mendapati jama’ah dan imam? Rosûlullôh berkata: “Kamu tinggalkan semua kelompok sampai kamu menggigit akar kayu, walaupun kematian menjemputmu, dan kamu dalam keadaan demikian (istiqomah)”.
Sebagaimana pula seorang penyair berkata:
عَرَفْتُ الشَّرَّ لاَ لِلشَّرِّ لَكِنْ لِتَوَقِّيْهِ
وَمَنْ لَمْ يَعْرِفُ الشَّرَّ مِنَ الخَيْرِ يَقَعْ فِيْهِ
“Aku mengetahui kejelekkan bukan untuk berbuat kejelekan akan tetapi untuk menghindarinya. Dan barang siapa yang tidak mengetahui kejelekkan itu dari pada kebaikan maka dia akan terjatuh ke dalamnya”.
Hizbiyyah merupakan bentuk loyalitas yang sempit pada suatu perkara yang tidak ada dasarnya dari Al-Kitâb dan As-Sunnah yang wajib untuk dijauhi.

2.2 Rukun-rukun Hizbiyyah
Al-Imâm Muqbil Al-Wâdi’î berkata sebagaimana dalam “An-Nashîhatu wal Bayân” (hal. 116): Rukun hizbiyyah ada tiga:
Pertama: Dusta,
Kedua: Tipu muslihat, dan
Ketiga: Talbîs (menyamarkan antara yang al-haq dengan yang al-bâthil).
Beliau berkata sebagaimana dalam “Ghôrotul Asyrithoh” (1/15): “Oleh karena itu wajib bagi Ahlul ‘ilmi untuk menyingkap kebusukan-kebusukannya dan memperingatkan muslimîn darinya. Sungguh hizbiyyah ini telah mengubah pemuda muslim dan menyia-nyiakan umur mereka, memporak-porandakan kekuatan mereka, serta menjadikan mereka berpecah belah dan berkelompok-kelompok. Hizbiyyah juga menyebabkan kaum muslimîn sibuk dengan diri mereka sendiri dan lalai dengan musuh-musuh mereka”.

2.3 Wasilah Hizbiyyah
Para hizbiyyah dengan kepandaiannya dalam menjalankan opini mereka, tidak segan-segan melakukan tipu daya dengan memutar balikkan fakta yang ada, mereka menjadikan bid’ah menjadi sunnah, yang haram menjadi halal, wasilah hizbiyyah menjadi wasilah salafiyyah, sebagaimana ini dilakukan oleh salah seorang dâ’î yang dianggap ustâdz kibâr yang bernama Asykary bin Jamal Al-Bugisy, dia dengan penuh semangat buta mengatakan: “Mendulang Berkah dengan Membikin Yayasan Salafiyah”, dia merasa bangga dengan ucapannya seperti itu walaupun sangat bertolak belakang dengan perkataan orang yang mulia, yang orang tersebut dia mengakuinya sebagai gurunya, sungguh Al-Imâm Abû ‘Abdirrôhman Al-Wâdi’î telah berkata:
جمعيات هذه يا إخوان هي وسيلة, وكذا الصندوق أي نعم, الطريق إلى حزبية والوسيلة إلى الحزبية.
“Yayasan ini, ya ikhwah adalah sarana, demikian pula kotak infaq, na’am, ini jalan menuju hizbiyyah” (disadur dari Kaset Pertanyaan Bani Bakr tahun 1421 H, setahun sebelum wafatnya beliau ).
Asykari merasa seolah-olah ia lebih ‘âlim dari pada Al-Imâm Al- Wâdi’î , apakah Asykari akan berani mengatakan bahwa Al-Imâm Al- Wâdi’î tergesa-gesa dalam menfatwakan yayasan? Anggaplah Asykari menilai yayasan hanyalah wasilah dan tergantung tujuannya, kalau tujuannya baik seperti dapat menghadirkan para masyâyikh hingga orang yang tidak bisa ke markaz mereka bisa belajar dari mereka, maka kami katakan kepadanya: memandang amrod juga adalah wasilah kepada perbuatan kaum Nabi Luth, apakah Asykari akan mengatakan tidak apa-apa memandang mereka dengan tujuan supaya tidak memandang wanita atau Asykari mau mengatakan tidak apa-apa terjatuh pada perbuatan kaum Luth yang penting tetap belajar atau da’wah?.
Bila Asykari mau mengatakan tidak bisa dibuat permisalan yayasan dengan memandang amrod, maka kami katakan bisa, karena yayasan adalah harôm dan mengantarkan pada hizbiyyah yang jelas keharomannya, sedangkan memandang amrod dengan sengaja adalah harôm dan mengantarkan kepada perbuatan harôm yang lebih besar*.

BAB III
AN-NÂSHIHUL AMÎN PETIR BAGI AHLU AHWÂ’

Dârul Hadîts Dammâjmerupakan salah satu markaz Ahlussunnah yang terbesar di dunia, dengan keberadaan markaz tersebut dengan idzin Allôh telah mencetak banyak dâ’î -hanya Allôh yang tahu jumlahnya, semoga Allôh merohmati pendirinya (Asy-Syaikh Al-‘Allâmah Muqbil ), dengan sebab upaya dan kesungguhannya da’wah Salafiyyah Ahlussunnah tersebar luas di Yaman khususnya dan dunia pada umumnya.
Semasa hidup beliau telah menentukan penggantinya yaitu Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûrî, hal ini sebagaimana telah dicontohkan oleh Rosûlullôh , menunjuk Abû Bakr t sebagai penggantinya ketika mengimami manusia dalam sholât, dan ini sebagai isyarat bahwa memang yang pantas untuk menjadi pengganti Rosûlullôh adalah Abû Bakr Ash-Shiddîq, dan sebelum Abû Bakr menjabat sebagai pengganti Rosûlullôh (semasa hidup Rosûlullôh ) Rosûlullôh memberinya gelar Ash-Shiddîq, dan tidaklah ada yang mengingkari gelar tersebut melainkan oleh para khowârij, syî’ah dan para pengkhianat Islâm. Dan begitu pula sebelum meninggalnya Asy-Syaikh Muqbil beliau telah menulis wasiatnya bahwa yang menggantikannya adalah Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajurî -hafidzohullôh ta’âlâ-, dan beliau memberikan gelar kepadanya An-Nashih Al-Amin, dan tidaklah ada yang mengingkari gelar tersebut sepeninggal Syaikh Muqbil melainkan para hizbiyyîn dan pengkhianat dakwah salafiyyah semisal Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh dan atau Abû ‘Umar bin ‘Abdul Hamîd.
Dengan diangkatnya Abû Bakr Ash-Shiddîq sebagai kholîfah berdasarkan adanya isyarat dari Rosûlullôh yang kaum Muhâjirîn dan Anshôr sepakat atas kepemimpinannya dalam waktu yang tidak lama (semasa kepemimpinannya) muncul berbagai pengkhianatan dan pengacauan terhadap kholîfah Rosûlullôh (Abu Bakar Ash-Shiddiqt), yang sebelumnya para pengacau ini ketika Rosûlullôh masih hidup mereka tidak berani menampakan sikap mereka, namun ketika Rosûlullôh wafat mereka mulai menampakan keadaan yang sesungguhnya, dengan berbagai macam warna dan model.
Bukan suatu yang aneh kalau kemudian di zaman ini sepeninggal Asy-Syaikh Muqbil bermunculan para pengkhianat terhadap Asy-Syaikh An-Nâshih Al-Amîn Yahyâ Al-Hajûrî, keberadaan para pengkhianat itu memang sudah merupakan suatu yang terwarisi dari kaum terdahulu.

MUNCULNYA PENGKHIANATAN DI DÂRUL HADÎTS DAMMÂJ

Ketika Rosûlullôh wafat dan Abû Bakr Rodhiyallohu ‘anhu diangkat sebagai penggantinya, para pengkhianat mulai membuat opini, dan kemudian mereka realisasikan opini tersebut, ada yang bertopeng kenabian dan ada yang tidak mau merealisasikan rukun dari rukun-rukun Islam, diantaranya muncul sekelompok kaum yang tidak mau mengeluarkan zakat, maka Abû Bakr Rodhiyallohu ‘anhu memberikan peringatan kepada mereka namun mereka enggan, maka Abû Bakr Ash-Shiddîq memerangi mereka, hal ini sebagaimana disebutkan oleh Al-Imâm Al-Bukhôrî dalam “Shohîh”nya (no. 1399):
حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ الحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ أَخْبَرَنَا شُعَيْبُ بْنُ أَبِيْ حَمْزَةٍ عَنِ الزُّهْرِيُّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُوْدٍ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ t قَالَ: لمَاَّ تُوُفِّيَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَكَانَ أَبُوْ بَكْرٍ t وَكَفَرَ مَنْ كَفَرَ مِنَ العَرَبِ فَقَالَ عُمَرُ t كَيْفَ تُقَاتِلُ النَّاسِ ؟ وَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم }أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسِ حَتَّى يَقُوْلُوْا لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ فَمَنْ قَالَهَا فَقَدْ عَصَمَ مِنِّي مَالَهُ وَنَفْسَهُ إِلاَّ بِحَقِّهِ وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ { . فَقَالَ وَاللهِ لَأُقَاتِلَنَّ مَنْ فَرَّقَ بَيْنَ الصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ فَإِنَّ الزَّكَاةَ حَقُّ المَالِ وَاللهِ لَوْ مَنَعُوْنِيْ عِنَاقًا كَانُوْا يُؤَدُّوْنَهَا إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَقَاتَلْتُهُمْ عَلَى مَنْعِهَا. قَالَ عُمَرَ t فَوَاللهِ مَا هُوَ إِلاَّ أَنْ قَدْ شَرَحَ اللهُ صَدْرَ أَبِيْ بَكْرٍ t فَعَرَفْتُ أَنَّهُ الحَقُّ.
“Telah menceritakan kepada kami Abul Yamân Al-Hakam bin Nâfi’, ia berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami Syu’aib bin Abî Hamzah dari Az-Zuhrî, ia berkata: telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidillâh bin ‘Abdillâh bin ‘Utbah bin Mas’ûd bahwasanya Abû Huroiroh t berkata; Ketika Rosûlullôh wafat dan Abû Bakr t menjadi penggantinya, maka kafirlah orang orang kafir dari kalangan Arab. Maka ‘Umar t berkata (kepada Abû Bakrt): Bagaimana bisa engkau membunuh manusia sementara Rosûlullôh telah berkata : “Aku diutus untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allôh dan barangsiapa mengatakan tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allôh maka sungguh aku menjamin harta dan jiwanya kecuali dengan hak dan bagi Allôh hisab (perhitung)annya”. Abû Bakr berkata: Demi Allôh sungguh aku akan memerangi siapa saja yang membedakan antara sholât dengan zakat, sesungguhnya zakat adalah hak harta, dan demi Allôh seandainya mereka menahan anak onta dariku yang dahulunya mereka serahkan kepada Rosûlullôh maka aku akan perangi mereka karena mereka menahan (tidak mengeluarkan)nya. Berkata ‘Umar t: Tidaklah hal itu (dilakukan oleh Abû Bakr), melainkan aku melihat bahwa Allôh telah melapangkan dada Abû Bakr untuk memerangi mereka, dan aku berpendapat bahwa beliaulah yang benar.
Dari hadîts tersebut dapat diambil suatu faedah permisalan yang bagus, kalaulah seandainya para pengekor hawa nafsu itu, mau bertanya kepada Asy-Syaikh An-Nâshih Al-Amîn sebagaimana bertanyanya ‘Umar kepada Abû Bakr t maka tentu tidaklah tergesa-gesa menyerang ‘ulama di Dârul Hadîts Dammâj. Disaat Asy-Syaikh An-Nâshih Al-Amîn Abû ‘Abdirrohmân Yahyâ -hafidzohullôh ta’âlâ- berupaya semaksimal mungkin untuk membersihkan Dârul Hadîts Dammâj dari virus-virus dakwah hizbiyyah Abul Hasan (sepeninggal Al-Imâm Al-Wâdi’î ), mulailah ada indikasi dari sebagian pihak yang berlindung di bawah kolong Markaz Dârul Hadîts Dammâj, yang menunjukkan ketidak sukaan terhadap Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûrî, belakangan ini kemudian tampak dengan jelas dan gamblang siapa saja yang menendam kebenciannya terhadap Asy-Syaikh Yahyâ -hafidzohullôh ta’âlâ-, diberbagai negri ikut mengambil andil masuk ke dalam fitnah, tidak mau ketinggalan di Indonesia pun menggambil posisi dalam menebarkan fitnah terhadap Dârul Hadîts Dammâj dan para masyâyikhnya, yang apabila dicermati kebanyakan mereka adalah alumnus Dârul Hadîts Dammâj, ketika ‘Abdurrohmân Al-Hizbî diusir dari Dârul Hadîts Dammâj dan para komplotannya, maka dengan kejadian tersebut melahirkan berbagai komentar dari para komentator yang mereka tanpa bertanya kepada para ‘ulamâ di Dârul Hadîts Dammâj, kalaulah mereka tidak bergantung kepada satu sumber yakni dari sumber orang yang terfitnah dengan ‘Abdurrohmân, maka tentu mereka akan menilai dengan timbangan syar’î, atau titik akhirnya mereka diam dan tidak lancang serta berani memojokkan markaz yang dahulunya mereka mencari ‘ilmu padanya.
Asy-Syaikh An-Nâshih Al-Amîn Yahyâ hafidzohullôh ta’âlâ berkata (ketika menjelaskan hadîts tersebut, pada pelajaran “Shohîh Al-Bukhôrî” ba’da Ashr): “Bahwa orang-orang yang keluar dari kemimpinan Abû Bakr Ash-Shiddiq kebanyakan dari mereka pada zaman Rosûlullôh adalah orang-orang munâfiq, yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran”
Dari faedah tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa yang ikut andil bermain dalam fitnah ‘Abdurrohmân diantaranya adalah orang-orang yang memang sudah berpengalaman keluar masuk fitnah, ada yang awalnya dari mereka pernah mencicipi hidup sebagai haroki atau lebih dari itu (baca; khowârij) walau hanya beberapa tahun.
Bila ada yang berkata itu masalah dulu yang mereka sudah taubat darinya! Maka kami tegaskan; apa orang yang taubat seperti itu keadaannya? Orang yang taubat itu sebagaimana Al-Imâm Fudhoil bin ‘Iyâdh , beliau membuktikan taubatnya dengan duduk belajar dan mengamalkan ‘ilmunya, kalau mereka ini taubatnya lain dari pada yang lain, sudah tersesat kemudian tampil seolah-olah tidak bermasalah, ikut bermain lagi dalam fitnah!.

BAB IV
BINGKISAN ATAU OLEH-OLEH YANG DI BAWA DARI DÂRUL HADÎTS DAMMÂJ

Sangat disayangkan mereka yang dahulunya penuntut ‘ilmu di Dârul Hadîts Dammâj beberapa lama kemudian pulang ke Indonesia dengan membawa beberapa bingkisan atau oleh-oleh, yang apabila oleh-oleh tersebut dilihat dari luarnya sangat cantik dan menawan namun ketika dibuka isinya hanya benda murahan.
Berikut ini mereka yang membawa bingkisan itu:

1. Luqman bin Muhammad Ba’abduh
Dia ini hanya beberapa tahun di Dârul Hadîts Dammâj, mungkin karena sudah terbiasa hidup senang ketika masih belajar di Dârul Hadîts Dammâj yang sibuk usaha (baca; bisnis), kemudian ke Indonesia dengan membawa oleh-oleh berupa ucapan aneh, sebagaimana dia katakan dalam “Penghinaan Luqmân Bâ’abduh Kepada Syaikhunâ” (hal. 9): “Ana bilang kepada yang baru pulang dari Yaman itu satu diantara dua kemungkinan, imma komitmen dan akan mengalami kesulitan dalam da’wah atau mereka akhirnya hizby kaya’ kita.”
Tanggapan:
Demikian keadaan Luqmân, dia tidak mau merasakan atau menanggung beban da’wah, padahal Al-Imâm Al-Wâdi’î berkata sebagaimana dalam “As-Sahâm Al-Wâd’iyyah” (hal. 38): “….akan tetapi dakwah Ahlussunnah walaupun mereka memakan tanah, dan mereka bersabar dengan (hanya memakan) kurma dan (hanya meminum) air, bila mendapat kurma, atau mereka bersabar dengan sepotong roti. Mereka keluar dan berda’wah kepada Allôh Subhanahu wa Ta’ala, manusia percaya dengan dakwah ahlus sunnah dengan puncaknya keyakinan.”
Jika seseorang mau menelusuri kegiatan Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh ketika belajar di Dârul Hadîts Dammâj maka pasti akan mengetahui keadaan dia, yang selalu hidup diwarnai dengan keenakan dan tidak merasa puas dengan hidup seadanya di Markaz, namun dia menjalankan usaha (baca; bisnis) untuk menggapai maksud dan keinginan hawa nafsu dan perutnya, tidakkah dia membaca, mencermati dan membuka matanya tentang perjuangan salafush shôlih dalam menuntut ‘ilmu dan dakwah di jalan Allôh?
Upaya Luqmân ini untuk bisa hidup mewah dan bisa keliling kemana-mana, dia rela menerjang hukum-hukum Allôh, yayasan pun dia adakan, minta-mintapun dia jalankan, sebagaimana telah dia gambarkan sendiri dalam “Penghinaan Luqmân Bâ’abduh Kepada Syaikhunâ” (hal. 9): “Ana bilang kepada yang baru pulang dari Yaman itu satu diantara dua kemungkinan, imma komitmen dan akan mengalami kesulitan dalam berda’wah, atau mereka akhirnya hizby kaya’ kita, tasawwul pondoknya kurang dananya, akhirnya kirim ke muhsinîn, telpon kemuhsinîn…”.
Demikian itu menunjukkan salah satu kebodohannya dalam berfikir, dia menganggap bahwa orang yang mau komitmen pasti akan mengalami kesulitan dalam berdakwah. Orang semacam Luqmân ini perlu disekolahkan di tahfîdz Al-Qur’ân atau perlu di diklat khusus pada permasalahan taqwa, sehingga dia bisa membaca, menghafal atau minimal bisa melewati ayat berikut ini:
} وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3) {
“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allôh, maka niscaya Allôh akan beri baginya jalan keluar. Dan memberikan rezki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa bertawakkal kepada Allôh maka niscaya Dia memberikan kecukupan kepadanya. Sesungguhnya Allôh akan melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allôh telah menjadikan ketentuan bagi segala sesuatu.” (Ath-Thalaq: 2-3).
Bisa jadi murid-muridnya yang ada di ma’had tahfîdz As-Salafî Jember akan berkata: Masa guru kita di suruh masuk ke tahfîdz?.
Maka kami sampaikan kepada mereka (anak-anak) tahfîdz As-Salafî Jember: Biarkanlah guru kalian masuk belajar bersama kalian, untuk menghafal Al-Qur’ân dan murôja’ah bersama kalian, kalau dia tidak mau atau malas-malasan maka pegang tangannya, ajak dia dan berikan mushaf Al-Qur’ân, karena kalau tidak demikian maka apakah kalian tidak malu ketika guru kalian ceramah atau memberi nasehat baca ayat dalam keadaan salah? [Lihat “Penghinaan Luqmân Bâ’abduh Kepada Syakhunâ Yahyâ” (hal. 7-8)]. Cegah dia dari berdakwah kepada umat, karena dia itu adalah orang yang banyak keluar masuk fitnah dan selalu di atas kesalahan dan penyimpangan, sungguh benar perkataan salah seorang ‘ulamâ di Dârul Hadîts Dammâj: “Luqmân Bâ’baduh adalah ruwaibidhoh (orang dungu atau orang fasiq (kelas rendah) yang berbicara urusan ummat)”. Dan khuwatirlah kalian dengan perkataan salah seorang ‘ulamâ di Dârul Hadîts Dammâj: “Luqmân Bâ’abduh adalah orang bodoh dan tidak ada yang tertipu dengannya kecuali orang-orang bodoh semisal dia”.

2. Mukhtâr alias Helga Lafirlas
Dia ini hanya beberapa tahun di Dârul Hadîts Dammâj, kemudian balik ke Indonesia dengan membawa oleh-oleh istimewa yaitu menghafal “Mukhtashar Shohîh Muslim”, kemudian menghinakan dirinya di hadapan Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh dengan membakar api fitnah dan memperpanas keadaan, sungguh amat mustahil Mukhtâr ini akan bisa menghafal “Mukhtashar Shohîh Muslim” di pangkuan Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh, dia berani menyampaikan apa yang dia dengar dari khutbah Asy-Syaikh Yahyâ hafidzohullôh ta’âlâ (sebagaimana disebutkan oleh Luqmân dalam “Rekaman Saifullôh Tanya mufti Luqmân”, dia (Mukhtâr) berani mencari keridhoan Luqmân dengan mengundang kemurkaan Allôh Subhanahu wa Ta’ala.
Ketika kami mendengar bahwa Mukhtâr ini salah satu yang membawa berita tentang fitnah di Yaman, maka kami mencoba menghubunginya lewat telpon (ketika itu kami masih di Ambon, sedang mengurus pasport), kami bertanya kepadanya tentang fitnah, dia katakan: “Hubungi ‘Afîfuddîn beliau lebih tahu!”. Subhanallôh.
Begitu pula ketika kami berangkat dari Ambon ke Surabaya (untuk ke Dammâj-Yaman) sampai di Surabaya pada malam Sabtu dan pagi harinya kami ke Masjid Abû Bakr Ash-Shiddîq Surabaya dan bertemu dengan Abû Ahmad Agus (pengurus masjid tersebut), dan kami bertanya kepadanya kapan kamu ke Yaman? Dia menjawab: Belum pasti, karena belum cukup uang untuk ke Yaman, tapi ana tujuannya ke markaz Syaikh ‘Abdurrohman Al-Adanî (tidak ke Dammâj-pen), karena di Dammâj semakin goncang, Syaikh Yahyâ tetap tidak mau diam. Kami bertanya dari mana kamu dapat sumbernya? Dia menjawab: dari Ustâdz Qomar (di Jogja) dan Ustâdz Usâmah Mahrî serta Ustadz Ahmad Khodim (di Malang)”. Sangat disayangkan Usâmah Mahrî, Ahmad Khodim dan Qomar ikut bermain dalam fitnah ini.
Betapa ruginya Luqmân, kalau seandainya dia tidak tertipu dengan apa yang disampaikan oleh Mukhtâr ini maka mungkin saja dia tidak jadi hizbî sebagaimana sekarang ini. Sungguh betapa kasihannya Luqmân ini, dia merasa senang ketika ada beberapa orang dari Dammâj memberikan berita tentang Dammâj kepadanya, tidakkah terpikirkan dibenakmu ya Luqmân bahwa itu kamu sedang diperalat, mereka membisikanmu berita dalam keadaan mereka ketakutan, mereka tidak berani katakan dihadapan umat melainkan melaluimu, maka kamulah yang merasakan akibatnya.

3. Muhammad ‘Afîfuddîn bin Husnunnuri As-Sidawî
Dia hanya beberapa tahun di Dârul Hadîts Dammâj kemudian datang ke Indonesia dengan membawa oleh-oleh berupa persaksian bahwa “Pusat dakwah salafiyyah terbesar di dunia adalah di Dammâj”, yang kemudian pusat dakwah tersebut dia jadikan seolah-olah seperti Ma’had Ihyâ’us Sunnah Degolan, maka kami katakan: Anda telah keliru, walaupun anda berupaya semaksimal mungkin untuk menjatuhkan Asy-Syaikh An-Nâshih Al-Amîn Yahyâ di Semarang (pada saat daurohmu) atau anda keliling keseluruh pelosok Nusantara untuk menjatuhkan dan masyâyikh di Dârul Hadîts Dammâj serta membatalkan persaksianmu itu, maka ketahuilah apa yang dikatakan oleh Asy-Syaikh An-Nâshih Al-Amîn Yahyâ Al-Hajûrî bahwa Syaikh ‘Ubaid Al-Jâbirî adalah dajjâl, dajjâl dan dajjâl adalah sesuatu perkara yang tidak akan diingkari oleh orang yang faham manhaj dan mengerti perkara al-jarhu wat ta’dîl dan juga tidak akan dipungkiri oleh orang yang punya mata hati, dan yang punya telinga. Apakah ‘Afifudîn dan kawan-kawannya akan berani mencela dan menjelek-jelekan Ibnu ‘Abbâs karena beliau mengatakan kepada Naufan Al-Bikalî: “Telah berdusta musuh Allôh”, tidaklah Ibnu ‘Abbâs mengatakan seperti itu melainkan karena Naufan Al-Bikalî melakukan kesalahan, dan kesalahannya adalah mengingkari bahwa yang bersama Nabi Khodhir itu adalah bukan Nabi Musa, tapi Musa yang lain (Lihat kisahnya dalam “Shohîh Al-Bukhôrî”, pada “Kitâbul ‘Ilmi dan Kitâbut Tafsîr surat Al-Kahfi”). Kira-kira mana yang lebih ngeri ucapan Dajjâl ataukah Kadzaba ‘aduwwallôh (telah berdusta musuh Allôh)?.
Tidak terimanya mereka terhadap perkataan Asy-Syaikh Yahyâ terhadap Syaikh ‘Ubaid secara otomatis mereka juga menolak perkataan Al-Imâm Al-Wâdi’î, beliau berkata sebagaimana dalam “Al-Majrûhûn”: “Dia (‘Aid Al-Qorni) berkata: Aku kagum dengan fatwa-fatwa Hasan At-Turobî, ini Iblis kedua”. Beliau juga berkata kepada ‘Abdullôh bin Mahfûdz sebagaimana dalam “Al-Majrûhûn” (hal. 49): “Dia Dajjâl, sesat, shûfî, mubtadi’, menyimpang dan menyeleweng.”
Kalau seandainya Al-Imâm Al-Wâdi’î masih hidup kita tidak tahu apa yang akan beliau katakan kepada Syaikh ‘Ubaid, yang mana Syaikh ‘Ubaid melarang orang untuk ke Dammâj dan juga membolehkan intikhobat (pemilu) dan ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan perempuan). Ingatlah ketika Safar Al-Hawalî membolehkan intikhobat dan menyimpang maka Al-Imâm Al-Wâdi’î sebagaimana dalam “Al-Majrûhûn” (hal. 40) melarang untuk mendengarkan kaset-kasetnya dan menghadiri majelis-majelisnya.
Tidakkah mereka pernah membaca kitab Al-Majrûhûn ‘inda Al-Imâm Al-Wâdi’î? ataukah mereka akan berani mengatakan sebagaimana perkataan Luqmân: “Tidak heran kalau kemudian melahirkan seorang murid semisal ini.”
Syaikh ‘Ubaid ini awalnya memuji dan menganjurkan untuk ke Dammâj dan terakhirnya melarang penuntut ‘ilmu untuk ke Dârul Hadîts Dammâj dengan alasan ta’âwun di atas permusuhan dan dosa, sementara para ‘ulamâ Sunnah semisal Asy-Syaikh Robî’ bin Hâdî Al-Madkholî tetap memuji Dammâj dan menyarankan untuk ke Dammâj, begitu pula Asy-Syaikh Ahmad An-Najmî sebelum wafatnya didatangi oleh orang-orang ‘ajm (non Arab) meminta fatwanya untuk ke Dammâj, maka beliau langsung menegaskan kepada mereka untuk tetap berangkat ke Dammâj. Dan ketika Asy-Syaikh Yahyâ hafidzohullôh ta’âlâ naik haji dan menyempatkan diri untuk menziarahi Asy-Syaikh Ahmad An-Najmî, dan ketika Asy-Syaikh Yahyâ datang maka Asy-Syaikh Ahmad An-Najmî menyambutnya dan berkata: “Telah datang Imâm Dammâj.”
Dan salah satu diantara sekian ‘ulamâ yang sezaman dengan Asy-Syaikh Yahyâ yang paling disenangi oleh Asy-Syaikh Yahyâ adalah Asy-Syaikh Ahmad bin Yahyâ An-Najmî, sampai salah satu buku Syaikh Yahyâ ketika membantah ahlu bid’ah dikirimkan ke Asy-Syaikh Ahmad An-Najmî untuk memurôja’ah dan memberikan muqoddimah, namun kemudian muncul orang aneh bin ajaib yang bernama Luqmân Bâ’abduh dan atau Abû ‘Umar bin ‘Abdul Hamîd dengan membuat onar dan menebarkan kedustaan bahwa Asy-Syaikh An-Nâshih Al-Amîn Yahyâ Al-Hajûrî menjelek-jelekan Asy-Syaikh Ahmad An-Najmî sebagaimana dalam “Rekaman Saifullôh Tanya Mufti Luqmân” atau tipu muslihat Abû ‘Umar sebagaimana dalam buku “Nasehat dan Teguran” (hal. 54): “Ketika beliau ditanya tentang ucapan Al-Hajûrî” atau pertanyaan kepada Syaikh Fauzân Alu Fauzân sebagaimana dalam “Rekaman Saifullôh Tanya Mufti Luqmân” dengan bentuk umum kemudian dipukulkan ke Asy-Syaikh Yahyâ, tindakan Luqmân Bâ’abduh dan atau Abû ‘Umar ini dalam mengotak-atik pertanyaan persis pertanyaan JT (jamâ’ah tablîgh) yang diajukan kepada Samâhatusy Syaikh Bin Bâz : Bagaimana menurut Syaikh tentang orang-orang yang mengajak manusia untuk keluar sholat ke Masjid? Syaikh Bin Bâz menjawab: “Itu perbuatan yang bagus”, JT senang dan gembira dengan fatwa Syaikh Bin Bâz. Namun ketika ada pertanyaan yang diajukan ke Syaikh Bin Bâz sebagaimana dalam “Aqwâl ‘Ulamâ Assunah fii Jamâ’ah At-Tablîgh” (hal. 13-14): Apakah Ikhwânul Muslimîn (IM) dan JT termasuk dari 72 golongan yang akan masuk neraka? Syaikh Bin Bâz menjawab: “Iya…”, JT pun marah dan sangat benci Syaikh Bin Bâz, dan mereka berkata sebagaimana terucap dari mulut salah seorang anggota JT di Makassar: Bukan Syaikh Bin Bâz, tapi Syaikh Bin Buss.
Dan ada kejadian yang lucu sebagaimana dalam “Rekaman Luqmân Tanya Syaikh Ahmad An-Najmî” ketika Luqmân dan Usâmah Mahrî keduanya telpon Asy-Syaikh Ahmad bin Yahyâ An-Najmî dalam rangka meminta fatwa tentang Ahmad Surkati (pendiri organisasi Ali Irsyad Indonesia), Luqmân telpon dan Syaikh Ahmâd An-Najmî bertanya: Ini siapa? Luqmân menjawab: Luqmân Abû ‘Abdillâh. Namun ketika Luqmân berkata: Ana alumnus Dammâj (murid Syaikh Muqbil) langsung Asy-Syaikh Ahmad An-Najmî senang dan menyambutnya. Dengan kejadian itu mungkin membuat kepalanya Luqmân besar, karena sudah dikenal oleh ‘ulamâ kibâr.

4. Abû Bakar
Hanya beberapa tahun di Dammâj, kemudian ke Indonesia dan ikut merendahkan dirinya di hadapan Luqmân, dan merendahkan Syaikhnya dengan tanpa rasa syukur sedikitpun terhadap Dârul Hadîts Dammâj dan syaikhnya sekedar mendapat pujian dan takut akan penghinaan Luqmân, ikut masuk dalam fitnah. Ini merupakan ketergesa-gesaannya, dia berani membuka diri kalau dia adalah benar-benar orang rendahan, ketika di mengisi dauroh di Masjid Abû Bakr Ash-Shiddîq kampung Kisar Ambon dengan penuh kejantanan menegaskan “Masalah ‘ulamâ adalah urusan ‘ulamâ” dan perkataannya “fitnah yang terjadi dikalangan ‘ulamâ biarkan ‘ulamâ yang selesaikan”, namun kemudian dia menghinakan dirinya sebagaimana Mukhtâr, apakah kalian masih trauma atau mengira sekarang seperti zaman LJ dulu? Sehingga apa yang dikatakan oleh panglima atau wakil panglima siap tunduk dan patuh?

5. Saifullôh
Orang ini beberapa tahun di Dammâj, kemudian ke Indonesia ikut menjadi pengekornya Luqmân, dan menghinakan dirinya di Luqmân serta bertanya tentang suatu pertanyaan yang bisa dibilang pertanyaan anak-anak TK, orang yang sudah berpendidikan di ma’had-ma’had salafî di Indonesia saja sudah bisa tahu hukumnya, apakah Saifullôh tidak pernah membaca ayat-ayat syar’iyyah dan mencermati ayat-ayat kauniyyah? Sampai kamu bisa bertanya kepada Luqmân Al-Hizbî sebagaimana dalam “Rekaman Saifullôh Tanya Mufti Luqmân” Apa hukum wanita muslimah berhijab ikut lomba tarik tambang atau lari karung sesama wanita pada hari raya? Apakah kamu pernah mendengar cerita para shohâbiyyah ikut lomba tarik tambang atau lari karung? Apakah ketika kamu ke Dammâj melihat para ummahât penduduk Dammâj yang kebiasaan mereka bekerja di ladang-ladang mereka, kemudian pada hari raya adakah dari mereka mengadakan lomba lari karung atau lomba-lomba yang semisalnya?
Dan yang lebih bodoh lagi adalah orang yang ditanya yaitu mufti Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh menganggapnya boleh dengan mengkiaskan Rosûlullôh lomba lari dengan ‘Aisyah <, kami tanya kamu wahai mufti Luqmân: Apakah ketika Rosûlullôh lomba dengan ‘Aisyah < pada hari raya? Atau ‘Aisyah < pernah adakan lomba pada hari raya antara sesama wanita dari kalangan Muhâjirîn dan wanita dari kalangan Anshôr? Ataukah ketika Aisyah < melihat anak-anak muda bermain-main pedang dengan sesama pemuda lainnya Aisyah < terus memanggil wanita sesamanya untuk main-main pedang? Apakah mufti Luqmân ketika keliling ke Saudi-Yaman pernah melihat atau mendengar adanya lomba seperti itu kepada wanita mu’minah yang berhijab? Ternyata kini Luqmân sudah mulai menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginan hawa nafsunya.
Dengan melihat keadaan Saifullôh yang begitu jeleknya maka salah seorang teman menghubunginya lewat sms agar mau menyadari kesalahannya dengan bertanya kepada seorang hizbî, ternyata dengan penuh congkak dan angkuh dia berkata: “Jangan memaksa aku masuk ke dalam fitnah”.
Kami katakan: Sungguh sangat mengherankan Saifullôh ini, sudah masuk fitnah katakan tidak masuk fitnah, apakah bukan dikatakan masuk fitnah dengan bertanya kepada yang bukan ahlinya? lagi pula yang ditanya adalah seorang hizbî tulen dan yang ditanyakan juga tentang fitnah akhirnya dalam waktu sekitar setengah jam Saifullôh tersengat bisanya Luqmân, sehingga dia ikut membenarkan bahwa Syaikh Yahyâ telah salah fatal dan Syaikh Fauzân menfatwakan untuk tidak boleh belajar ke Syaikh Yahyâ. Dan tanpa malu mengucapkan cintanya kepada seorang hizbî ternama Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh karena Allôh, begitu sebaliknya Luqmân ucapkan cintanya. Ternyata Saifullôh ini sudah krisis manhaj sehingga kini mengganti manhajnya dengan manhaj “Ale Rasa Beta Rasa”, kalau Luqmân sudah hizbî, Saifullôh ikut mau merasakan hidup jadi hizbî. Kemana Luqmân masuk dia ikut masuk. Allôhul musta’ân.
Dan telah tersebar di Ambon bahwa Syaikh Yahyâ di atas kesalahan karena tidak didukung oleh ‘ulamâ Su’udi, maka kami katakan: Demikianlah para hizbiyyîn yang memiliki pandangan dan penilaian yang sangat sempit, siapa saja yang berbuat atau berkata yang apabila tidak didukung oleh ‘ulamâ Su’ûdi di dalamnya maka dianggap bâthil, Asy-Syaikh An-Nâshih Al-Amîn dianggap salah karena tidak ada dari ‘ulamâ Su’ûdi yang mendukungnya, sehingga layak dan pantas bagi mereka untuk mencaci, mencela dan menghina serta menjelek-jelekkannya. Apakah mereka juga akan lancang mencaci, menghina, dan mencela Al-Imâm Al-Albânî dikarenakan beliau berpendapat bahwa menutup muka (cadar) bagi wanita adalah sunnah (bukan wajib) dan beliau memegang pendapat tersebut sampai wafat, yang ketika itu para ‘ulamâ Su’ûdi tidak setuju dengan fatwanya dan mereka membantah Al-Imâm Al-Albânî dengan hujjah yang kokoh. Apakah Luqmân Bâ’abduh dan orang-orang yang setipe dengannya ikut mau mengambil andil dalam masalah tersebut?
Ketika kami menyindir Saifullôh, ‘Abdussalâm dan para pengekor Luqmân yang ada di Ambon, tiba-tiba ada yang menyampaikan bahwa mereka akan mengangkat kaki dari Ambon (pindah), maka kami katakan: Silahkan! Mau angkat kaki kah atau mau angkat tangan atau mau angkat apa saja yang bisa diangkat silahkan! Tidak ada ruginya, melainkan mereka sendiri yang rugi dari dunianya.

6. Muhammad Sarbini Al-Makasary
Dia ini beberapa tahun di Dammâj kemudian ke Indonesia dengan membawa oleh-oleh istimewa yaitu menghafal kitab “Bulûghul Marôm” kemudian oleh-oleh itu lenyap darinya, sebagaimana kami diceritakan oleh Abû Jauhar Mushtofâ alias Adam: Sarbini berkata ketika masih mengajar di Ma’had Riyâdhus shôlihîn Pangkep: “Ana dulu ketika di Dammâj hafal “Bulûghul Marôm”, sekarang sudah lupa. Tapi masih ana tahu letak-letak atau tempat-tempat hadîtsnya”.
Sarbini ini sejak sebelum terjadi fitnah memang sudah tidak senang dengan Dârul Hadîts Dammâj sebagaimana ia pamerkan sendiri, ketika Abû Zakaria Irhâm (salah satu mantan penuntut ‘ilmu di Ma’had Minhajus Sunnah Muntilan) mau ke Dammâj dia berkata: “Jangan ke Dammâj tapi tunggu Syaikh ‘Abdurrohmân bangun markaz baru setelah itu antum ke markaznya.” Dan ucapan ini dia ucapkan sekitar setahun sebelum pengusiran ‘Abdurrohmân dari Dârul Hadîts Dammâj. Dan Abû Zakaria ke Dammâj masih mendapati ‘Abdurrohmân di Dammâj. Maka orang yang masih punya pandangan dan daya fikir tentu akan menilai: “Memang fitnah ini adalah upaya yang sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya.”
Begitu pula ketika Musthofâ alias Adam Al-Ambonî menceritakan kepada kami bahwa ketika beliau mau ke Dammâj, Sarbini memperingatkannya agar hati-hati dari Abû Turôb dan Abû Fairûz, dan menyuruhnya agar berteman dengan Ayip Safrudin cs. Kemudian Adam memegang betul ucapan tersebut namun sesampainya di Dammâj dia merasa heran dengan akhlaq Ayip Safrudin yang aneh. Tidak lama kemudian beliau meninggalkan Abû Salman dan Ayip Safrudin.

7. Asykari bin Jamal Al Bugisy
Dia ini beberapa tahun di majlis Abul Hasan kemudian kabur ke Dammâj, dan di Dammâj sekitar setahun kabur ke Indonesia, sesampainya di Indonesia mendapat sambutan hangat dan dianggap sebagai ustadz kibar baik di Yayasan Asy-Syarî’ah Yogyakarta atau di Ma’had Ibnul Qoyyim Balikpapan, kalau seandainya dia tahu keadaan dirinya yang sesungguhnya tentu dia tidak akan sibuk dengan urusan besar (masuk keluar fitnah) tapi dia menyibukkan diri dengan banyak taubat, istighfar dan banyak menyibukan diri dengan beribadah –dan Asykari lebih tahu tentang status dirinya-.
Sungguh dia telah berpengalaman keluar masuk fitnah, setiap fitnah yang dia masuki keluar selalu di atas kerendahan, apakah Asykari mau ingin tambahan? Sehingga kini telah masuk fitnah yang besar? Belum lama membantah lawannya karena berdalil dengan ‘ulamâ kibar, ternyata setelah dia merasa meruntuhkan lawannya dan hujjah lawannya tersebut terbuang di tempat sampah kemudian Asykary mengambilnya lalu menjadikannya dalil untuk menyerang Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- dan Dârul Hadîts Dammâj.

8. ‘Abdul Jabbâr
Dia ini hanya beberapa tahun di Dammâj kemudian ke Indonesia dan menampakkan kejengkelannya kepada para masyâyikh di Dârul Hadîts Dammâj, sebagaimana yang dikatakan oleh Luqmân dalam “Penghinaan Luqmân Bâ’abduh kepada Syaikhunâ” (hal. 2): Ketika ana ditelpon ustadz ‘Abdul Jabbâr dia berkata: Itu ada syaikh-syaikh baru yang menggelikan sekali.”
Tanggapan:
Sungguh keberadaan para masyâyikh di Dârul Hadîts Dammâj yang mereka anggap syaikh-syaikh baru ternyata membuat mereka jengkel dan menggelikan sekali, ini persis dengan perbuatan Yahudi, mereka mengharapkan nabi muncul dari kalangan mereka, namun ketika nabi yang mereka damba-dambakan tersebut ternyata muncul dari kalangan ‘Arob (Quraisy) akhirnya mereka jengkel dan murka, yang ujung-ujungnya mereka menolak kebenaran dan tidak hanya itu bahkan mereka juga mengumumkan permusuhan, Allôh Y berkata:
ْ }وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ {
“Dan pada awalnya mereka meminta pertolongan dalam (menghadapi) orang-orang kafir, maka tatkala muncul kepada apa yang telah mereka ketahui, merekapun mengingkarinya, maka la’nat Allôh tehadap orang-orang kafir” (Al-Baqarah: 89).
Syaikh Abû ‘Amr ‘Abdul Karîm Al-Hajûrî -hafidzohullôh- berkata dalam “Ni’matul Mannan bin Tafsîr wa Bayân Kalimat Al-Qur’ân” (hal. 34-35): “Ayat ini turun kepada orang-orang Yahudi yang dahulunya mereka sebelum memeluk Islam, mengkhabari orang-orang Anshôr akan diutusnya Rosûlullôh , dan bila diutus Rosûlullôh mereka beriman kepadanya dan memerangi orang-orang Anshôr. Akan tetapi tatkala Rosûlullôh diutus (karena bukan dari kalangan mereka) mereka pun mengingkarinya” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ishâq dalam “As-Sirah”).
Syaikhul Islam Ibnu Taimyyah berkata dalam “Iqtidhô’ Ash-Shirôth Al-Mustaqîm” (hal. 25): “Ayat-ayat tersebut menyifatkan orang-orang Yahudi yang pada awalnya mereka mengetahui al-haq sebelum muncul Rosûlullôh yang beliau membicarakan al-haq tersebut dan mendakwahkanya. Maka tatkala muncul Nabi berbicara tentang al-haq tersebut yang beliau bukan dari kalangan mereka merekapun tidak menerimanya. Dan sesungguhnya tidaklah mereka menerima kecuali hanya pada kalangan mereka yang memiliki hubungan nasab, bersamaan itu mereka tidak mau mengkuti apa yang Nabi mewajibkan mereka untuk meyakininya.”

9. Muhammad Barmen
Dia ini hanya beberapa tahun di Dammaj kemudian ke Indonesia dan ikut-ikutan menghinakan dirinya di hadapan Luqmân Bâ’abduh, dengan berani angkat bicara sebagaimana dalam “Mukhtashar Bayan” (hal. 42): “Syaikh Yahyâ terfitnah dengan kursy (kedudukan)”, atau yang semakna dengan itu yang kami dapatkan ketika di Indonesia: “Mentang-mentang sudah menjadi pemimpin Dârul Hadîts Dammâj berbuat seenaknya, nantang mubahalah lagi! .”

10. Ayip Safrudin
Dia ini beberapa tahun di Dammâj, dan ketika ke Dammâj sangat diprihatinkan oleh Luqmân Bâ’abduh tentang keberadaannya, sampai Luqmân pernah mencelanya, sebagaimana ketika Luqmân bersama ‘Umar Jawas dan teman-temannya yang lain naik satu mobil dari Jakarta (sebelum vonis tahdzîr terhadap Ja’far ‘Umar Thôlib), Luqmân mengeluarkan vonis terhadap Ayip Safrudin bahwa Ayip Safrudin adalah SETAN LASKAR JIHAD, namun ketika dilihat mendukung dia, dia pun manfaatkan dan memuji-mujinya, Subhanallôh.
Kalau Ayip dikatakan setan LJ, kalau Luqmân apanya? si Lu mannya LJ atau Dajjâlnya atau apanya? yang kira-kira pantas untuk Luqmân yang dia statusnya sebagai wakil panglima? Ucapan vonis “setan” ini mungkin di mata Luqmân lebih sopan, santun dan lembut dari pada vonis Dajjâl, maling Dakwah atau bodoh atau yang semisalnya.
Sangat disayangkan ternyata kemudian Ayip Safrudin termasuk salah satu penolong Luqman Ba’abduh sebagaimana dikatakan sendiri oleh Luqmân dalam pengantar buku “Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij”. Tidak diragukan lagi bahwa penerbit Al-Ghuraba’ Solo sangat berdekatan dengan Ma’had Ayip Safrudin, lagi pula pengurus (karyawan) dan direkturnya bisa dibilang murid-murid atau mad’u Ayip Safrudin, namun ketika buku “Nasehat dan Teguran” terbit Ayip diam seribu bahasa, ataukah Ayip ikut andil dengan terbitnya buku itu atau tidak? Allôhu a’lam.

11. Abû Taubah Hammâm
Dia ini di Dammâj sekitar sepuluh tahun, sehingga ketika melakukan pengkhianatan di Dârul Hadîts Dammâj dan diketahui makarnya, maka Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- mengusirnya dari Dammâj, diapun menangis-nangis dan meminta syafa’at keorang-orang yang dia anggap bisa memberikan syafa’at kepadanya, namun telah diputuskan dia sebagai seorang yang terusir dari Dammâj, dia pun ke Indonesia dalam keadaan hina dan rendah.

12. Abû Khôlid alias Slamet Daryanto
Dia ini beberapa tahun di Dammâj, awalnya dia bertekad seumur hidup di Dammâj, namun kemudian dia tidak betah dan kepanasan telinganya ketika mendengarkan tahdzîran Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- terhadap para hizbiyyin dengan hujjah yang sangat kokoh yang tak tergoyahkan, Abû Khôlid bergegas ke Indonesia sambil mengangkat suara, supaya dia tidak mendengarkan suara Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- dan untuk menyaingi suara Syaikh Yahya, dia ini permisalannya seperti setan katika mendengar seruan adzân sebagaimana hadîts Abû Huroirah t bahwa Rosûlullôh berkata:
}إِذَا نُودِىَ بِالصَّلاَةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ الأَذَانَ {
“Jika dikumandangkan adzân untuk sholât, syaithôn lari menjauh hingga terkentut-kentut, sampai tidak mendengar adzân tersebut.” (HR. Al-Bukhôrî, no. 1231 dan Muslim, no. 389 dan ini lafadz Al-Bukhôrî). Yang kemudian Abû Khôlid berkata sebagaimana dalam “Mukhtashor Bayân” (hal. 42): “Syaikh Yahyâ bukan orang alim” berkata pula: “Syaikh Yahyâ pendusta”, kemudian dia kabur ke Indonesia.

13. ‘Abdul Mu’thi
Dia ini beberapa tahun di Dammâj, kemudian ke Indonesia dan termasuk salah satu kawannya Luqmân Bâ’abduh, disaat Luqmân Bâ’abduh dan para pengekornya mengatakan bahwa Syaikh Yahyâ dan orang-orang yang bersamanya menvonis ‘Abdurrohmân Al-Adanî sebagai hizbî tidak bisa membawakan bukti, maka ketika ada ikhwan menerbitkan buku dan menyebarkan sebagian bukti-bukti tentang hizbinya ‘Abdurrohmân Al-Adanî maka bangkitlah ‘Abdul Mu’thi dalam posisi mengingkari penyebaran tersebut, dengan alasan membuat perpecahan, berkata kepada kami Abû Arqôm Mushlih, dia berkata: “’Abdul Mu’thi melarang ikhwah menyebarkan malzamah-malzamah, dan dia menyebutkan ikhwah yang menyebarkan tersebut pemecah belah.” (perkataan semisal itu juga kami dengarkan dari Abû Yûsuf ‘Abdul Malik Al-Amboniy, beliau dikhabarkan lewat sms oleh ikhwah di Magetan). Sementara pihak Luqmân Bâ’abduh semisal penerbit Al-Ghuraba’ Solo ikut menyebarkan kedustaan Abû ‘Umar bin ‘Abdul Hamîd dengan menerbitkan buku, ‘Abdul Mu’thi mendiamkannya, begitu pula ketika Luqmân Bâ’abduh menebar dusta terhadap Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- tidaklah kami dapati sedikitpun pengingkaran dari ‘Abdul Mu’thi.

14. Ja’far ‘Umar Thôlib
Dia ini beberapa bulan di Dammâj kemudian ke Indonesia, dan dia yang pertama kali membuka jalan dari Indonesia ke Dammâj serta memberi petunjuk jalan kepada orang-orang Indonesia yang mau ke Dammâj, dan namanya sangat harum di mata Al-Imâm Al-Wâdi’î, sampai dia dijuluki dâ’î kibâr salafî di Indonesia, dan orang-orang pun menyebut dia bapak salafî Indonesia. Namun kemudian dia bersama Ayip Safrudin ikut masuk dalam politik bebas aktif, yang Asy-Syaikh An-Nâshih Al-Amîn pada dars kitâb “Shohîh Al-Bukhôrî” ba’da ashar menyinggung mereka dan menyebut mereka dengan harokiyyîn.
Muhammad ‘Afîfuddin bin Husnunnuri As-Sidawî ketika ngisi ta’lîm di Musholla Graha IPTEKDOK UNAIR Surabaya pada hari Jum’at, ba’da ashar menerangkan Ja’far ‘Umar Thôlib ini awalnya terangkat namanya setinggi langit (karena ada beberapa orang Ambon) ‘Afîfuddîn berkata: Seng ada lawan (para hadirin tertawa), ‘Afîfuddîn melanjutkan: Kemudian jatuh, Afîf mengatakan: Pak de’ pak de’ sudah mulai berjatuhan, satu demi satu berjatuhan, pak de’ Aunur Rofiq jatuh, pak de’ Ja’far ‘Umar Thôlib jatuh. Kemudian ‘Afîfuddîn menasehatkan kepada para hadirin untuk bersemangat dalam menuntut ‘ilmu sehingga kalau pak de’ pak de’ berjatuhan ada para penggantinya.
Setelah selesai dars kami bersama al-akh Fajar berangkat ke masjid Abû Bakar Ash-Shiddîq, di tengah-tengah perjalanan al-akh Fajar berkata kepada kami: Itu tadi nasehat ustâdz mantap sekali, apa tidak sebaiknya antum mondok saja (berhenti dari kuliah), kami terdiam tidak bisa menjawab.
Apa yang dikatakan oleh ‘Afîfuddîn sekarang baru bisa kami jawab, kami katakan: Di Dârul Hadîts Dammâj sekitar 200 orang ikhwah Indonesia Insya Allôh telah siap menjadi pengganti dan pembaharu dakwah jelek kalian.
Untuk al-akh Fajar, afwan baru sekarang kami sampaikan jawabannya. Al-Hamdulillâh kami sekarang sedang mondok di markaz yang penuh berkah.

15. Kholîful Hâdî alias Kholîfah
Dia di Dammâj hanya beberapa tahun, ketika di Dammâj dia disibukkan dengan masalah fiqh dan lughoh dan dia meremehkan tentang masalah manhaj; ketika Al-Imâm Al-Wâdi’î berbicara tentang fitnah-fitnah di masa itu baik fitnah Yayasan Ihyâut Turôts dan fitnah ‘Abdurrohmân ‘Abdul Khôliq beserta orang-orang yang setipe dengannya, Kholîfah ini merasa santai saja, dia seolah-olah tidak mendengar masalah itu semua, dia disibukan dengan keluar masuk maktabah membahas fiqh dan lughoh. Tidak berapa lama kemudian dia ke Indonesia, ternyata sesampainya di Indonesia malahan bergabung dengan salah satu jaringan Yayasan Ihyâut Turôts yaitu Ma’had Al-Furqôn Gresik, yang awalnya memang dia dari sana dan berangkat dari ke Yaman dari sana, dan tidak ada komentar sedikitpun darinya ketika itu terhadap ‘Abdurrohmân ‘Abdul Khôliq dan Yayasan Ihyâut Turôts, padahal Al-Imâm Al-Wâdi’î yang Kholîfah tanpa malu mengakui beliau sebagai gurunya telah menjelaskan secara mendeteil dan gamblang tentang keadaan mereka dan kejahatan dakwah mereka terhadap dakwah Ahlussunnah. Ketika Al-Ustâdz Abû Mas’ûd As-Salafî -hafidzohullôh- mengkritik dan tidak setuju dengan keputusan Ma’had Al-Furqôn karena menjalin hubungan dengan yayasan-yayasan Sururiyyîn semisal Yayasan Ash-Sofwa Jakarta, maka Al-Ustâdz Abû Mas’ûd diusir oleh ‘Aunur Rofiq Ghufrôn atas dorongan dari Yazîd Jawwaz, Kholîfah mau tidak mau juga harus diusir karena dianggap sebagai teman Al-Ustâdz Abû Mas’ûd As-Salafî. Setelah Kholîfah ini diusir sudah mulai menampakan diri kalau dia seorang salafî, berkata kepada Kami ‘Abdul A’lâ, Abû Nu’aim dan Abû ‘Amr Syaukani: “Kholîf ketika masih di Ma’had ‘Umar bin Al-Khoththôb Lamongan tegas, dia tidak membolehkan da’wah dengan yayasan dan (proposal) minta-minta.” Namun ketika sudah rencana untuk membangun ma’had baru di Gresik, Kholîfah ini sudah mulai condong pada penyimpangan, proposal yang tadinya dia harômkan kemudian dia jalani, berkata kepada kami Abû ‘Amr Syaukani: “Antum ketika ke Lamongan dulu tahu kalau Kholîf rencana bangun ma’had baru, dia suruh Abû Mûsâ untuk ketik proposalnya dengan bahasa ‘Arob untuk dikirim ke Saudi. Abû Mûsâ ketiknya di maktabah ma’had ‘Umar bin Al-Khoththôb”.
Telah kami saksikan dan kami dengar begitu pula kawan-kawan kami yang pernah mondok di Ma’had Umar bin Al-Khoththôb bahwa pembangunan ma’had Dârul Atsâr Gresik itu dikarenakan ketidak sukaan Kholîfah terhadap Al-Ustâdz Abû Mas’ûd, terbukti dengan pembangunan itu dilakukan dengan ngebut (baca; cepat) hanya dalam waktu beberapa bulan kemudian sebagian santri ma’had ‘Umar bin Al-Khoththôb ikut Kholîfah (pindah), dan dalam proses pindah tersebut dilakukan serentak dan tanpa minta izin ke Al-Ustâdz Abû Mas’ûd. Ketika beberapa orang Riau santri ma’had Dârul Atsâr Gresik yang awalnya mereka dari ma’had ‘Umar bin Al-Khoththôb Lamongan minta izin ke Kholîfah untuk balik (pindah) ke ma’had ‘Umar bin Al-Khoththôb Lamongan, Kholîfah melarang mereka, dengan memberikan alasan bahwa di ma’had ‘Umar bin Al-Khoththôb Lamongan setelah dia pindah sudah tidak bagus proses belajar mengajarnya, sebagaimana dia katakan pula ketika baru dari Madura pada sore hari menjelang maghrib ada seorang santri mau membeli madu di rumahnya, Kholîf berkata: “Ana sangat kasihan sama ma’had ‘Umar bin Al-Khoththôb Lamongan, setelah ana pindah kesini sekarang anak-anak yang ada disana sudah pada berkeliaran kesana kemari, pelarajarannya sudah tidak seperti dulu ketika ana masih di sana.”
Ada sebuah kisah yang sangat lucu, ketika al-akh Abû Nu’aim ‘Alî mengatakan kepada Kholîfah: Ana mau ke Dammâj bersama kami, dan mau hubungi travel di Jakarta, Kholîf berkata kepada Abû Nu’aim ‘Alî (tepatnya di depan pintu rumahnya, ba’da sholat Isya’): “Biar ana saja yang telpon pemilik travelnya mungkin dia masih kenal ana”. Abû Nu’aim pun ke Asrama mengambil uang untuk isi pulsa, ketika Abû Nu’aim pergi ke Asrama, Kholîfah berkata kepada kami: “Ana coba telpon pemilik travel, siapa tahu dia mau membantu kita untuk membangun pondok ini.” Besoknya sebelum Dzuhur ba’da dars kitab “Qothr Nada'”, Abû Nu’aim memberikan Hp-nya kepada Kholîfah supaya telpon pemilik travel tersebut, Kholîfah pun telpon dan memperkenalkan dirinya dan mengatakan ana yang dulu ngantar adik ana ke travelmu untuk ke Yaman itu, tapi pemilik travel sudah tidak kenal dia, dia pun berbicara dan memanggil pemilik travel dengan ustadz, Subhanallah kami dan ‘Alî tercengang, dalam hati kami berkata: “Wah tukang bisnis kok dianggap ustâdz, kalau guru matematika dipanggil ustâdz mungkin masih mending, ini tukang bisnis”. Dan kejadian telpon ini disaksikan pula oleh kawan-kawan yang ikut dars waktu itu termasuk al-akh Abû ‘Amr Syaukani. Tidak sekali atau dua kali Kholîfah menyebut pemilik travel ustâdz, bahkan berulang-ulang, belum sampai akrab dan asyik berbincang-bincang pemilik travel langsung menutup Hp-nya, sehingga Kholîfah tidak sempat mengutarakan keinginannya untuk mengetuk hati sang pemilik travel. Kemudian Kholîfah mulai membuat gambaran yang membuat gambaran tentang keadaan Dammâj, yang akhirnya membuat al-akh Abû Nua’im patah semangatnya, dan dia akhirnya ragu-ragu jadi ke Dammâj ataukah tidak?
Ketika kami melihat keadaan Kholîfah yang semakin aneh seperti itu, kami minta izin ke Kholîfah dan pamitan ke kawan-kawan untuk ke Cirebon sambil menunggu jawaban dari keluarga apa kami jadi ke Dammâj ataukah tidak? Walhamdulillah ternyata Allôh beri kami kemudahan sehingga sekarang telah berada di Dammâj yang kami damba-dambakan.

16. Abû Qotâdah
Dia ini beberapa tahun di Dammâj, ketika masih di Dammâj dia sudah menggelari dirinya dengan Syaukah, yang dia maksudkan kalau nanti dia ke Indonesia akan menjadi duri bagi ahlu bid’ah, dia sangat percaya diri, namun ternyata sesampainya di Indonesia dia ikut menempuh wasilah hizbiyyah hingga pada akhirnya dia cemplung ke dalam perangkap sururiyyîn dan kemudian bergabung dengan para sururiyyîn semisal Yazîd Jawwaz, ‘Abdul Hakîm Abdat, ‘Aunur Rofiq Ghufrôn, Mubârok Bamu’allim, ‘Abdurrohmân At-Tamîmî, para redaktur majalah As-Sunnah dan para redaktur majalah Al-Furqôn serta bergabung dengan orang-orang yang memiliki jaringan bersama mereka.

BAB V
SERANGAN BERTUBI-TUBI

5.1 Serangan dengan Lisan (Dusta)
Salah satu dari sekian sebab dibubarkannya LJ (Laskar Jihad) karena menghalalkan dusta dengan alasan perang adalah tipu daya, hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abû Ibrôhim Muhammad bin ‘Umar As-Sewed yang termaktub dalam pengantar buku “Meredam Amarah Penguasa”, dan praktek dusta ini tidak hanya pada selebaran buletin “Al-Jihad” atau Koran “Laskar Jihad”, namun terucapkan pula pada sebagian lisan-lisan Al-Jihâd. Suatu kebahagian tersendiri dengan bubarnya LJ dan forumnya karena bisa dikatakan telah lenyap satu perangai jelek ini, namun sayang dan amat disayangkan pembesar atau mantan panglima LJ yang bernama Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh tidak bisa menghilangkan perangai “dusta” dari lisannya, sungguh syarî’at yang indah ini telah mencela perangai jelek tersebut dan para pelakunya, sebagaimana Allôh Subhaanahu wa Ta’ala berkata:
}يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ {
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah:119).
dan Al-Imâm Muslim berkata dalam “Shohîh”nya (no. 6803):
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا وَقَالَ الآخَرَانِ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِى وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم }إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا {
“Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan ‘Utsmân bin Abî Syaibah dan Ishâq bin Ibrôhîm, berkata Ishâq, telah mengkhabarkan kepada kami- dan berkata Zuhair dan ‘Utsmân-: Telah menceritakan kepada kami Jarîr, dari ‘Manshûr, dari Abî Wâil dari ‘Abdillâh, dia berkata: Rosûlullôh berkata: “Wajib atas kalian untuk menetapi kejujuran. Karena kejujuran itu mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu mengantarkan kepada al-jannah. Seseorangnya itu senantiasa jujur dan berupaya serius untuk jujur sampai akhirnya ia ditulis di sisi Allôh sebagai orang yang jujur. Hati-hati kalian dari dusta. Karena kedustaan itu mengantarkan kepada kefajiran, dan kefajiran mengantarkan kepada an-nâr. Seseorang itu senantiasa berdusta dan berupaya untuk dusta, sampai akhirnya ia ditulis di sisi Allôh sebagai seorang pendusta.

Al-Imâm Al-Bukhôrî berkata dalam “Shohîh”nya:
حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ بْنُ عُقْبَةَ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنِ الأَعْمَشِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُرَّةَ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ } أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا ، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ {
“Telah menceritakan kepada kami Qobîshoh bin ‘Uqbah, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyân, dari A’masy, dari Abdillâh bin Murroh, dari Masrûq, dari ‘Abdillâh bin ‘Amr bahwasanya Nabi juga menyebutkan ciri-ciri orang munâfiq: Empat (sifat), barangsiapa yang memilikinya maka dia menjadi seorang munafiq tulen, barangsiapa memiliki salah satu sifatnya, maka padanya ada sifat munafiq sampai ia meninggalkannya: Apabila dipercaya ia berkhianat, apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji ia melanggarnya, dan apabila berselisih/berdebat maka ia berlaku fujur (melampui batas)”.
Para hizbiyyîn dengan kepandaian mereka dalam berdusta maka manusiapun tertipu akhirnya menilai sesuatu bukan pada tempatnya, Rosûlullôh telah menyebutkan masalah ini, Rosûlullôh berkata:
} سَيَأْتِيْ عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَةٌ يُصَدَّقُ فِيْهَا الكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيْهَا الخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيْهَا الأَمِيْنُ وَيَِنْطِقُ فِيْهَا الرُّوَيْبِضَةُ { قِيْلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ ؟ قَالَ: }الرَّجُلُ التَّافِهُ يَتَكَلَّمُ فِيْ أَمْرِ العَامَّةِ {.[ عن أبي هريرة  رواه ابن ماجة – (ج 9 / ص 36) وهو في السلسلة الصحيحة – (ج 4 / ص 386رقم :1887)
“Akan tiba kepada manusia, tahun-tahun yang penuh dengan tipu daya, yang pada tahun-tahun tersebut dibenarkan para pendusta dan didustakan orang-orang yang jujur, dan dianggap amanah orang-orang yang penghianat, dan dianggap berkhianat orang-orang yang amanah, dan ketika itu ruwaibidoh mulai angkat bicara, Beliau ditanya: apa itu ruwaibidoh? Beliau berkata: “Orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak” [HR. Ibnu Mâjah (juz: 9, hal. 36) dalam As-Silsilah Ash-Shohîhah (Juz: 4, hal. 386, no. 1887, dari Abû Huroirah Rodhiyallohu ‘anhu).

5.1.1 Kedustaan Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh
Dengan penyebutan Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh sebagai seorang pendusta maka tidak menutup kemungkinan para pengikutnya akan berkata: Tidak mungkin al-ustâdz al-fâdhil Luqmân pendusta, kenyataannya dia membantah orang dusta dengan menulis buku “Menebar Dusta Membela Teroris”?. Maka sebelum beranjak dari pembahasan ini kami akan sebutkan diantara kedustaannya:
1. Menyambut baik nasehat Asy-Syaikh Robî’ -hafidzohullôh- untuk diam dari fitnah, dan ikut berpartisipasi dengan menerjemahkan nasehat tersebut, namun kemudian dia dustakan dengan melakukan upaya licik, lincah dan liar serta menebarkan opini dalam menjelek-jelekkan Asy-Syaikh An-Nâshih Al-Amîn Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- dan Dârul Hadîts Dammâj, dan melarang ikhwah salafiyyah untuk ke Dammâj dengan bahasa yang berwarna “rayuan gombal” supaya ke markaz ‘Abdullôh Al-Mar’î di Hadromaut.
2. Menyebarkan tuduhan bahwa Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- telah salah fatal dalam masalah ‘Aqîdah, diantaranya Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- berpendapat bahwa Allôh beristiwa’ nempel ke ‘Arsy-Nya.
3. Memberitakan bahwa Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- tidak didukung oleh ‘ulamâ.
4. Menyatakan Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- tidak tahu manhaj.
5. Menyebarkan berita bahwa Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- pendusta.
6. Yang membuat fitnah adalah Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ-.
7. Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- mengatakan bahwa sunnah sebagian besarnya adalah wahyu.
8. Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ-mengatakan bahwa Nabi telah salah dalam wasilah dakwah, maka beliau dibenarkan dan diberi pelajaran oleh Robbnya.
9. Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- mengatakan bahwa Nabi dan orang yang di bawah beliau tingkatannya tidak bisa diterima ucapannya kecuali dengan dalîl yang jelas.

Dan salah satu ciri khas LJ (Laskar Jihad) yang masih diterapkan oleh Luqmân atau pengikutnya adalah memajhul (menyamar)kan nama, seperti Abû ‘Umar bin ‘Abdul Hamîd, dan Abû Mahfûdz atau yang semisal mereka berdua.
Kalau Abû ‘Umar dengan tulisannya pada pengantar “Nasehat dan Teguran…”, isinya persis dengan pembicaraan Luqmân dalam beberapa rekaman dan gaya penulisannya seperti dalam buku “Mereka adalah Teroris” atau dalam buku “Menebar Dusta Membela Teroris”. Bagi kami Abû ‘Umar ini Luqman atau selain Luqman tetap keduanya sama kelakuannya, sungguh Allôh Y telah sebutkan sifat mereka, Allôh Y berkata:
}وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ آَيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176) {
“Dan bacakanlah kepada mereka, berita orang-orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaithôn (sampai dia tergoda) maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir”. (QS. Al-A’raf:176).
Atau juga keduanya bagaikan Babi hutan yang mana Babi hutan, yang mana Babi hutan ini apabila belum luka dia akan terus lari dari suara manusia namun ketika sudah luka maka tidak peduli siapa saja yang bersuara dia menyerangnya dan sekalipun dia harus jadi korbannya, demikian realita Babi hutan di Pulau Seram (Maluku) yang tentu mantan wakil panglima LJ sudah pernah ke sana.
Demikian perumpamaan Luqmân atau Abû ‘Umar “Semakin jelas dustanya semakin berani berdusta”, sebagaimana Abû ‘Umar berdusta dalam “Nasehat dan Teguran” (hal. 9): “Bahkan Al-Hajury tidak segan-segan untuk berdusta….”.
Dan Abû ‘Umar juga berkata sebagaimana dalam “Nasehat dan Teguran” (hal. 8): “(Syaikh Yahyâ-pen) Sering muncul istilah-istilah aneh dan jorok dari lisannya, yang terkadang orang awam pun tidak kuasa untuk mengucapkannya.”
Kami katakan: Tidak perlu kalian mempromosikan diri dan menganggap diri sebagai orang yang berkata lembut, sopan, dan halus. Tidak usah memakai nama orang ‘awwâm, sungguh orang ‘awwâm telah tahu siapa kalian yang sesungguhnya? Wallâhi orang ‘awwâm telah menvonis kalian sebagai: Kambing, kebanjiran, teroris, gerombolan (pemberontak) dan sesat. Mereka juga menyebut akhwat-akhwat berjubah hitam sebagai: Setan, kemah berjalan dan perempuan-perempuan yang berpakaian panjang hitam-hitam tanpa celana dalam, dan ucapan yang semisal itu. Apakah ucapan-ucapan tersebut menurut Abu ‘Umar dan atau Luqman Ba’abduh mustahil diucapkan oleh mereka?

5.1.2 Kedustaan Muhammad ‘Afîfuddîn bin Husnun- nuri As-Sidawî
Begitu pula Muhammad ‘Afîfuddîn bin Husnunnuri As-Sidawî tidak segan-segan untuk berdusta sebagaimana ketika dia menulis surat kepada al-akh ‘Abdullôh Al-Jahdarî -hafidzohullôh- dengan dua lembar kertas buku, empat halaman, dengan tinta biru, dia berkata: “Ma’hadku telah membangun tiga lantai, thullâbnya sekitar 300 orang (jumlah keseluruhan), dibangun dengan TANPA YAYASAN DAN MINTA-MINTA.”
Demikian itu menunjukkan kalau dia sudah tahu hukum yayasan dan minta-minta, padahal itu dia berdusta, dia ingin temannya senang dan memuji dia karena bisa bangun markaz besar, sungguh mengherankan mencari pujian manusia dengan mengundang kemurkaan Allôh Subhanahu wa Ta’ala.
Ada yang berkata: Mungkin ketika dia kirim suratnya, waktu itu belum ada yayasannya. Jika dia berkata seperti itu maka itu menunjukkan semakin dusta dia, bagaimana mungkin mau dikatakan ketika itu belum ada yayasannya, padahal dia sudah katakan ma’hadnya sudah bangun tiga lantai, sedangkan tiga lantai Al-Bayyinah dibangun setelah adanya program kelas Dieniyyah dan Lughowiyyah angkatan pertama, dan santri-santrinya telah memiliki kartu santri yang di atasnya tertulis nama yayasan.

5.1.3 Kedustaan Saifullôh
Orang ini patut untuk dikasihani, sudah ditipu oleh Luqmân bahwa Syaikh Fauzân melarang orang-orang untuk belajar ke Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- karena beberapa kesalahan, berikut ini kami sadurkan fatwa Syaikh Fauzan:

FATWA TERBARU ASY-SYAIKH AL-FAUZAN 5 – 3 – 1430 H
Asy-Syaikh Shôlih Al-Fauzân Membantah Kesalahan Al-Hajûrî!
Masih lekat pada ingatan kita, jawaban Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah sekitar 6 tahun lalu ketika beliau ditanya tentang beberapa kesalahan yang diucapkan oleh Al-Hajuri. Maka beliau melarang untuk belajar kepada orang yang demikian kondisinya.
Berikut pertanyaan yang diajukan kepada Asy-Syaikh Al-’Allamah Shalih Al-Fauzan hafizhalullah pada tanggal 5 Rabi’ul Awwal 1430 H, tentang beberapa kesalahan yang diucapkan oleh Al-Hajuri dan sudah terlanjur tersebar di tengah-tengah kaum muslimin, yang kemudian kesalahan tersebut dibela dengan tanpa malu oleh orang-orang jahil.
Maka kali ini dengan tegas Asy-Syaikh Al-Fauzan menjawab :
“Ini adalah ucapan yang buruk, ucapan yang jelek, tidak boleh mendengarnya dan tidak boleh diam atas (kebatilan)nya.”
Segala puji bagi Allah, yang telah memunculkan di tengah umat ini ‘ulama yang tampil kesesatan tersebut, agar umat tidak tertipu dengannya.
Berikut transkrip tanya jawab bersama Al-’Allamah Shalih Al-Fauzan hafizhahullah :
Semoga Allah memberikan kebaikan kepada engkau wahai Samahatul Walid. Seorang penanya berkata: Bagaimana hukum orang yang mengatakan bahwa sunnah sebagian besarnya adalah wahyu? Dan mengatakan juga bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam telah salah dalam wasilah dakwah, maka beliau dibenarkan dan diberi pelajaran oleh Rabbnya. Dan mengatakan juga bahwa Nabi dan orang yang di bawah beliau tingkatannya tidak bisa diterima ucapannya kecuali dengan dalil yang jelas.
Apa hukum perkataan tersebut dan apa hukum belajar pada orang tersebut?
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjawab :
“Ini adalah ucapan yang buruk, ucapan yang jelek, tidak boleh mendengarnya dan tidak boleh diam atas (kebatilan)nya. Ucapan tersebut telah menghina Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.
Allah Jalla wa ‘Ala telah berfirman tentang beliau “Tidaklah dia berbicara dengan hawa nafsunya. Tidak lain itu adalah wahyu yang diwahyukan.” [An-Najm : 3-4]
Sementara orang ini berani menyalahkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dalam urusan agama. Padahal urusan agama merupakan wahyu dari Allah.
Adapun urusan dunia, urusan dunia maka Rasulullah bermusyawarah dengan para shahabatnya dalam urusan-urusan dunia, bukankah demikian?
Dalam urusan dunia beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam biasa bermusyawarah dengan para shahabatnya. Adapun urusan syari’at, maka itu bersifat tauqifiyyah, wahyu dari Allah Jalla wa ‘Ala : “Tidaklah dia berbicara dengan hawa nafsunya. Tidak lain itu adalah wahyu yang diwahyukan.” [An-Najm : 3-4].”

Tanggapan:
Luqmân Bâ’abduh dan para pengekornya telah menempuh cara-cara licik dengan tanpa menyebutkan kalau yang berkata seperti itu adalah Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ-, jika disebutkan nama Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- tentu Syaikh Fauzân tidak akan langsung berfatwa dan menghukumi, tapi justru Syaikh Fauzân akan tabayun (mengecek dulu) apakah itu benar perkataan Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- atau kah bukan? Ini Syaikh Fauzân, ‘ulamâ besar bukan orang rendahan seperti Luqmân Al-Hizbî dan komplotannya, beliau tidaklah tergesa-gesa dalam menghukumi sesuatu apalagi menghukumi ‘ulamâ yang semisalnya., karena sangat mustahil seorang ‘ulamâ yang konsisten akan berkata seperti itu, dan kalaulah benar Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- berkata seperti itu tentu para ‘ulamâ yang ada di Dârul Hadîts Dammâj dan ‘ulamâ yang sering menziarahi Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- yang ada di Yaman akan lebih dulu meninggalkan Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ-. Tidaklah seorang ‘ulamâ menfatwakan untuk meninggalkan seorang ‘ulamâ yang lain dari belajar kepadanya melainkan ‘ulamâ tersebut benar-benar di atas kesalahan, dan kalau benar Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- di atas kesalahan sebagaimana difatwakan sekitar enam tahun yang lalu maka tentu sekitar dua tahun yang lalu ketika Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- naik haji Syaikh Fauzân tidak akan mungkin mau mengundang Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- ke rumahnya, tapi justru realitanya Syaikh Fauzân telah mengutus seorang Indonesia untuk mendatangkan Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- ke rumahnya, apakah ada ceritanya dalam siroh Salafush Shôlih bahwa seorang ‘ulamâ sunnah pernah mengundang orang yang terjatuh dalam kesalahan ke rumahnya setelah dia mentahdzîr umat dari kesalahannya?
Adapun perkataan: “Sunnah sebagian besarnya adalah wahyu” atau perkataan bâthil yang semisal itu, kami katakan: Ini tidak punya dasar sama sekali untuk disandarkan kepada Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ-, pernah ada yang bertanya kepada Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- pada dars antara maghrib dan isya’ tentang perihal kelompok Qur’âni, maka Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- berkata: “Mereka itu adalah kelompok yang menolak Sunnah dan mencukupkan hanya dengan Al-Qur’ân, padahal tidaklah Rosûlullôh itu berkata, melainkan karena apa yang diwahyukan kepadanya, Allôh Yberkata:
}وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4) {
“Tidaklah dia (Rosûlullôh ) berkata dengan hawa nafsunya. Tidak lain itu adalah wahyu yang diwahyukan.” (QS. An-Najm: 3-4).
Dan kami sungguh pernah mendengarkan dengan telinga kami dan menyaksikan dengan mata kepala kami serta kami telah tulis di dalam kitab lembaran kedua dari kitab “Shohîh Muslim” yang kami miliki bahwa Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- pada dars antara maghrib dan isya’ berkata: “Al-Qur’an adalah wahyu dan As-Sunnah adalah wahyu, semuanya dari sisi Allôh Y. Allôh Y berkata:
}وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4) {
“Tidaklah dia (Rosûlullôh ) berkata dengan hawa nafsunya. Tidak lain itu adalah wahyu yang diwahyukan.”
Adapun perkataan yang disandarkan kepada Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- “bahwa Nabi telah salah dalam wasilah dakwah, maka beliau dibenarkan dan diberi pelajaran oleh Robbnya. Dan mengatakan juga bahwa Nabi dan orang yang di bawah beliau tingkatannya tidak bisa diterima ucapannya kecuali dengan dalîl yang jelas”.
Kami katakan: Bahwa ini termasuk kedustaan yang diada-adakan atas nama Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ-, sungguh perbuatan Luqmân Al-Hizbî dan para pendukungnya telah menempuh cara-cara hizbiyyûn semacam ini, ini diantara salah satu kelicikan mereka sekaligus bukti bahwa “Mereka adalah Hizbiyyûn”. Sungguh telah kami dengar perkataan Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- pada dars antara maghrib dan isya’ ketika membaca kitâb “Iqtidhô’ Ash-Shirôtil Mustaqîm” beliau berkata: “Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi “. Beliau juga berkata: “Sebaik-baik metode dakwah adalah metode dakwah yang dicontohkan oleh Rosûlullôh dan para shohâbatnya”. Beliau juga berkata: “Rosûlullôh adalah orang yang tidak pernah berbuat salah dan keliru.” Dan beliau berkata pula: “Semua orang bisa diambil dan ditolak perkataannya kecuali Rosûlullôh :
}ليس أحد إلا يؤخذ من قوله ويترك، إلا النبي صلى الله عليه وسلم{
“Tidaklah seorangpun diambil dan ditinggalkan perkataannya kecuali Rosûlullôh “. (Riwayat ini adalah Shohîh secara marfû’ dari Ibnu ‘Abbâs diriwayatkan oleh Ath-Thobarônî dalam “Mu’jamil Kabîr” (Juz: 1, hal. 33), dari jalan Ibnu Dinâr dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbâs secara marfû’ dari Nabi .Dan dari perkataan Mujâhid dalam “Hilyatul Auliya'” (Juz: 2, hal. 31).
Apakah Luqmân Al-Hizbî dan para pengekornya mengira di Dârul Hadîts Dammâj ini hanyalah orang-orang dungu dan bodoh seperti mereka, sehingga semua meyakini dan membenarkan ucapan buruk dan jelek seperti itu? Kalau benar Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- mengucapkan seperti itu, tentu para masyâyikh yang sekarang sibuk mengajar di Dârul Hadîts Dammâj begitu pula para mustafîd akan bergegas meninggalkan Dammâj satu demi satu, tentu pula Asy-Syaikh Robî’ bin Hâdî Al-Madkholî -hafidzohullôh- akan lebih dulu mengangkat suara, karena ini bukan masalah remeh tapi ini masalah manhaj dan ‘aqîdah Ahlussunnah.
Belum lama manusia aneh semacam ‘Abdussalâm menyebarkan pula bahwa Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- mencela shohâbat, kami katakan: Ya ‘Abdassalâm, salafiyyûn di Dammâj tidak sebodoh sepertimu! Orang yang baru kenal salafî sudah faham bahwa mencela shohâbat itu perbuatan orang-orang sesat, semisal Quthubiyyîn dan kelompok sesat yang lainnya, apalagi sampai mencela, menghina dan berkata jelek kepada Rosûlullôh ..
Saifullôh ternyata berani pula menebarkan kedustaan dengan mendatangi ikhwah Ambon dengan penuh percaya diri berkata sebagaimana dalam “Sms Salah Seorang Ikhwan Ambon ke Abû Yûsuf”: Saifullôh berkata: Syaikh Yahyâ masih banyak kesalahan yang lain” Ikhwân Ambon tadi berkata: “Dia (Saifullôh) memberi waktu satu atau dua hari supaya ana ruju'”.
Demikian cara-cara Saifullôh sudah mulai bermain paksa, ini persis cara-cara kuno (tahun 2000-2002). Saifullôh mendapat dorongan dari Luqmân lewat telpon sebagaimana dalam “Rekaman Saifullôh Tanya Mufti Luqmân” untuk menyebarkan berita dusta tentang Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ-, kemudian dengan semangat butanya, dia sebarkan dan mendatangi ikhwah Ambon dengan memperdengarkan suara berbau Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ- dengan harapan salafiyyun Ambon agar ikut seperti mereka dalam mengumumkan permusuhan terhadap Asy-Syaikh Yahyâ bin ‘Alî Al-Hajûrî -hafidzohullôh ta’âlâ-. Begitu pula Abû ‘Umar bin ‘Abdul Hamîd berkata sebagaimana dalam “Nasehat dan Teguran” (hal. 38): “Bahkan Al-Hajûrî dalam kaset Daf’ul Irtiyab mengingkari bahwa dirinya telah mengucapkan kata-kata tersebut terhadap hasil ijtima’ Ma’bar.”
Mereka memaksa-maksakan diri melemparkan tuduhan, padahal Rosûlullôh telah memberikan bimbingan yang sangat bagus, beliau berkata:
}الْبَيِّنَةَ عَلَى الْمُدَّعِى وَالْيَمِينَ عَلَى الْمُدَّعَى عَلَيْهِ{
“Yang menuduh membawakan bukti, yang dituduh diminta sumpah”. (Shahih, HR. At-Tirmidzi).
Sedangkan bukti yang mereka bawakan pun masih perlu dipertanyakaan dan diteliti lagi, karena sebagaimana yang dikatakan oleh Abû ‘Umar dalam “Nasehat dan Teguran”: “Asy-Syaikh Yahya Al-Hajury mentarbiyah ribuan muridnya”, dengan ribuan murid tersebut tentu yang rekam suara Syaikh Yahyâ tidak hanya satu dua orang, tapi banyak orang, namun anehnya hanya satu rekaman (yang kemudian diperbanyak) yang beda dengan yang lainnya. Bagi para tasjilat tentu mudah untuk memotong suara, menyisipkan suara atau mengubah suara dan ini diakui oleh teman kami yang biasa bekerja di tasjilat, bahwa itu adalah perkara yang mudah dan gampang, mungkin Luqmân akan berkata: “Kalau begitu ana juga tidak katakan seperti itu kepada Asy-Syaikh Yahya, rekaman itu diubah, ditambah dan dikurangi”. Maka kami katakan: Celaan, penghinaan dan makian Luqmân terhadap Syaikh Yahyâ banyak sumbernya, bukan hanya rekaman tapi juga dalam bentuk yang lain, seperti laporan (berita) dari ikhwah dan ada yang berbentuk malzamah dan buku, sebagaimana buku “Nasehat dan Teguran” telah mencocoki perkataan dan perbuatan Luqmân Bâ’abduh. Dan para saksipun telah membuktikannya, maka kedustaan Luqmân Al-Hizbî adalah perkara sudah mendunia ketenarannya.
Kalau Luqmân bersilat lidah dan bersikeras dengan tidak mau mengakui bukti yang ada dan dia merasa di atas kebenaran dan berani bersumpah maka solusi terakhir dia menerapkan apa yang pernah dia ketahui, sebagaimana perkataannya dalam “Penghinaan Luqmân” (hal. 8): “Di Yaman Hajury nantang mubahalah”. Tentu kalau dia faham dan yakin di atas kebenaran maka tentu dia akan berani menyambut ketika ditantang mubâhalah, tidak hanya berkata sebagaimana dalam “Penghinaan Luqmân” (hal. 8-9): “Muhsin nantang ana mubahalah di daurah semarang kata Nurwahid dan Muhaimin”. Memang benar kata orang Luqmân ini berjiwa penakut, tidak sama dengan Ja’far ‘Umar Thôlib (yang dulu) ketika ditantang dengan mubahalah dia sambut, demikian itu karena kebenaran ketika itu ada padanya, dia faham akan perkataan Allôh Y:
}الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (60) فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ (61) {
“Kebenaran itu dari Robbmu maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Siapa yang membantahmu tentang kebenaran itu sesudah datang ilmu kepadamu, maka katakanlah: Marilah kita mengajak anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian, diri kami dan diri kalian. Kemudian marilah kita bermubahalah maka kita meminta supaya la’nat Allôh ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta”. (Ali Imrôn: 60-61).

5.1.4 Kedustaan Kholîful Hâdî
Dalam penantian pemberangkatan ke Dammâj, kami sempat dua pekan di Muntilan, pada suatu malam ba’da sholat Isya’, kami mencoba menelpon Kholîfah untuk menyampaikan masukan kepadanya, karena telah tersebar bahwa Kholîfah mentahdzîr Al-Ustâdz Abû Mas’ûd sekaligus keluarganya, maka kami menelponnya dan menyampaikan permasalahan tersebut, sebelum telpon ditutup Kholîfah berkata kepada kami: “Begitu ana dinasehati, ana itu masih bodoh dan butuh nasehat, ntar kalau antum balik dari Yaman ana dinasehati!, itu saja ya, karena ana mau ngantar ibu pulang ke rumahnya”. Ternyata besoknya langsung dia katakan kepada Abû Nu’aim: “Khidir tadi malam telpon ana, sekarang dia terkena fitnah dunia luar”. Allahul musta’an.
Begitu pula ketika dia ditelpon dari Semarang untuk mengisi dauroh di Semarang, ini tepatnya pada waktu Dhuha’ ba’da dars “Al-Ushul min Ilmil Ushul” dia berkata: “Ana disini saja, ana tidak bisa meninggalkan ma’had, lagi pula ana takut keenakan, ana tidak bisa menjaga niat, apalagi kalau sudah keluar-keluar itu makannya enak-enak, makannya sate dan yang enak-enak…..afwan ana tidak bisa jaga niat, ana di sini saja, kerja di sawah, nyangkul tanah….kalau antum mau suruh saja murid-muridmu kesini ana akan ajarin.
Perhatikanlah ucapannya: “Ana disini saja, kerja di sawah, nyangkul tanah….” Padahal telah diketahui di di Gresik tidak punya sawah, kalau di Lamongan dulu memang benar pernah dia kerja di Sawah miliknya Al-Ustâdz Abû ‘Abdirrohmân Nûrul Yaqîn, demikianlah keberadaan dia, menampakan sikap terpuji yang tidak ada pada dirinya.
Disamping berdusta ternyata Kholîfah ini ingin mau menjadi ahli firasat, ketika kami dan Abû Nu’aim sudah mendaftar ke travel untuk ke Dammâj, al-akh Abû ‘Amr Syaukani minta izin pulang ke Sumatra untuk mengurus berkas-berkas (surat-surat) untuk ke Dammâj, ternyata Kholîfah dengan mengandalkan firasatnya melarangnya untuk pulang, sehingga al-akh Abû ‘Amr menjelaskan bahwa beliau benar akan ke Dammâj, karena sudah diberitahu oleh Abû ‘Abbâs (bapaknya Abû Hanîfah), Kholîfah tetap bersikeras melarang, yang terakhir ucapannya mengatakan: “Menurut firasatku, antum disuruh pulang supaya tinggal di rumah, itu bukan untuk ke Yaman, itu hanya politiknya Abû Mas’ûd, ‘Abdul Ahad dan politik bapaknya Abû Hanîfah.”

5.2 Menindak Lanjuti Rencana Jahat
Ditengah-tengah api fitnah semakin bergejolak, para penggemar fitnah terus menjalankan misi dengan mengeluarkan segala daya fikir mereka untuk bisa menggapi keinginan mereka, kedustaan mereka tebarkan, ketika pecinta al-haq berupaya mengikis dan menepis kedustaan dan syubhat mereka, maka mereka marah dengan kemarahan yang menyala-nyala, sampai ada yang memberitahu kami bahwa ada dari pembela Luqmân atau pembela para pengekornya berkata: “Kalau orang-orang itu (yakni pecinta/pembela al-haq) pulang ke Indonesia maka akan kita pukul”. Ada juga yang berkata: “Saya sikat (bunuh)”.
Maka kami tantang dengan lisan: “Sungguh ternyata keberadaan kalian di Dârul Hadîts Dammâj bagaikan suatu benda anti air, bila dicelupkan ke dalam air kemudian diangkat maka tidak didapati bekas air yang membasahi benda tersebut”. Sungguh kalau begitu telah sia-sia waktu dan harta kalian ketika di Dârul Hadîts Dammâj, padahal Al-Imâm Al-Wâdi’î dan Asy-Syaikh An-Nâshih Al-Amîn -hafidzohullôh- telah membacakan banyak hadîts yang menyebutkan hina dan joroknya perbuatan yang sedang direncanakan itu, ataukah ketika keduanya membacakan hadîts, mereka bolos dari dars, melamun atau tidur ditengah-tengah jalannya dars? Betapa kasihannya kami kepada mereka, maka berikut ini kami kutipkan diantara hadîts-hadîts yang kedua syaikh tersebut bacakan:
• Al-Imâm Ahmad berkata dalam “Musnad”nya (no. 17278):
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَمْرٍو – يَعْنِى ابْنَ دِينَارٍ – عَنْ أَبِى نَجِيحٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ قَالَ تَنَاوَلَ أَبُو عُبَيْدَةَ رَجُلاً بِشَىْءٍ فَنَهَاهُ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ فَقَالَ أَغْضَبْتَ الأَمِيرَ. فَأَتَاهُ فَقَالَ ِنِّى لَمْ أُرِدْ أَنْ أُغْضِبَكَ وَلَكِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ }إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَاباً يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَشَدُّ النَّاسِ عَذَاباً لِلنَّاسِ فِى الدُّنْيَا {
Telah menceritakan kepadaku Sufyân bin ‘Uyainah dari ‘Amr –yakni- Ibnu Dînâr, dari Abî Najîh, dari Khôlid bin Hakîm bin Hizâm, dia berkata: Abû ‘Ubaidah memberi pelajaran (menyakiti) seorang laki-laki dengan sesuatu, maka Khôlid bin Wâlid melarangnya dan dia berkata: Kamu membuat marah al-amir, maka dia mendatanginya dan berkata: Aku tidak ingin memarahimu karena aku mendengar Rosûlullôh berkata: “Sesungguhnya orang yang paling pedih adzabnya pada hari kiamat adalah orang yang mengadzab orang lain dengan adzab yang pedih ketika di dunia”.
Al-Imâm Al-Wâdi’î berkata dalam “Ash-Shohîh Al-Musnad” (Juz: 1, hal. 267-268): “Ini adalah hadîts Shohîh…”
• Al-Imâm Ahmad berkata dalam “Musnad”nya (no. 3915):
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَابِقٍ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنِ الأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم }أَجِيبُوا الدَّاعِىَ وَلاَ تَرُدُّوا الْهَدِيَّةَ وَلاَ تَضْرِبُوا الْمُسْلِمِينَ{
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sâbiq, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami: Isrô’il, dari Al-A’masy, dari Syaqîq, dari ‘Abdillâh bin Mas’ûd, dia berkata: Rosûlullôh berkata: “Penuhilah oleh kalian undangan, dan janganlah kalian menolak hadiah dan janganlah kalian memukul orang-orang muslim”.
Al-Imâm Al-Wâdi’î berkata dalam “Ash-Shohîh Al-Musnad” (Juz: 1, hal. 643-644): “Ini adalah hadîts shohîh….”
Dengan keterangan tersebut kalau mereka berani melanjutkan rencananya berupa menyikat (membunuh), maka tidak ragu lagi bahwa mereka kembali kepada keadaan mereka yang dahulu, yang dari pasukan jahat kembali menjadi penjahat, yang dari preman kembali menjadi preman atau yang lebih jelek dari itu. Dengan perbuatan seperti itu (jika mereka lakukan) semakin tidak ada keraguan lagi bahwa “Mereka adalah Teroris “. Silahkan mencermati buku “Mereka adalah Teroris” karya Luqmân bin Muhammad Bâ’abduh supaya tahu ciri-ciri teroris? Apa balasan bagi yang membunuh teroris? Dan apa ganjaran bagi orang-orang yang dibunuh oleh teroris?
Berikut ini kami sampaikan suatu peringatan, berkata Al-Imâm Ahmad bin Hanbal dalam “Musnad”nya (no. 226368):
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنِ عِيَاضٍ قَالَ سَمِعْتُ صَفْوَانَ بْنَ سُلَيْمٍ يَقُوْلُ : دَخَلَ أَبُوْ أُمَامَةَ البَاهِلِيُّ دِمَشْقَ فَرَأَى رُؤُوْسَ حَرُوْرَاءَ قَدْ نُصِبَتْ فَقَالَ كِلاَبُ النَّارِ كِلاَبُ النَّارِ ثَلاَثًا شَرًّ قَتْلَى تَحْتَ ظِلِّ السَّمَاءِ خَيْرُ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوْا ثُمَّ بَكَى فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ، فَقَالَ يَا أَبَا أُمَامَةَ هَذَا الَّذِيْ تَقُوْلُ مِنْ رَأْيِكَ أَمْ سَمِعْتُهُ قَالَ اِنِّى إِذَا لَجَرِيْءٌ كَيْفَ أَقُوْلُ هَذَا عَنْ رَأْيِ قَالَ قَدْ سَمِعْتُهُ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ مَرَّتَيْنِ قَالَ فَمَا يُبْكِيْكَ قَالَ أَبْكِي لِخُرُوْجِهِمْ مِنَ الإِسْلاَمِ هَؤُلاَءِ الَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاتَّخَذُوْا دِيْنَهُمْ شِيَعًا.
Telah menceritakan kepada kami Anas bin ‘Iyâdh, dia berkata: Aku mendengar Shofwân bin Sulaim, dia berkata: “Telah masuk Abû Umâmah Al-Bâhilî di Dimasyq, maka beliau melihat kepala orang-orang Harûrî (Khowârij) yang telah terpajang, dan beliau berkata: “(Mereka itu adalah) anjing-anjing neraka –diucapkan tiga kali- (dan) sejelek-jelek orang yang terbunuh di bawa kolong langit. Dan sebaik-sebaik orang yang terbunuh adalah orang-orang yang dibunuh oleh mereka”. Kemudian Abû Umâmah menangis, maka berdirilah kepada seorang laki-laki lalu berkata: “Ya Abâ Amâmah! Yang kamu katakan itu apakah menurut pendapatmu ataukah kamu mendengarkannya (dari Rosûlullôh ). Beliau berkata: Sungguh aku telah lancang kalau aku mengatakan itu dari pendapatku!. Beliau berkata lagi: Aku mendengarkannya (dari Rosûlullôh ) bukan hanya sekali atau dua kali”. Laki-laki tadi berkata (kepadanya): Lantas apa yang membuatmu menangis? Beliau menjawab: Aku menangis karena mereka keluar dari Islam, mereka itu berpecah-belah dan mereka menjadikan agama mereka berbilang-bilang”.
Berkata Al-Imâm Al-Wâdi’î dalam “Ash-Shohîh Al-Musnad” (Juz: 1, hal. 410): “Ini adalah hadîts jayyid……”.
Hadîts tersebut menerangkan adanya ancaman bagi para teroris-khowârij, apabila mereka melakukan pembunuhan gagal dan malahan mereka yang terbunuh, maka mereka adalah sejek-jelek bangkai di bawah kolong langit. Dan hadîts tersebut juga memberikan khobar gembira bagi orang-orang yang dibunuh oleh mereka.
Jika mereka yang melakukan rencana jahat itu tidak mau dikatakan khowârij atau teroris dengan alasan mereka hanya pembunuh biasa, maka kami berikan satu ayat dari Al-Qur’ân untuk mereka sebagai balasan atas kejahatan mereka, Allôh Y berkata:
}وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا{
“Barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka balasan baginya adalah jahannam, dia kekal di dalamnya. Allôh murka kepadanya dan mela’natnya, serta menyediakan baginya adzab yang besar”. (An-Nisâ’: 93).

BAB VI
SYUBHAT DAN BANTAHANNYA

Syubhat pertama:
Wahai saudaraku, ingat tujuanmu hanya untuk menuntut ‘ilmu! Jangan membicarakan fitnah, karena fitnah itu akan berlalu dengan sendirinya, ingatlah perkataan Rosûlullôh :
}سَتَكُوْنُ فِتَنٌ القَاعِدُ فِيْهَا خَيْرٌ مِنَ القَائِمِ وَالقَائِمُ فِيْهَا خَيْرٌ مِنَ المَاشِى وَالمَاشِى فِيْهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِى وَمَنْ تُشْرِفْ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ وَمَنْ وَجَدَ فِيْهَا مَلْجَأً أَوْ مُعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ{
“Akan terjadi fitnah-fitnah, orang yang duduk (darinya) lebih baik dari pada orang yang berdiri, orang yang berdiri darinya lebih baik dari pada orang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik dari pada orang yang berlari, barang siapa yang menceburkan diri (dalam fitnah tersebut) maka dia akan tercebur, dan barang siapa mendapati tempat perlindungan maka hendak berlindung darinya”. (al-hadits).

Tanggapan:
Syubhat ini tampak seolah-olah sebagai wasiat dan nasehat yang memikat, namun jika ditinjau lagi, maka tampak sekali sebagai suatu upaya yang sangat berbahaya akibatnya, perlu diketahui bahwa penuntut ‘ilmu itu wajib mengamalkan ‘ilmunya, jika fitnah di depan mata dan dia melihat ada kemungkaran maka wajib baginya untuk mengingkarinya sebatas kemampuannya, Rosûlullôh :
}مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُغَيَّرَهُ بِيَدِهِ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَان {
“Barang siapa melihat kemungkaran maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya, jika tidak sanggup merubah dengan tangannya maka dengan lisannya, bila tidak sanggup maka dengan qalbunya, dan demikian itu selemah-lemahnya iman”.
Adapun hadîts “Akan terjadi fitnah-fitnah, orang yang duduk (darinya) lebih baik dari pada orang yang berdiri……… diriwayatkan oleh Al-Imâm Al-Bukhôrî dalam “Shohîh”nya (no. 7081), hadîts tersebut tidak bisa dijadikan hujjah untuk mendiamkan para penuntut ‘ilmu dari kejahatan fitnah hizbiyyah, bahkan hadîts tersebut adalah penjelasan, arahan dan bimbingan ketika menghadapi fitnah, Al-Hafidz Ibnu Hajar mengutip perkataan Al-Imâm Ath-Thobarî ketika menjelaskan hadîts tersebut dalam “Fathul Bârî” (juz 13, hal. 40): “Yang benar, bahwasanya fitnah asalnya adalah balâ’ (bencana, ujian…..), dan mengingkari kemungkaran wajib bagi siapa saja yang memiliki kemampuan padanya, barang siapa yang menolong (bersama) kebenaran maka dia di atas kebenaran dan barang siapa menolong (bersama) yang salah maka dia di atas kesalahan”.
Penjelasan tersebut merupakan hujatan terhadap orang yang mengetahui fitnah, mengetahui keberadaan hizbî namun dia diam dan tetap tidak mau berbicara, dan sekaligus hujatan kepada orang-orang yang mengkhianati syaikhnya, ketika menasehatinya untuk menjelaskan fitnah yang ada, amat disayangkan ketika sampai di negrinya (Indonesia) malah dia tutupi dengan berbagai pertimbangan dan alasan yang tidak karuan. Jikalau benar alasannya: “Karena bila dijelaskan akan terjadi perpecahan dikalangan ahlussunnah”. Maka kami Tanya: Apakah dengan diamnya kalian sekarang ini semakin mengokohkan ukhuwah dikalangan salafiyûn ataukah malah membuat mereka jengkel kepada kalian (setelah mereka tahu) keadaan yang sebenarnya?
Ada juga dari mereka yang beralasan: Kita tidak terangkan (diam) karena ketika perang Jamal sebagian shohâbat seperti Abû Bakroh diam, patahkan pedangnya dan lari ke gunung (tidak mau masuk fitnah).
Maka kami katakan: benar Abû Bakroh tidak ikut pertempuran, namun apakah beliau diam? Apakah beliau khianat? justru beliau setelah melihat suatu pasukan yang dipimpin oleh Ummul Mu’minîn ‘Aisyah < beliau ingkari karena mengamalkan sunnah Rosûlullôh , sebagaimana Al-Imâm Al-Bukhôrî menyebutkan dalam “Shohîh”nya (no. 4425):
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ الْهَيْثَمِ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ أَبِى بَكْرَةَ قَالَ لَقَدْ نَفَعَنِى اللَّهُ بِكَلِمَةٍ سَمِعْتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَيَّامَ الْجَمَلِ ، بَعْدَ مَا كِدْتُ أَنْ أَلْحَقَ بِأَصْحَابِ الْجَمَلِ فَأُقَاتِلَ مَعَهُمْ قَالَ لَمَّا بَلَغَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّ أَهْلَ فَارِسَ قَدْ مَلَّكُوا عَلَيْهِمْ بِنْتَ كِسْرَى قَالَ « لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً »
“Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmân bin Al-Haitsam, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Auf dari Al-Hasan dari Abî Bakroh, dia berkata: Allôh telah memberikan manfaat kepadaku pada perang Jamal dengan kalimat (hadîts) yang saya mendengarkannya dari Rosûlullôh , setelah saya hampir bergabung dengan pasukan Jamal (yang dipimpin ‘Aisyah) untuk berperang, ketika sampai berita kepada Rosûlullôh “Bahwasanya penduduk Faris telah mengangkat Putri Kisra sebagai ratu, maka Rosûlullôh berkata: “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada seorang wanita.”
Demikianlah Abû Bakroh Rodhiyallohu ‘anhu keadaannya, beliau tetap meriwayatkan hadîts ditengah-tengah berkecamuknya fitnah, beliau tidak mengkhianati Rosûlullôh .
Sungguh betapa beraninya kalian mengkhianati syaikh kalian karena melindungi hizbiyyah. Maka sebagai peringatan Allôh Subhaanahu wa Ta’ala berkata:
}يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ {
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allôh dan Rosûl-Nya dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedang kalian mengetahui.” (Al-Anfâl: 27).
Dan Allôh Subhaanahu wa Ta’ala juga berkata:
}مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لا إِلَى هَؤُلاءِ وَلا إِلَى هَؤُلاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلا{
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.” (An-Nisâ’: 143).
Apakah mereka akan membeli kejelekkan dengan mengabaikan petunjuk, Allôh Y berkata:
}أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى {
“Mereka itulah.yang membeli kesesatan dengan petunjuk” (Al-Baqarah: 16).
Berkata ahli tafsir: أخذوا الضلالة وتركوا الهدى “Mereka mengambil kesesatan dan meninggalkan petunjuk”. Dan Allôh Y perjelas lagi:
} يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ {
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allôh dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka dan tetap Allôh mengokohkan cahaya-Nya meskipun orang-orang yang kufur itu membencinya.” (Ash-Shof: 8).
Mereka takut menyuarakan al-haq dengan banyak pertimbangan untuk mengatakan al-haq padahal Rosûlullôh telah memberikan ketegasan sebagaimana perkataannya:
}لاَ يَمْنَعَنَّ ﺃَحَدُكُمْ هَيْبَةَ النَّا سِ ﺃَنْ يَقُوْلَ فِي حَقٍّ ﺇِذَا رَﺃَهُ ﺃَوْ شَهِدَهُ ﺃَوْ سَمِعَهُ{
“Janganlah rasa segan salah seorang kalian kepada manusia, menghalanginya untuk mengucapkan kebenaran jika melihatnya, menyaksikannya, atau mendengarnya.” (HR. Ahmad, 3/50, At-Tirmidzi, no. 2191, Ibnu Majah no. 4007. Dishohîhkan oleh Al-Albânî dalam “Silsilah Ash-Shohîhah”: 1/322).
Cukuplah perbuatan mereka itu sebagai bukti atas kebenaran perkataan Rosûlullôh , yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asâkir, beliau berkata sebagaimana dalam “Kanzul ‘Umal” (no. 31525):
عَنْ أَنَسٍt قَالَ : قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ مَتَى نَدَع الائْتِمَار بِالمَعْرُوْفِ وَالنَّهْي عَنِ المُنْكَرِ قَالَ : } إِذَا ظَهَرَ فِيْكُمْ مَا ظَهَرَ فِى الأُمَمِ قَبْلكُمْ : المَلَكُ فِى صِغَارِكُمْ وَالعِلْمُ فِى رذَالِكُمْ وَالفَاحِشَةُ فِى خِيَارِكُمْ {
“Dari Anas t, dia berkata: Ada yang bertanya: Wahai Rosûlullôh kapan kami meninggalkan perintah kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran? Rosûlullôh berkata: “Jika telah tampak pada kalian apa-apa yang tampak pada umat-umat sebelum kalian (yaitu): Kekuasaan berada pada orang rendah (kecil) kalian, ‘Ilmu ada pada orang kecil (rendah) kalian dan perbuatan dosa ada pada orang-orang besar kalian.”

Syubhat Kedua:
Salafî di Indonesia awalnya bersatu, namun kemudian ketika Abul ‘Abbâs (Khodhir) ke Dammâj dan sesampainya di Dammâj bersama teman-temannya membuat perpecahan dan kerusakan, padahal Allôh Subhanahu wa Ta’ala berkata:
}وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا {
“Dan berpegang teguhlah kalian dengan agama Allôh, dan janganlah kalian berpecah belah”. (Ali Imrôn: 103).

Tanggapan:
Sungguh mereka yang berkata demikian telah menipu diri mereka sendiri dan menipu orang lain, apakah air dengan api akan bisa menyatu? Sungguh tidaklah kami memisahkan diri dari mereka melainkan setelah kami melihat banyaknya kejelekkan dan penyimpangan pada mereka, dan tidaklah kami memisahkan diri dari mereka melainkan setelah adanya hujjah kepada mereka. Dan sudah merupakan ketentuan bahwa kebenaran tidak akan pernah bersatu dengan kesesatan, dari Ibnu ‘Umar dia berkata: Berkata Rosûlullôh :
} لاَ يَجْمَعُ اللهُ هَذِهِ الأُمَّةُ عَلَى الضَّلاَلَةِ أَبَدًا { وَقَالَ : } يَدُ اللهِ عَلَى الجَمَاعَةِ {
“Allôh tidak akan menyatukan umat ini di atas kesesatan selama-lamanya”. Dan beliau berkata: “Tangan Allôh bersama al-jama’ah”.
Ini adalah hadîts Shohîh, sebagaimana terdapat dalam “Al-Mustadrak ‘ala Ash-Shohîhain lil Hâkim” (Juz: 1, hal. 348) dan dalam “Ash-Shohîh Al-Musnad” (Juz: 1, hal. 514).
Allôh Subhanahu wa Ta’ala juga berkata:
}فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ { [يونس/32]
“Maka (Dzat yang demikian) itulah Allôh Rabb kalian yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimana kalian dipalingkan (dari kebenaran) .” (Yûnus: 32).

Syubhat Ketiga:
Mereka (Abul ‘Abbâs dkk) ketika di Indonesia diam, bahkan bersama kita, ikut mengirim tulisan, ketika sampai di Dammâj langsung berbicara. Dan ada yang berkata: Sampai di Dammâj berani mentahdzîr ustâdz-ustâdz, baru tadi sore sudah tahdzîr-tahdzîran, ‘ilmu masih seperti tahi kuku, apa tidak pernah baca Kitabul ‘Ilmi? Tanpa nasehat langsung tahdzîr.

Tanggapan:
Diamnya kami ketika di Indonesia adalah patut kami syukuri, karena ketika itu kami belum tahu keadaan yang sebenarnya dan ini salah satu bentuk pengamalan As-Sunnah Ash-Shohîhah, dari Abû Huroirah t, Rosûlullôh berkata:
}وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ{
“Dan barang siapa beriman kepada Allôh dan hari Akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam” (HR. Al-Imâm Al-Bukhôrî hadits no. 6089 dan Al-Imâm Muslim hadîts no. 46 dari Abû Huroirah), Walhamdulillâh sesampainya kami di Dammâj jelaslah perkaranya, dan jangan mengeluh atau menyayangkan karena setelah itu kami membantah kalian, itu disebabkan oleh ulah kalian sendiri, yang tidak tahu masalah ikut berbicara atau yang sudah tahu masalah ikut bermasa bodoh. Apakah pantas melakukan pertemuan-pertemuan khusus membicarakan Syaikhnya? Apakah terpuji melakukan upaya untuk menjatuhkan syaikhnya? Apakah pernah ‘Afifuddîn, Sarbini atau Luqmân tabayyun ke para masyâyikh di Dârul Hadîts Dammâj? Tidak! tidak sama sekali, tapi justru tabayunnya hanya pada hizbiyyîn, dan bahkan tetap ingin mengangkat hizbî semisal ‘Abdurrohman Al-Adanî dengan diundang ke Indonesia untuk mengisi dauroh Nasional, Wallôhul musta’ân, apakah ini suatu sikap yang adil? Apakah ini salah satu adab wahai para komentator?
Kami Tanya kepada kalian wahai para komentator: Apa penilaian kalian terhadap shohâbat yang mulia Salmân Al-Fârisî, ketika baru masuk Islam langsung menceritakan kejelekan bapaknya yaitu menipunya bahwa agama yang paling benar hanya agama Majusi dan kejelekan salah satu gurunya (sang Uskup) yaitu mengajak manusia bersedekah ternyata hasil sedekah dia kumpulkan untuk dirinya sendiri? [lihat Kisahnya dalam “Ash-Shohîhul Musnad” (Juz: 1, hal. 367-372, no. 440)], Apakah kemudian kalian akan berani katakan: Apa itu Salmân Al-Fârisî! baru tadi sore masuk Islam, ‘ilmunya masih tahi kuku sudah tahdzîr-tahdzîran? -Kami berlindung kepada Allôh dari keyakinan dan ucapan jelek kepada para shohâbat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Syubhat Keempat:
Abul ‘Abbâs (Khodhir) adalah orang yang paling pendusta, sebelum ke Dammôj ia di Cikarang tiga bulan, tapi ia bilang ada di Jakarta.

Tanggapan:
Dengan tuduhan seperti itu malah menunjukkan betapa bodohnya mereka tentang realita yang ada. Keberadaan kami di Cikarang (dalam penantian ke Dammâj) hanya dua bulan lebih (tidak sampai tiga bulan), namun mereka yang menyebarkan ini menyebutnya tiga bulan. Subhanallôhu entah mereka belajar ‘ilmu pergenapan dari mana? Kebiasaan orang ‘Arob jika hitungan semisal dua bulan lebih maka dianggap hanya dua bulan saja, sebagaimana ketika Rosûlullôh mendakwahkan tauhîd di Mekkah selama tiga belas tahun, maka sebagian menyebutnya sepuluh tahun, padahal tiga belas tahun maka kebiasaan penyebutan dengan genap (sepuluh tahun) bukan suatu kesalahan atau kedustaan. Begitu pula Asy-Syaikh An-Nâshih Al-Amîn dengan judul kitabnya “Arba’ûn Ihsân”, yang selayaknya isinya empat puluh hadîts namun ternyata lebih dari empat puluh hadîts maka penyebutan seperti ini adalah suatu kebiasaan hanya dengan penyebutan genap. Kemudian jika kami dihubungi keluarga atau kawan-kawan dan kami ditanya dimana? Maka kami katakan di Cikarang, mereka bertanya Cikarang itu dimana? Maka tentu kami menjawab di Jakarta, dan penyebutan seperti ini adalah perkara yang dimaklumi, namun para penggemar (intel fitnah) menyebarkan bahwa kami telah berdusta dengan sebesar-besar dusta, karena kami di Cikarang berkata di Jakarta. Begitu pula kami berasal dari pulau Seram (Maluku), ketika ada yang tanyakan tentang kami orang mana? Maka di jawab orang Ambon, dan telah tersebar bahwa kami orang Ambon, tapi itu adalah perkara tidak bermasalah bagi kami. Memang pernah kami dihubungi berkali-kali oleh kawan-kawan atau keluarga dan tepatnya ketika kami dihubungi kami berada di Jakarta, karena pada hari ahad kami berada di Masjid Al-I’tisham Jakarta mengikuti ta’lim, maka apakah kami di masjid tersebut ketika menulis atau sms mengatakan ada di Jakarta adalah suatu kedustaan?

Syubhat Kelima:
Orang yang belajar di Dârul Hadîts Dammâj tersibukan dengan fitnah!

Tanggapan:
Demikian upaya jahat terus digencarkan setelah mereka mencoba dengan cara melarang ke Dârul Hadîts Dammâj gagal, mereka mulai menebarkan berita buruk. Maka kami katakan: Benar kami sekarang menyibukan diri dengan fitnah, setiap hari kami sibuk menghafal hadîts dan melewati banyak hadîts yang membicarakan tentang fitnah, baik fitnah harta (baca; minta-minta), fitnah dunia (baca; yayasan) dan fitnah wanita (baca; TN). Ketika kami di Indonesia tidak mampu mengahafal hadîts, namun sampai di Dârul Hadîts Dammâj –walhamdulillâh- Allôh beri kami kemudahan kepada kami dalam menghafal hadîts, begitu pula menghafal Al-Qur’ân, ketika di Indonesia sulit sekali menghafal namun di Dârul Hadîts Dammâj Allôh mudahkan kami menghafal Al-Qur’ân. Demikianlah nikmat belajar di Dârul Hadîts Dammâj yang patut kami syukuri, sebagai hujatan bagi para pengkhianat yang mengkufuri nikmat. tidaklah kami mengisahkan melainkan karena Allôh Subhanahu wa Ta’ala telah berkata:
}وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ {
“Adapun ni’mat dari Robb-mu maka kisahkanlah” (Adh-Dhuha: 11).
Amat disesalkan ternyata orang-orang yang membawakan syubhat ini sudah berpengalaman keluar masuk fitnah, diantara mereka ada teman-temannya terfitnah dengan isi perutnya, ketika selesai menjalankan usaha (baca; bisnis) mengadakan acara-acara di atas gunung, potong kambing, ada pula yang baca puisi berbau porno di atas gunung, ada pula dari mereka mengadakan acara-acara setiap malam Jum’at yang diikuti dengan cerita film cina, ada pula cerita film Wiro Sableng yang berepisode pada malam Jum’at berikutnya, dan ada dari mereka pandai main Gem, ketika datang temannya tidak tahu main Gem dikatakan: “Makanya jangan jadi salafy cepat-cepat”, namun ketika balik di Indonesia dijadikan dâ’î ulung atau dâ’î kibâr.

BAB VII
PENUTUP

Al-Hamdulillâh Luqmân Bâ’abduh terbongkar kedoknya
Bila berkata penuh dengan tipu muslihat yang dihiasi dusta
Cerita dan perkataan Syaikh Yahyâ ditalbîs lalu dijadikan senjata
Datang orang-orang ke Dammâj dianggap membahayakan dia
Entah kenapa ‘Abdurrohmân sudah hizbî Luqmân masih tetap bela
Fahami masalahnya dulu baru kau berkata dan membela
Gerakannya Luqmân Bâ’abduh ini persis ular berbisa
Hampir setiap yang mendekat seperti Saifullôh terkena bisanya
Incaran dan opininya terus menjelajah dan merajalela
Jika diselidiki pergerakannya akan terbuka dan terdata
Kengerian hizbinya telah menyebar luas dimana-mana
Luqmân Bâ’abduh mengira pergerakannya sudah luar biasa
Mu’minûn yang sejati tak kan pernah tertipu dan tergoda
Nuansa Islam, Iman dan Ihsan telah menghiasi mereka
Omongan mereka penuh hikmah, serius, tegas dan bijaksana
Persatuan mereka di atas As-Sunnah yang selalu jaya
Qodarullôh yang pisah dari mereka tersengat ular berbisa
Rembulan yang indah nan menawan terus memancarkan cahaya
Sinar mentari senantiasa menerangi penjuru jagat raya
Tapi kegelapan hizbiyyah terus membuta dan menggulita
Unit Gawat Darurat untuk para pasien hizbiyyûn telah tersedia
Ventilasi udara untuk pengunjung hizbiyyîn ada di ruang terbuka
Wejangan praktek berupa tubuh hizbî terpajang di atas meja
X-ray radiology melepas dan memancarkan radiasinya
Yang dungu dipancarkan radiasi di dada, yang gila di kepala
Zaman terus berlalu penyakit hizbiyyah tetap terasa.

DAFTAR RUJUKAN

Al-Qur’an dan Tafsir:
1. Al-Qur’ânul Karîm
2. Al-Qur’ân dan Terjemahannya/Khodim Al-Haromain Asy-Syarifain
3. Ni’matul Mannan Fii tafsîr Wabayân Kalimatil Qur’ân/Syaikh Abû ‘Amr ‘Abdul Karîm bin Ahmad Al-Hajûrî/Dârul Atsâr/Cet. I/tahun 2008.

Kitab-Kitab Hadits:
4. Shohîh Al-Bukhôrî/Al-Imâm Abû ‘Abdillâh Al-Bukhôrî/Dârul Kitab Al-‘Arabî/tahun 1428.
5. Fathul Bârî Syarh Shohîh Bukhôrî/Al-Hâfidz Ibnu Hajar Al-Asqolânî.
6. Shohîh Muslim/Al-Imâm Abul Husain Muslim/Dârul Kitâb Al-‘Arabî.
7. Al-Jâmi’ush Shohîh mimma Laisa fii Shohîhain/Al-Imâm Al-Wâdi’î/Dârul Atsâr Shon’â-Yaman/Cet. 3/tahun 1429 H-2008 M.
8. Ash-Shôhîhul Musnad mimma Laisa fii Shohîhain/Al-Imâm Al-Wâdi’î/Dârul Atsâr Shon’â-Yaman/Cet.

Kitab-kitab Manhaj:
9. An-Nashîhatu wal Bayan lima ‘Alaihi Hizbu Al-Ikhwân/Syaikh ‘Abdul Hamîd Al-Hajûrî/Dârul Kitâb wa Sunnah/Cet. I/tahun 2007.
10. Al-Majruhûn inda Al-Imâm Al-Wâdi’î/Abû Usâmah Adil bin Muhammad As-Siyâghî/Dârul Kitâb wa Sunnah/Cet. I/tahun 2007.
11. Iqtidhô’ Ash-Shirôthil Mustaqîm fî Mukhôlafati Ash-Shahâbil Jahîm/Syaikhul Islâm Ahmad bin Taimiyyah/Dârul Kitâb Al-‘Arabî/tahun 2005.
12. Nasehat dan Wasiat untuk Salafiyin Indonesia/Abû Turôb Al-Jâwî.
13. Aqwâl ‘ulamâ As-Sunnah fî Jamâ’ah At-Tablîgh/Asy-Syaikh Al-Allâmah Al-Muhaddits Robî’ bin Hâdî Al-Madkhalî/Dârul Imâm Ahmad/Cet. I/tahun 2007 M.
14. As-Sahâmu Al-Wâdi’iyyah Nahuri Aqthôb Al-Jam’iyyât Al-Hizbiyyat/Syaikh Abû ‘Abdissalâm bin Qôsim bin Muhammad Ar-Rimî.

Foto Copiyan:
15. Mukhtashor Al-Bayân
16. Selebaran Perintah untuk Berlepas Diri dari Pembela Syaikh Yahyâ/Ustâdz Muhaimin, ustâdz Nurwahid dan Ustâdz Luqmân Bâ’abduh/Semarang 3 Syawal 1429 H.
17. Penghinaan Luqmân Bâ’abduh Terhadap Syaikhunâ Yahyâ.
18. Nasehat dan Teguran Guru yang Arif dan Bijak/Abû ‘Umar bin ‘Abdul Hamîd/Al-Ghuroba’.

Rekaman:
19. Tanya Mufti Luqman Ba’abduh/ Ustadz Saifullah.
Dan lain-lain:
20. Maktabah Syamilah.

MUTAWAQIFIEN

PENULIS:
SYAIKH YAHYA BIN ‘ALI AL-HAJURI
حفظه الله
TRANSKRIP:
ABU TUROB DAN ABU SAIF
Penterjemah
Muhammad Irham Al-Demaki
Dengan Tambahan Renungan:
Kisah memilukan dan memalukan yang menimpa Bos mutawaqqifien, mutamayyi’in dan mardho La Tapa alias Abu ‘Abaya .
DI LENGKAPI DENGAN : DAFTAR PARA MUTAWAQIFIEN dan MUTA’ASHIBIN
Darul Hadits Dammaj.
Penerbit : Al-Uluum As-Salafiyah

http://www.aloloom.net/vb/showthread.php?t=5266

PENULIS:
SYAIKH YAHYA BIN ‘ALI AL-HAJURI
حفظه الله
TRANSKRIP:
ABU TUROB DAN ABU SAIF
Penterjemah
Muhammad Irham Al-Demaki
Dengan Tambahan Renungan:
Kisah memilukan dan memalukan yang menimpa Bos mutawaqqifien, mutamayyi’in dan mardho La Tapa alias Abu ‘Abaya .
DI LENGKAPI DENGAN : DAFTAR PARA MUTAWAQIFIEN dan MUTA’ASHIBIN
Darul Hadits Dammaj.
Penerbit : Al-Uluum As-Salafiyah
MUQODDIMAH
بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له و أشهد أن لاإله إلاالله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده ورسوله.
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾ [آل عمران:102]
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً ﴾ [الأحزاب:71]
﴿ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً ﴾ [النساء:1]
فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فى النار أما بعد:
Maka sesungguhnya Alloh -subhaanahu wa ta’ala- telah berfirman di dalam kitabnya :
+ وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ_ [النحل : 53]
Artinya:”Dan semua apa saja nikmat yang ada pada kalian,maka hal itu datangnya hanya dari Alloh”.(An Nahl :53)
Dan berkata pula Alloh -subhaanahu wa ta’ala- di dalam Al Quran Yang Mulia:
+ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّار _[إبراهيم : 34]
Artinya:”Dan jika kalian mau menghitung nikmat Alloh -subhaanahu wa ta’ala- tidaklah kalian dapat menghitungnya.Sesungguhnya manusia sangat dholim lagi mengingkari nikmat Alloh”.(QS.Ibrohim:34),
Demikian pula Alloh -subhaanahu wa ta’ala- berkata di dalam Al Quran:
+ لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آَيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ * فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ * ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ_[سبأ : 15 – 17]
Artinya:”Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda kekuasaan Alloh ditempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun disebelah kanan dan sebela kiri (kepada mereka dikatakan):”Makanlah kalian dari rezki yang dilimpahkan Alloh dan bersyukurlah kalian kepada –Nya.Negerimu adalah negeri yang baik dan Robmu adalah Alloh Al-Ghofur( Pengampun)”.
Kemudian Alloh mengganti nikmat yang diberikan kepada mereka tersebut dengan dua kebun yang ditumbuhi dengan pohon-pohon yang berbuah pahit,pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr”.Hal ini disebabkan sikap mereka yang masa bodoh terhadap kebaikan dan kenikmatan Alloh yang dilimpahkan kepada mereka dan tidak bersyukur kepada-Nya.Sesungguhnya nikmat Alloh akan hilang karena sebab sikap masa bodoh dan ingkar kepada nikmat tersebut sebagaimana firman Alloh subhaanahu wa ta’ala:
+ وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ_ [إبراهيم : 7]
Artinya:”Dan ingatlah,ketika Alloh memaklumkan:”Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti kami akan menambah nikmat-Ku kepada kalian dan jika kamu menginkari nikmat-Ku maka sesungguhnya adzab-ku sangat pedih”.(Q.S.Ibrohim:7).
Demikian juga nikmat Alloh akan hilang disebabkan adanya perubahan terhadap nikmat tersebut dan tidak adanya perhatian dan perawatannya sebagaiman firman Alloh Ta’ala :
+ ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ _ [الأنفال : 53]
Artinya:”Yang demikian(siksaan)itu adalah karena sesungguhnya Alloh sekali-kali tidak akan merubah suatu nikmat yang telah dilimpahkannya kepada suatu kaum hingga kaum tersebut merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”.(Q.S.Al Anfal:53).
USAHA PARA PENGHIANAT UNTUK MENGAHANCURKAN DA’WAH
Bertolak dari prinsip agama ini dan juga bersamaan dengan wajibnya bagi kita untuk saling mengingatkan diantara kita, dan mengingat nikmat-nikmat Alloh yang telah dilimpahkan kepada kita, maka wajib bagi kita untuk menjaga kebaikan ini yang telah dianugrahkan kepada kita dalam rangka mengamalkan perintah Alloh -subhaanahu wa ta’ala:
+ فَاذْكُرُوا آَلَاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ_ [الأعراف : 69]
Artinya:”Maka ingatlah kalian tehadap nikmat-nikmat Alloh kepada kalian supaya kalian menjadi orang-orang yang beruntung”.(Q.S.Al A’rof:69).

Maka sesungguhnya kami melihat bahwasanya kebaikan ini yang telah dianugerahkan Alloh kepada kita dari keutamaan-Nya dan kemurahan-Nya,yakni dengan terwujudnya Markaz Yang Mubarok beserta kebaikan yang banyak yang ada padanya ini, melalui tangan seorang yang terpercaya dan sholih dengan kegigihan dan usaha besarnya telah mencurahkan segenap kemampuannya dalam menunaikan kewajiban besar yang diembannya, yaitu menjelaskan Al Haq dari kebatilan dan memperingatkan ummat dari kata-kata indah yang menipu serta membongkar tipu daya dan kecurangan para penipu dakwah yang menjadikan dakwahnya permainan-kita berdoa mudah-mudahan Alloh merahmatinya(Syaikh Muqbil) dan memperbesar pahalanya disisinya serta menjaga jerih payahnya dalam mewujudkan amalan yang bagus ini – sesungguhnya sejak dulu telah bangkit disana orang-orang yang mempunyai keinginan yang jelek (tendensi) terhadap dakwah yang suci ini. Mereka takut perkembangan dan kekuatan dakwah ini sehingga mereka bersemangat untuk kemudian bangkit untuk merusak hasil dakwah tersebut dengan cara mengiming-imingi para thulabulilmi (yang telah berhasil meraih prestasi dalam berbagai disiplin ilmu atau mahir dalam pidato dan menulis buku serta orang-orang yang semangat menuntut ilmu) dengan perhiasan dunia.Mulailah syaithon menggoda mereka,demikian juga para pemilik dunia dan Jam’iyyah tidak ketinggalan bermain dari dalam agar mereka meninggalkan kegiatan belajarnya/tholabul ilmi dan sibuk dengan dunia.
Melihat fenomena yang demikian,Syaikh Muqbil selama lima tahun lebih, senantiasa memperingatkan dan mengingatkan mereka. Beliau berkata:”Hal ini adalah hizbiyyah yang tersembunyi”.
Adapun sebab perkataan beliau ini adalah karena beliau melihat adanya sikap kecondongan terhadap kebatilan dan mulai munculnya bibit-bibit fitnah yang menjangkiti sebagian para santrinya.Beliau melihat bahwa beliau telah bekerja keras dalam memberikan nasehat yang sungguh-sungguh,murni dan segar akan tetapi banyak santrinya yang berjatuhan dan terbengkelai.Tentunya hal ini ada penyebabnya? sebabnya adalah fitnah dunia oleh karena beliau senantiasa memperingatkan hal ini dan kita semua mengetahui tentang peringatan beliau tersebut bahwa ini adalah hizbiyyah yang tersembunyi.
Pada suatu ketika diawal fitnah Zindany (yang pada waktu itu belum ada seorangpun yang mengatakan bahwa Zindany adalah tokoh hizby yang sesat),ketika itu Syaikh Muqbil mulai menjelaskan tentang Fitnah Zindany dan dimajelis beliau ada salah seorang santrinya yang bernama Abdulloh bin Gholib dan satu orang lagi yang bernama Qosim Al ‘Udainy.Ketika beliau sedang berceramah,dua orang yang berada diakhir majelis ini mencibir ucapan Syaikh Muqbil (padahal majelis Syaikh Muqbil waktu masih kecil sekali) dengan mengatakan bahwa perkataan beliau tentang Zindany tidak betul.Maka berkata Syaikh Muqbil: “Matikan tape perekam”.Kemudian dimatikanlah tape perekam,setelah itu beliau berkata :”Duhai kalau seandainya dua orang ini dikeluarkan dari majelis”.
Demikian gambaran dari usaha dalam merintangi perjalanan dakwah Ahlussunnah yang dilakukan oleh mereka dari sana dan sini,akan tetapi hal itu tidak banyak berpengaruh karena thullab/pelajar pada waktu itu masih sedikit,kemudian yang kedua tidak ada dari Ahlussunnah orang yang berpengaruh yang berusaha menyalakan fitnah.Adapun dua orang tersebut hanyalah bagian dari para pelajar pemula,yang jika berdiri salah seorang dari mereka seperti Baidhony atau si fulan dan fulan menentang dakwah,mereka tidak akan banyak menimbulkan pengaruh dalam dakwah.Oleh karena itu dakwah hizbiyyah mereka segera lenyap dan hilang dan dengan itu pula gagallah segenap usaha dari Jam’iyyah Ihyautturots,Jam’iyyah Hikmah atau Jam’iyyah – Jam’iyyah lainnya yang menginginkan hancur dan bekunya dakwah Ahlussunnah ini dengan cara merusak hasil dari buah dakwah (yakni mereka merusak dakwah dengan cara merekrut para santri hasil didikan Ahlussunnah untuk merusak dakwah Ahlussunnah).
Namun syaithon menipu mereka dan menghiasi khayalan mereka bahwa dakwah Ahlussunnah telah lemah sehingga Abdul Majid Ar Raimy sampai mengatakan,sebagaimana yang dinukil dari perkataannya bahwa dia berkata tentang Syaikh Muqbil: “Kafilah akan tetap berjalan,barang siapa yang ingin mengikuti kafilah tersebut dipersilahkan, dan barang siapa yang tidak mau ikut maka sesungguhnya kafilah tidak akan merugi”.
Lihatlah bagaimana tipu daya dan sikap besar kepala yang ada pada mereka pada awal munculnya hizbiyyahnya.
Akan tetapi Abdul Majid Ar Raimy sekarang menjadi orang yang terlantar didalam dakwahnya, dia menjadi orang yang suka mengumpulkan uang dari para pengusaha di Emirat. Dia mengatakan kepada para pengusaha tersebut – sebagaimana kabar yang kami terima- :”Ayo bersedekahlah kalian, belanjakan harta kalian di jalan Alloh”.Biasanya dia pergi ke Emirat di bulan Ramadhon dari satu pengusaha kepada pengusaha yang lainnya untuk menjadi imam sholat mereka.
Padahal kalau seandainya dia istiqomah diatas manhaj Ahlussunnah,mungkin ma’hadnya akan dipenuhi para santri sehingga dia tidak perlu lagi untuk berpindah dari satu negeri ke negeri yang lainnya.

FITNAH ABUL HASSAN

Kemudian datang fitnah berikutnya dari Abu Hassan setelah meninggalnya Syaikh Muqbil sebagaimana yang telah kalian ketahui.Makarnya terhadap ma’had sama seperti yang dilakukan para hizbiyyun dizamannya Syaikh Muqbil walaupun caranya berbeda-beda.
Mereka(hizbiyyun)tidak mengetahui lagi bagaimana cara masuk untuk menghancurkan Mahad ketika berbagai fitnah mereka yang sebelumnya telah kandas.Mereka memikirkan bagaimana cara untuk memulai fitnahnya lagi akan tetapi semua pintu telah tertutup.Thullab yang mau pergi karena terkena fitnah hizbiyyah sudah pada pergi,sementara sebagian mereka yang masih tersisa sudah putus asa tidak punya pengaruh lagi.Tempat belajar semuanya sudah marak dengan ilmu dan kebaikan,barang siapa yang berani menunjukkan pemikiran hizbiyyahnya akan segera dibungkam dan akan dijelaskan kepada ummat kedustaannya sehingga menjadi orang yang terusir dari ma’had.Dengan demikian bersihlah ma’had dari hizbiyyah dan bangkrutlah semua usaha mereka.
Namun setelah itu syaithon menyalakan api fitnah melalui Abul Hasan Al Mishry beberapa tahun sebelum meninggalnya Syaikh Muqbil.Sebagaimana hal ini diakui sendiri olehnya bahwa ia menginginkan kebaikan yang ada disini segera sirna dan terbengkalai karena keberadaan markaz Dammaj dengan segenap kebaikan yang ada padanya sangat membuatnya marah.
Berbagai Jam’iyyah telah mengeluarkan jutaan Dolar untuk mewujudkan kebaikan seperti yang terwujud disini akan tetapi tidak ada yang berhasil sedikitpun bahkan tidak berhasil walaupun sepersepuluhnya.Demikian juga orang-orang yang mempunyai niat jelek terhadap dakwah ini dari segenap para pengikut kelompok-kelompok sesat tidak mampu untuk mewujudkan kebaikan seperti ini.Intinya mereka semuanya gagal dan tinggallah Abul Hasan yang mempunyai program akan tetapi program tersebut gagal pula.Diantara programnya adalah memberikan tugas kepada para thullab yang berprestasi untuk memegang kepengurusan di masjid-masjid di negeri Yaman.
Program ini ia lakukan ketika Syaikh Muqbil masih hidup.Hasilnya,thullab yang didalam hatinya ada keraguan dan tidak mempunyai rasa qonaah dengan kebaikan yang ada pada Ahlussunnah dan tidak qonaah untuk belajar dengan Syaikh Muqbil(padahal beliau adalah peletak dakwah Ahlussunnah pertama di Yaman),mereka pergi ke Ma’arib dan menghabiskan waktunya disana, terkadang mereka melakukan pembahasan ilmiah dengan Abul Hasan akan tetapi tidak menghasilkan sesuatu hal yang bermutu dari pembahasan tersebut.
Diantara para thullab yang pergi ke Ma’arib adalah orang-orang Aden dan orang-orang Libya dan yang lainnya.Ada sebagian dari mereka yang menetap di Ma’arib sehingga dengan ini Abul Hasan berbangga bahwa dia telah mempunyai ma’had dan dakwah serta para pengikut.
Sebelumnya Abul Hasan adalah orang yang mempunyai Jam’iyyah.Akan tetapi Syaikh Muqbil tidak mengetahuinya dan baru tahu sekitar empat tahun sebelum kematiaan beliau.Hal ini disebabkan karena Abul Hasan berusaha untuk menyembunyikan keberadaan jamiyyahnya.Baru kemudian ketika empat tahun sebelum meninggalnya Syaikh Muqbil, Abul Hasan mengakui bahwa dia punya jamiyyah dan dia sendiri yang bertindak sebagai kepala jam’iyyah tersebut.Setelah itu kemudian dia berani mengatakan dengan terang-terangan bahwa jamiyyahnya berbeda dengan jamiyyah-jamiyyah yang ada sebelumnya.Jam’iyyahnya adalah jam’iyyah Salafiyyah yang memberikan bantuan hanya kepada Ahlussunnah saja.
Demikian syubhatnya terus menyebar sehingga sebagian orang hampir termakan dengan tipu dayanya ini.
Sebenarnya Abul Hasan adalah seorang yang mempunyai doktrin yang ingin dia susupkan ke dalam manhaj Ahlussunnah akan tetapi usahanya tersebut senantiasa gagal karena Syaikh Muqbil pada waktu itu jika melihat dia menampakkan sesuatu penyelisihan manhaj maka beliau akan segera membantahnya.
Abul Hasan dihadapan Syaikh Muqbil hanyalah seorang santri yang datang dari Mesir melalui Jama’ah Hijroh yang ada disana kemudian pergi ke Ma’arib mengajar anak-anaknya disana,yang jika ada sesuatu tekanan terhadap pelajar Libya dari Pemerintah Yaman kepada Syaikh Muqbil dia berkata : “Demi Alloh,jika kalian datang kepadaku dengan perangkat perang untuk menghancurkan rumahku,aku tidak akan mengokang senjataku melawan kalian.Akan tetapi aku disisi lain tidak kuasa untuk menyerahkan mereka (para pelajar Libya)kepada kalian karena mereka datang dalam rangka untuk menjalankan perintah Alloh dan Rasulnya dan dalam rangka untuk menuntut ilmu agama,maka jika kalian ingin menangkap mereka silahkan tangkaplah mereka”.
Dengan sebab perkataannya yang bernada pembelaan kepada thullab inilah, banyak para pelajar Libya yang akhirnya memilih pergi ke Ma’arib sehingga akhirnya Ma’rib menjadi tempat berkumpulnya orang-orang Libya.Dari sinilah kemudian muncul bibit-bibit musuh dakwah Ahlussunnah (semoga Alloh menjaga kita dari kejelekan mereka).
Sebenarnya permusuhan mereka adalah dalam rangka untuk menghabisi kebaikan yang ada disini dan menghancurkan buah dakwah ini kemudian setelah itu mereka bisa memperluas bangunan rumah mereka untuk kenyamanan anak istri dan keluarganya.Alloh berfirman :
+ يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ_ [التوبة : 2]
Artinya : “Mereka menginginkan padamnya cahaya Alloh dengan mulut-mulut mereka akan tetapi Alloh tidak mau kecuali menyempurnakan cahaya –Nya tersebut”.
Maka hasil dari permusuhan ini adalah mereka menjadi orang yang sesat/terlantar dan menelantarkan orang-orang yang lainnya.Sekarang mereka menjadi para da’i demokrasi,menghalalkan televisi didalam rumah-rumah mereka dan lain sebagainya dari keadaan mereka yang kalian sendiri sudah mengetahuinya(yakni menjadi hizby dan ahli maksiat)- Alloh telah menjaga kita dari kejelekan mereka dan membela kebaikan yang ada ini.
(Kembali kepada kisah fitnah Abul Hasan),ketika aku melihat fitnahnya,aku selama satu tahun lebih – dan Ikhwan menyaksikan yang aku lakukan ini-senantiasa berusaha untuk menjelaskan kepada Ahlussunnah- baik dimasa Syaikh masih hidup maupun setelah kematian beliau sehingga mereka melaporkan hal ini kepada Syaikh Muqbil dengan berkata:”Ya Syaikh,Yahya menggunjing Abul Hasan”,namun Syaikh Muqbil menjawab:”Biarkan dia karena beliau berbicara bukan karena hawa nafsu akan tetapi berdasarkan apa yang beliau ketahui”.Semua orang yang hadir di majelis tersebut mendengar ucapan Syaikh Muqbil tersebut.
Kemudian mereka juga berkata lagi:” Ya Syaikh Muqbil,Yahya menggunjing Su’ud Al Maliky”.Syaikh Muqbil menjawab :”Biarkan dia.Ucapan beliau hanyalah bentuk nasehat”.Ada lagi yang masih tersisa,yaitu Syaikh Robi’-mudah-mudahan Alloh menjaga beliau-menelponku dan berkata: “Ya Akhy,diamlah kamu, kamu jangan menggunjing lagi Syaikh Abul Hasan.Tutup mulutmu terhadap beliau”.Demikian beliau berkata kepadaku pada waktu itu.Maka aku jawab:”Ya Saudaraku,aku melihat dan mendengar sesuatu,bagaimana aku diam terhadap sesuatu yang aku menyaksikan sendiri dan mendengarnya?Demi Alloh aku pasti akan jelaskan siapa sesungguhnya dia”.
Maka aku tetap pada prinsipku,sampai akhirnya menjadi jelas perkara yang sesungguhnya dan hilanglah sekarang sebagian perkara yang kalian ingkari dariku.Kemudian pada masa akhir fitnah,mereka mengumpulkan beberapa point kesalahan-kesalahan Abul Hasan yang mereka tulis dari apa yang mereka ketahui dan mereka saksikan sendiri karena mereka yang belajar kepadanya.Kemudian setelah itu,kumpulan kesalahan tersebut dikirim kepada Syaikh Robi’ sampai akhirnya keluar jawaban beliau dari sana.
Sementara itu,sebagian Masyayikh di Yaman sini pada waktu itu masih mengatakan bahwa Abul Hasan adalah Imam, sebagian lagi mengatakan bahwa Al Hajury tidak bisa mengajar kitabnya Abul Hasan-demi Alloh mereka mengatakan ini-dan sebagian lagi mengatakan bahwa mereka (kelompoknya Abul Hasan) mempunyai kesalahan dan Al Hajury juga mempunyai kesalahan.Dan seterusnya,masih banyak lagi dari perkataan-perkataan mereka yang lainnya.
Pada suatu hari mereka berkunjung ke Ma’had Dammaj sini yakni setelah keluarnya fatwa Syaikh Robi’ dan setelah aku lelah menjelaskan tentang penyimpangan Abul Hasan,berkata Syaikh Robi’ kepada mereka :”Mengapa kalian tidak mau bekerja sama denganku untuk membongkar fitnah/penyimpangannya Abul Hasan?”.Para Masyayikh menjawab:”Insya Alloh,Ya Syaikh”.Seminggu kemudian mereka baru menyambut permintaan Syaikh Robi’ dan menjelaskan kepada Ahlussunnah tentang dua puluh penyimpangan Abul Hasan terhadap prinsip Ahlussunnah –padahal mereka sebelumnya mengatakan:”Mana buktinya bahwa Abul Hasan menyelisihi dua puluh prinsip Ahlussunnah?”- namun kemudian mereka akhirnya bahu-membahu menjelaskan tentang fitnah Abul Hasan dengan mengatakan bahwa Abul Hasan telah memecah belah dakwah Ahlussunnah,telah berbuat ini dan itu sampai akhirnya dakwah menjadi bersih dan kembali diatas kebaikan.Walhamdulillah.

FITNAH SHOLIH AL BAKRY

Berlalu fitnah Abul Hasan,kemudian datang fitnah berikutnya dari Sholih Al Bakry.Dia adalah seorang yang sombong dan lupa diri.Diantara pernyataannya:”Ma’had Dammaj sekarang berubah menjadi ma’had Al Asy’ary”.
Dia juga berkata :”Duhai seandainya kalau Ulama Yaman yang menamakan dirinya ulama,mereka mau naik truk gandeng yang membawa mereka ke Su’udi untuk menuntut ilmu lagi karena sesungguhnya mereka belum bisa berdakwah”.
Sholih Al Bakry ini disini dulu didukung oleh orang-orang yang sangat fanatik kepadanya dari orang-orang daerah Yafi’ – sebagian pendukungnya ini sekarang menjadi para pendukung fanatik partai komunis.
Gerakan mereka adalah dengan menyebarkan malzamah-malzamah yang berisi omong kosong,kedustaan dan berita yang dibuat-buat dan dibesar-besarkan/bombastis yang hanya Alloh saja yang mengetahuinya.Mereka mengatakan :”Al Hajury menggunjing ulama’ seperti Syaikh Falih Al Harby (sekarang menjadi da’i hizby).Al Hajury memerangi Ahlussunah sekaliber Syaikh Falih Al Harby,Al Hajury tidak mengerti kedudukan ulama’ seperti Syaikh Falih Al Harby”,kemudian mereka mengumpulkan sepuluh atau dua puluh point kesalahanku terhadap Falih Al Harby.
Malzamah-malzamah tersebut sampai sekarang masih ada padaku dan aku simpan. Namun semua fitnah tersebut akhirnya kandas.Syaikh Robi’ pada waktu itu mengirim pesan melalui Abu Bakr dan orang yang bersamanya,beliau berkata:”Biarkan mereka,tahanlah lisan kalian dari bicara tentang Bakry”.Aku berkata:”Kami lebih tahu tentang kejelekannya,tuan rumah lebih tahu tentang kondisi rumahnya”.
Aku tetap menjelaskan keadaan Al Bakry, sampai akhirnya Alloh kemudian menyelamatkan dakwah Salafiyyah dari fitnahnya.Walhamdulillah.
Namun apa kata Masyayikh pada waktu itu?Mereka berkata:”Kami tidak meninggalkan seseorang sampai orang tersebut yang meninggalkan kita”.Akhirnya Bakry meninggalkan mereka.Para Masyayikh tercengang ketika Bakry mulai menggunjing mereka.Setelah ada gunjingan tersebut baru kemudian mereka mengambil sikap terhadapnya dan meninggalkan Bakry.Semua ini terjadi karena mereka memegang prinsip tidak akan meninggalkan seseorang sampai orang tersebut yang meninggalkan mereka.
Padahal yang wajib adalah seharusnya seseorang meninggalkan orang lain karena penyimpangannya terhadap prinsip manhaj Ahlussunnah atau karena permusuhannya terhadap dakwah atau karena jauhnya orang tersebut dari kebenaran,bukan sekedar karena dia meninggalkan kita baru kita meninggalkannya.Prinsip yang benar seharusnya meninggalkan orang yang mempunyai sifat-sifat diatas baik orang tersebut mau meninggalkan kita atau mendekati kita.
Akhirnya hilang dan berlalulah fitnah Sholih Al Bakry.Kemudian Muhammad Bin Abdul Wahab ikut mencibirnya dengan menjulukinya sebagai munafik berdalil dengan surat Muhammad :
+ أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُم_ [محمد : 29]
+وَلَوْ نَشَاءُ لَأَرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُم_ [محمد/30]
Artinya :”Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Alloh tidak akan menampakkan kedengkian mereka?”
“Dan kalau Kami menghendaki,niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya.dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan kata mereka.dan Alloh mengetahui perbuatan-perbuatan kamu”.(Q.S.Muhammad :29-30).

FITNAH ABDURRAHMAN AL ‘ADANY

Berkata Abdurrahman Al Adany ketika kita berkumpul di ruang tamu: ” Tidak ada yang aku sembunyikan dari kalian, dan aku berterus terang kepada kalian bahwa setelah jatuhnya Al Bakry datang kepadaku beberapa orang sembari mengatakan:” Bangkitlah kamu”.
Disini aku ingin tekankan perhatian ikhwan kepada rencana dari orang yang mengatakan kepadanya :”Bangkitlah kamu”.Maka pergilah setelah itu Abdurrahman untuk Umroh.
Sudah menjadi kebiasaannya bahwa dia tidak mau pergi dakwah kecuali minta izin dahulu kemudian mengambil mobil dakwah dan uang perbekalan secukupnya kemudian berangkat berdakwah.
Jika kembali dia menceritakan perjalanan dakwahnya kemudian kami memujinya dengan kebaikan.Aku tidak mengira kalau disana ada orang yang memujinya sebagaimana aku memujinya.Hal ini aku lakukan -Demi Alloh-agar dia menjadi orang yang teguh,sekaligus sebagai penyemangat baginya dan dalam rangka memuliakannya.
Akan tetapi orang ini tidak tahu kebaikan orang yang berbuat baik kepadanya,ternyata dia adalah orang yang mempunyai itikad tersembunyi yang tidak baik.Bertahun-tahun tinggal di Dammaj tidak mau mengajar atau khutbah.Diam tidak bergerak sembari beralasan : “Aku sakit,aku sakit”.Jika datang orang dari So’dah minta ceramah aku katakan kepada mereka :” Datanglah kalian kepada Syaikh Abdurrahman,berilah semangat agar beliau mau bergerak dan berangkat ketempat kalian untuk ceramah serta giat dalam berdakwah atau bisa bekerja sama dengan kalian”.
Demikian pula Ikhwan,mereka meminta kepadanya untuk mengajar kitab Muqoddimah Ushul Tafsirnya Syaikh Al Islam Ibnu Taimiyyah.Dia sambut permintaan ini dan pelajaran ini adalah pelajaran pertama yang dia ajarkan setelah dia menggunakan istilahnya “Aku sakit”.Namun ia menjabarkan isi pelajaran tersebut dengan penjelasan yang sangat tidak bermutu.Sementara itu berkumpul disekelilingnya orang-orang yang aku telah isyaratkan di depan dari orang-orang yang mempunyai tujuan tersembunyi yakni orang-orang yang ingin membangkitkan fitnahnya yang senantiasa bersenandung :”Al faqih,Al Faqih”.
Padahal demi Alloh,Abdurrahman Al Adany sangat jauh dari sifat tersebut,akan tetapi mereka mengatakan itu dalam rangka untuk membesar-besarkan kedudukannya agar orang terpesona dengannya.(Bagaimana dikatakan faqih),sementara dia hanya monoton mengajar kitab Darory (kitab fiqih)sejak dia memulai kiprahnya dalam dakwah.Selesai mengajar kitab tersebut,ia ulang dari awal lagi dan begitu seterusnya.Pernah dia mengajar pelajaran Mustolah Hadits karangan AtTohhan yang buku tersebut merupakan ringkasan dari kitab Nuzhah karangan Al Hafidz Ibnu Hajar namun dia tidak pernah mengajar Nuzhah itu sendiri.
Adapun pada cabang ilmu ushul tafsir,dia dulu pernah belajar dengan Abu Hafs Al ‘Araby Al Mishry.Abu Hafs adalah seorang yang demi Alloh dia dulu membanggakan dirinya,dia berkata:”Thullab di Mazro’ah seperti ayam di dalam pekarangan yang tidak tahu menahu tentang ilmu.Adapun Syaikh Muqbil menghargai aku karena beliau mengambil faedah ilmu dariku”
Demi Alloh, aku (Syaikh Yahya) sangat sesak mendengar perkataannya, mereka yang hadir tahu hal tersebut,sehingga aku berdiri selesai sholat Isya’ membantah ucapannya.Aku berkata :”Dia orang yang meninggalkan sholat Shubuh berjama’ah,dia itu begini,begini…”.Masuklah setelah itu beberapa orang kepada Syaikh melaporkan perkataanku tersebut akan tetapi Syaikh tidak mau mendengar perkataan mereka.
Kemudian setelah kejadian tersebut Abu Hafs menulis beberapa ta’liqot (catatan kaki) terhadap beberapa kitab Ushul Fiqh seperti kitab Al Mudzakiroh karangan Asysyinqithy dan beberapa kitab yang lainnya,setelah itu kemudian Abu Hafs pergi dakwah ke daerah Kuna.Sampai di kampung tersebut dia meminta syarat kepada warga untuk menyediakan setiap hari daging ayam dan jeruk impor untuk istrinya yang sedang hamil.Demikian kenyataan yang ada, kalian bisa tanya kepada warga kampung tersebut-Abu Hafs menyusahkan mereka – padahal warga Kuna pada waktu itu masih dalam suasana yang kritis karena adanya permusuhan dan perselisihan diantara mereka,sehingga dengan hal ini tidak diketahui siapa yang memihak kepada Abu Hafs dan siapa yang memusuhinya. Oleh karena itu,warga Kuna mengumpulkan beberapa point kritikan yang hasil akhirnya mereka sepakat untuk mengeluarkan Abu Hafs dari kampung mereka setelah memberikan penghormatan dan jamuan yang menjadi persyaratannya.
Demikian juga mereka dahulu pernah menghormati dan menjamu Usamah Al Kusy Al Mishry ketika singah dan tinggal di Kampung Kuna tersebut,akan tetapi ketika sebagian Ikhwan dari Kuna pergi ke tempatnya Usamah Al Kusy di Mesir,ia sama sekali tidak mau menjamu Ikhwan tersebut walaupun cuma sekedar secangkir teh ataupun jamuan yang selayaknya terhadap tamu.
Baiklah,adapun cerita selanjutnya tentang Abu Hafs adalah kepergiannya setelah itu ke Bani Dhobyan.Suatu ketika aku bersama Syaikh Muqbil makan siang di ruang tamu bersama salah seorang tamu bernama Ali Al Jal.Dia berkata:”Ya Syaikh,Kami mengharapkan agar barang siapa yang ingin keluar dakwah supaya singgah sebentar/ziaroh ke tempatnya Abu Hafs,karena warga masyarakatnya sekarang meninggalkannya”
Syaikh Muqbil kemudian menjawab:”Tidak,tidak,tidak,tidak boleh seorangpun boleh pergi ke Abu Hafs sampai dia memperbaiki akhlaknya,kalau dia sudah memperbaiki dirinya sendiri baru boleh thullab ziaroh kepadanya,Insya Alloh.Namun kisah terakhir dari Abu Hafs ini,dia terkucil dan akhirnya pulang ke Mesir.
Demikianlah,kisah-kisah diatas merupakan fenomena yang mengotori perjalanan dakwah.Ketika telah berakhir satu permasalahan muncul permasalahan yang berikutnya,ketika selesai fitnahnya Solih Al Bakry,kita disibukkan dengan fitnah Abdurrahman Al Adany yang menghasung kebanyakan orang-orang yang terhina yang terhalangi dari taufiqnya Alloh.apa sebabnya?sebabnya adalah gila sanjungan dan pujian orang.
Pergi untuk dakwah kemudian memberikan ceramah sepuluh menit setelah itu berkata:”Aku cape,aku sakit, setelah itu ia berkata:”InsyaAlloh,ceramah berikutnya akan dilanjutkan oleh Syaikh Fulan,kepada Syaikh Fulan dipersilahkan..!”Kemudian Syaikh Fulan tersebut yang meneruskan ceramahnya menyanjungnya dengan menyebutnya: “Syaikhuna(syaikh kami),Wafaqihuna(orang kami yang faqih)”,dan kemudian bicara kesana kemari tanpa ilmu.Demi Alloh,kondisi ini yang sebenarnya terjadi.Mereka bicara tanpa ilmu.Akan tetapi aku berkata tentang mereka :”Biarkan mereka berdakwah,biarkan mereka semoga Alloh memberikan taufiq kepada mereka”.Aku tidak ada masalah terhadap mereka.Barang siapa yang ingin keluar dakwah atau ceramah dipersilahkan pergi,jika ingin memakai mobil milik dakwah dipersilahkan untuk memakainya.
Aku tidak akan mempermasalahkan hal tersebut dan aku tidak akan melarangnya dari hal yang seperti ini.Mereka mengambil mobil dan membawanya(Abdurrahman Al Adany)pergi.Sampai ketika datang waktu Ashar,mereka berteriak :”Mobilnya si fulan berangkat,mobilnya si fulan dan fulan ..”sampai terkumpul enam mobil,aku tidak mempermasalahkan hal itu semua.Hatiku tetap tenang dan tidak ada masalah.
Akan tetapi rupanya dia sedang menjalankan program barunya,sampai akhirnya kami tidak tahu ternyata dia sudah mengambil sebagian thullab,para juru khutbah,dan para penulis kitab dan memprovokatori/memanas-manasi mereka dengan berita-berita yang menyesatkan dan dengan permasalahan-permasalahan yang lainnya.Diantara perkataannya yang dikatakannya kepada thullab :”Syaikh Yahya penakut,dia cuek tidak tanggap terhadap permasalahan”.
Berkata Yahya AsSabuwy :”Sekarang kembali menjadi debu”-yakni sekarang mereka menganggap bahwa dakwah di Dammaj akan segera berakhir-si Fulan disana telah berhasil demikian, dan bersamanya Fulan yang lain dari arah sana,pokoknya dakwah akan segera berakhir”.
Lihatlah makar dan kedustaan yang mereka lakukan!
Pada suatu hari di bulan Romadhon ketika aku sedang tasmi’ Al Qur’an dengan Al Akh Faiz di masjid,datang kepadaku Al Akh Nabil Al ‘Umary-semoga Alloh memberinya taufiq- menyodorkan kepadaku kertas.Sebelum itu pula telah disodorkan kepadaku kertas yang isinya sama oleh Al Akh Abdulloh Al Mathhany Al Qodiry,adapun isi kertas tersebut adalah : “Kamu begini dan kamu begitu”.Aku berkata :”Isi kertas tersebut adalah kedustaan,manipulasi dan perkara-perkara lainnya yang dibuat-buat,misalnya mereka mengatakan bahwa perkataanku tidak mudah untuk dipahami ketika berbicara dan lain sebagainya dari perkara yang mengherankan”.
Ini semuanya adalah pengacauan-Demi Alloh-aku sebelumnya tidak tahu kalau disana ada pengacauan.Aku menyangka disana ada majelis ta’lim/muhadhoroh dan engkau-yakni Akh Nabil-datang kepadaku untuk meminta pertimbangan atau pendapatku tentang hal tersebut.
Namun kemudian setelah itu datang Akh Nabil membawa buku dan menyampaikan isinya kepadaku sembari mengatakan: “kamu-yakni Syaikh Yahya- berbuat begini dan begitu,aku datang membacakannya kepadamu point-point tersebut dalam rangka untuk menasehati kamu”.
Mereka memprovokasi Al Akh Nabil sehingga datang kepadaku seakan sebagai penasehat.Di tengah perkataannya aku berkata kepadanya :”Ya Akhi,apa yang kamu sampaikan semuanya tidak benar,aku tahu sekarang bahwa disana ada begini dan begitu,aku katakan kepadamu siapa yang berbuat semua ini?”sambil aku angkat sedikit suaraku.
Dia menjawab: “Wahai Abu Abdirrahman, kamu akan membahayakan dirimu sendiri dan akan membahayakan dakwah jika engkau berbicara tentang si fulan”,yakni maksudnya jika aku berbicara tentang Abdurrahman ‘Adany,dakwah akan segera berakhir.Maka aku katakankepadanya:”Apa yang aku lakukan tidak akan membahayakan dakwah,dan tidak pula membahayakan kamu atau orang selain kamu.Siapa kamu sehingga kamu bisa membahayakan dakwah?Apa yang menyebabkan kamu untuk berkata dan berbuat seperti ini?”.
Kemudian setelah itu dia berkata:”Baiklah!”.Alhamdulillah setelah itu dia tetap istiqomah diatas manhaj Ahlussunnah sampai sekarang.
Point permasalahan dari apa yang kita sampaikan ini adalah bahwa disana ada provokasi,kemudian setelah itu dilanjutkan dengan perekrutan orang-orang agar berada pada barisannya melalui majelis-masjlis ta’lim.
Hal ini terbukti sebagai cara yang efektif karena barang siapa yang terfitnah dengan propaganda mereka maka dia akan segera aktif dalam mengajar,membuka pelajaran ini dan membuka pelajaran itu, membuka silsilah aqidah atau silsilah pelajaran yang lainnya. Aku berkata pada diriku sendiri:”Silahkan kalian buka pelajaran sesukamu, aku malah senang”. Padahal aku tahu mereka menginginkan dari itu semua agar para thullab menjadi pengikut mereka.
Mereka sangat giat sekali dalam perekrutan massa ini.Abu Khottob (pelajar dari Libya)melakukan perekrutan dari sisi ini,kemudian Azzaidy dari sisi itu dan si fulan dari sisi yang lainnya,menghidupkan majelis ini dan majelis itu,keluar dakwah kesana kemari,program ini dan program itu sampai Abdurrahman ‘Adany yang dulunya sakit-sakitan menjadi semangat sekali,tidak pernah aku lihat dia bersemangat seperti itu sebelumnya sama sekali.Sehingga akhirnya terkumpul para pengikut yang telah aku sampaikan didepan.
Sebagai gambaran saja,dalam seminggu mungkin mereka membuat beberapa majelis ta’lim di beberapa tempat,si fulan menggalang massa diikuti pula kemudian yang lainnya.Yang satu mencela dan menggunjing sampai akhirnya pada tingkat provokasi yang muara tujuannya satu yaitu menjatuhkan Yahya Al Hajury.
Ini adalah tingkat provokasi yang paling bagus diantara mereka yaitu menjatuhkan Yahya,adapun yang lainnya(yang ekstrim),mereka berkata :”Kita tidak akan pergi dari Dammmaj sampai kita bisa mensholati Yahya”,demi Alloh mereka mengatakan yang demikian ini.
Kami melihat bahwa perkara ini semakin berbahaya,disana ada makar yang tersembunyi yang tidak baik.Maka kami memanggil para Masyayikh Yaman untuk memberikan nasehat kepada para thullab.Demi Alloh,mereka akhirnya datang dan memberikan nasehat kepadanya(Abdurrahman Al Adany)di ruang tamu ma’had.Salah seorang Masyayikh berkata kepadanya :”Fitnah sekarang mengalir dibawah kakimu”,yang lainnya lagi mengatakan:”Fitnah ini adalah seperti fitnahnya Sholih Al Bakry”.
Mendengar nasehat ini,Abdurrahman Al Adany malah membalikkan badan dan keluar dari majelis sambil mengatakan bahwa dakwah kami di Yaman Utara berjalan dengan baik.Sejak saat itu,dia menginginkan untuk mendirikan dakwah sendiri di Yaman Utara berpisah dengan dakwah Ahlussunnah yang lainnya,akan tetapi dilain sisi dia takut ditinggalkan oleh para Masyayikh Yaman sehingga dia berusaha sekuat tenaga agar para Masyayikh mau sejalan dengannya.
Setelah itu para Masyayikh sepakat dan semuanya tanda tangan diatas kertas bahwa masjid dibawah pengawasanku dan aku masuk didalamnya,kemudian fulan,fulan dan fulan dan siapa saja yang ingin masuk dipersilahkan, termasuk Abdurrahman Al Adany dan yang lainnya.
Akan tetapi Abdurrahman tidak mau perduli dengan semua nasehat dan kesapakatan tersebut,dia terus saja melakukan pendaftaran (orang yang mau mukim di Fuyusy,Aden).Dari harga awal yang hanya 70 juta menjadi 100 juta dalam waktu sehari semalam.Kemudian naik lagi menjadi sekian,sekian sampai akhirnya menjadi 120 juta dan itupun orang banyak yang berebutan.Seakan fitnahnya semakin dikokohkan oleh syaithon.
Disana ada sebagian orang melihat kesempatan dan peluang bahwa akan ada kelompok yang kuat di Yaman Utara tinggal dengan pemukiman yang asri,sehingga tanah yang harganya murah akan bisa menjadi mahal,dan perencanaan-perencanaan lainnya dari urusan dunia.Dan memang terjadi sebagian rencana tersebut,tanah yang dulunya harga 100 bisa naik sampai 1 juta atau lebih.Ini yang mereka inginkan,demi Alloh ini kami dengar langsung.Sebagian dari mereka mengatakan :”Demi Alloh,aku tidak mau membeli tanah tersebut kecuali agar bisa mendapatkan laba saja bukan untuk aku tempati”.
Kami nasehati mereka akan tetapi mereka tidak mau mendengar nasehat bahkan semakin menjauhiku dan berani melawanku.Mereka membuat majelis-majelis di ladang dan di tepi sungai untuk menggunjing atau menjatuhkan namaku dan nama ma’had.Kemudian juga mereka pergi kepada sebagian temannya dalam rangka untuk menjelekkan kami dan mengobarkan api fitnah.Demi Alloh mereka tidak perduli dengan semua itu.Melihat hal yang demikian kami masih bersabar :”Biarkan mereka sampai datang waktunya,mereka nanti sendiri yang pergi ke Aden dan nanti akan kami nasehatkan kepada mereka untuk menetap dan tinggal di Aden menegakkan dakwah disana”,semoga dengan hal itu menurut perkiraanku dia akan menjadi baik,sehingga bisa memberikan manfaat bagi masyarakatnya disana serta bisa memperbaiki dirinya sendiri yakni dengan meninggalkan hizbiyyah dan bertaubat dari fitnah yang telah dilakukannya.
Akan tetapi sejak saat itu,dia malah sibuk dengan telepon,menghubungi orang – orang disana sini,menghitung berapa orang yang bersamanya,masjid fulan bersama siapa kemudian juga pergi ke daerah Lodar untuk memecah-belah dakwah disana dan menelantarkan/menjauhkan warga dari Ahlussunnah.
Akankah dengan kondisi seperti ini,ma’had yang di Fuyusy akan menghasilkan penuntut ilmu yang bermutu?Tidak sama sekali,bahkan tidak akan menghasilkan penuntut ilmu meskipun sekecil apapun.Kenapa?Karena Abdurrahman Al Adany adalah orang senang melancong,tidak mempunyai ilmu,ditambah lagi kesibukannya untuk berobat mengobati penyakitnya.
Maka akhirnya dia telah menelantarkan orang banyak dari warga masyarakat Lodor,Mudiah dan banyak pula masyarakat Aden.Dia menjauhkan masyarakat tersebut dari ilmu yang bermanfaat dan sunnah.sehingga diantara mereka berkata ketika menelpon aku:”Dengan siapa ini kami berbicara,dengan Hajury ya?”Aku jawab:”Iya”.penelpon berkata: “Apa bedanya kotoran manusia dengan Al Hajury?”.Demi Alloh mereka berkata demikian ya Ikhwan,yang lainya berkata lagi di telpon:”Ini Yahya Al Hajury ya?”,Aku jawab:”Ya”,dia berkata:”Kamu membicarakan Syaikh Ubaid –hadahulloh- Al Jabiry Ya?”,Aku jawab:”Ya, Aku bicara tentang dia dengan bukti dan dalil tentang penyimpangannya”,penelpon menjawab:”Kakinya Syaikh Ubaid –hadahulloh- lebih baik dari pada kamu”.
Kalau seandainya di handphone-ku ada alat perekamnya akan aku rekamkan untuk kalian apa yang mereka katakan tersebut.Akan tetapi demikianlah yang terjadi.
Apa sebab semuanya ini?Sebabnya adalah pengacauan dan penghinaan yang dilakukan Abdurrahman Al Adany terhadap dakwah.Mereka melakukan tahdzir terhadapku sampai dikalangan para masyayikh,kemudian juga mengirim pertanyaan-pertanyaan yang mengarah untuk menjatuhkan aku kepada syaikh fulan dan syaikh alan,satunya dari Mustofa Mubarrom,yanglain lagi dari Hany’ Buraik yang lain dari fulan atau alan dan seterusnya.
Yang satu bertanya: “Apa pendapat kalian tentang belajar kepada orang yang mengatakan begini dan begitu..”kemudian dihiasi pertanyaan tersebut dengan kedustaan-kedustaan yang dulu diucapkan oleh kelompoknya Al Bakry dan pengikutnya Abul Hasan Al Mishry yang semua inti pertanyaan tersebut agar menghasilkan jawaban tidak bolehnya belajar di Dammaj dan agar dakwah di Dammaj segera terhenti.Namun Alhamdulillah semua usaha tersebut gagal total.
Kami melihat mereka membela kelompoknya Abdurrahman dan mereka memiliki usaha yang sungguh-sungguh dan program yang rapi terhadap para masyayikh.
Mereka melakukan pertemuan di tempat syaikh fulan dan syaikh fulan.Orang-orang yang pergi dari Dammaj sini ditampung di markasnya Syaikh Muhammad Al Imam.Padahal orang-orang tersebut memiliki banyak syubhat dan aktif dalam menyebarkannya kepada thullab.Demikian juga ceramah umum dengan menghadirkan Abdurrahman Al Adany sebagai penceramahnya atau musyawarah di kediamannya atau di tempat fulan dan alan,demikian juga Syaikh Muhammad Abdul Wahhab tidak ketinggalan bekerja keras untuk membela Abdurrahman Al Adany sehingga dia menjadi orang yang paling berbahaya dalam fitnah ini bahkan menjadi pemimpinnya.Padahal dia mempunyai hubungan dekat dengan para masyayikh yang lainnya dan seorang yang memiliki komando dan pengaruh yang besar dalam menyeret orang-orang yang lainnya dalam membela fitnah Abdurahman Adany.
Kami katakan : “Demi Alloh,semua yang kami sampaikan adalah kebenaran yang diketahui oleh semua orang.Fitnah terjadi ditempat kami dan kami sudah menjelaskan hakikat yang sebenarnya.Selama kami telah menjelaskannya maka wajib bagi orang yang mendengarnya untuk mengambil kebenaran tersebut.Barang siapa yang meninggalkan kebenaran tersebut maka dia telah berbuat kesalahan.”
Senantiasa kami mengulang perkataan kami terhadap orang-orang yang tidak mau qona’ah/menerima kebaikan yang ada di tempat ini bahkan memecah belah persaudaraan serta menjadi penyebab adanya saling hajr(sikap saling mendiamkan antara satu teman dengan teman yang lainnya) di negeri Yaman atau yang lainnya bahwa kebaikan yang ada disini masih berjalan sebagaimana dizamannya Syaikh Muqbil bahkan bertambah.
Datang salah seorang dari negeri Al Jazair yang dahaga terhadap ilmu ketika sampai kesini dan melihat Dammaj segera bersujud di tanah lapang.Akan tetapi,jika orang tersebut tinggal dengan si fulan dan alan dari orang-orang mereka menjadi sempit dadanya,mereka mencegah santri tersebut untuk berkumpul dengan kami sampai akhirnya ditelantarkan oleh mereka.Padahal mungkin tholib tersebut adalah seorang yang pemula yang tidak tahu menahu tentang permasalahan,atau tidak mengenal siapa kawan dan siapa lawan.Dikatakan kepada orang yang baru ini bahwa Al Hajury punya banyak kesalahan.Pusat dakwah sekarang sudah tidak disini lagi akan tetapi disana(ditempatnya Abdurrahman Al Adany) dan lain sebagainya dari isu-isu yang mengunggulkan markaz mereka di Fuyusy dan meremehkan markaz Dammaj.Mereka banyak menyebarkan ucapan bombastis ini terutama dikalangan para pelajar asing.
Ketika kami melihat kondisi yang demikian,kami jelaskan apa yang sesungguhnya terjadi.Maka berdirilah orang-orang untuk mengadakan permusuhan yang sangit,demi Alloh ya ikhwan mereka memusuhi dakwah dengan sengit dan kalian bisa melihat sendiri gerakan mereka,mengadakan majelis disana-sini sambil terkadang membikin pemukulan dan mengadakan makar – mudah-mudahan Alloh menyelamatkan kita dari kejelekan mereka. Meninggalkan markiz dengan sikap fanatik yang sangat parah,pergi dari sini sehingga akhirnya menjadi orang-orang yang terlantar.
Bergembiralah kalian…karena sesungguhnya mereka tidak membahayakan dakwah sama sekali.Perbuatan mereka tidak lebih seperti apa yang dilakukan Abul Hasan Al Mishry dengan komplotannya.Delapan puluh satu orang dari mereka menulis tanda tangan di sebuah kertas dalam rangka memusuhi dakwah,namun akhirnya mereka sendiri yang melepaskan diri dan tersingkir dari dakwah Ahlussunnah.Sama sekali tidak terdengar dari mereka kiprahnya dalam dakwah dan tidak berbekas sedikitpun pengaruh permusuhannya terhadap dakwah.Terusirnya mereka dari dakwah seperti dikatakan dalam pepatah:”Pergi sebagaimana perginya keledai ‘Amr”.Maknanya adalah sama sekali mereka tidak punya pengaruh setelah kejadian tersebut,baik terhadap orang-orang baroah dzimmah (yaitu orang-orang yang menampakkan tidak punya sikap memihak kepada salah satu pihak di zaman fitnahnya Abul Hasan Al Mishry) atau yang lainnya dari pengikut hizbiyyah.
Akan tetapi pengaruh yang ada setelah mereka melakukan perpecahan dalam dakwah,fitnah,makar,pencelaan,penghinaan penjauhan orang-orang dari Dammaj,adu domba,dan sebagainya dari point-point hizbiyyah yang ada pada mereka adalah adanya sebagian orang yang aku dengar mereka mengatakan bahwa semua ini bukan gerakan hizbiyyah.Seakan mereka saja yang paling tahu tentang definisi hizbiyyah atau point-point diatas boleh dikatakan hizbiyyah kalau hal tersebut bahayanya menimpa mereka,adapun kalau bahayanya menimpa kami atau selain mereka maka hal itu bukan hizbiyyah menurut analogi mereka.Padahal telah menimpa kami sekian banyak permasalahan disebabkan hizbiyyah mereka dari orang yang jauh ataupun yang dekat,akan tetapi hal ini dianggap sepele oleh mereka.

POINT I:TERJADI PERPECAHAN DALAM DAKWAH

Terjadi perpecahan dalam dakwah atau tidak ya Ikhwan?Terjadi, bahkan perpecahan yang sangat dahsyat yang disebabkan oleh gerakan kelompok ini dengan taktik adu dombanya antara si fulan dengan alan bahkan mereka melakukan adu domba sampai ditingkat para masyayikh.Mereka memprovokasi masyayikh sehingga muncullah Syaikh Ubaid –hadahulloh- menyerang kami.Mereka menipu Syaikh Ubaid –hadahulloh- dengan perkataan yang telah kalian dengar sendiri.Alhamdulillah aku telah menjelaskan kedustaan ucapan-ucapan mereka,namun Syaikh Ubaid –hadahulloh- sudah termakan provokasi mereka sehingga selangkah demi selangkah dia keluar dari manhaj yang benar yang selama ini ia bepegang teguh dengannya.Mulailah dia menghalalkan pemilu dan terjatuh dalam fitnah pada sekian banyak permasalahan.
Melakukan permusuhan terhadap para wali Alloh bukanlah perkara yang mudah.Karena Alloh -subhaanahu wa ta’ala-akan menghancurkan setiap orang yang memusuhi dakwah ini.Demikian para da’i yang sholih tidak akan tinggal diam terhadap permusuhan mereka.
Mereka terus melakukan fitnah adu domba diantara para masyayikh sampai akhirnya Syaikh Muhammad Abdul Wahhab terprovokasi dan termakan dengan fitnah mereka sehingga kita harus menjelaskan kepada ummat tentang penyimpangannya tersebut.Demi Alloh -subhaanahu wa ta’ala- kita tidak akan membiarkan setiap orang yang membela kesesatannya dan Alloh pasti akan membongkar kejelekan siapa saja dari orang yang bersamanya.
Kami tidak akan membiarkan seorangpun membela kesesatannya tersebut.Kalau kami melihat ada yang membelanya pasti kami akan mentahdzirnya,demikian juga Ikhwan Ahlussunnah akan memboikotnya dan meninggalkannya.Hal ini kita lakukan karena dia ingin menghancurkan dakwah dengan syubhat yang halus yang berbahaya,dia menyatakan Abdurrahman Al Adany tidak hizby karena dia tidak masuk dalam jam’iyyah/yayasan Ihsan atau jam’iyyah/yayasan Al Hikmah atau karena dia tidak mengikuti pemilu bahkan senantiasa lisannya mengatakan bahwa hizbiyyah harom.Ini semua adalah omong kosong saja darinya.
Kalau seandainya datang orang yang paling awam kemudian melihat makarnya Abdurrahman Al Adany pasti akan mengatakan bahwa makarnya kepada dakwah lebih berbahaya daripada makarnya Zindany dan komplotannya.
Demi Alloh,Amerika tidak pernah melakukan hal itu terhadap dakwah salafiyyah walaupun mereka menginginkan agar bisa melakukan hal yang sama yakni pecahnya dakwah salafiyyah dengan mengucurkan dana yang besar untuk tujuan tersebut.
Intinya perpecahan dalam dakwah telah terjadi dan hal itu bukan terjadi begitu saja akan tetapi disebabkan oleh fitnahnya Abdurrahman Al Adany yang dia mulai dengan terang-terangan setelah kepulangannya dari umroh.Ketika itu kami tidak tahu apa yang menyebabkan dia tidak mau salam atau berbicara kepada kami.Di majelis ta’limnya berkumpul disekitarnya orang-orang yang senantiasa mengelu-elukan dan menyanjungnya :”Inilah Al faqih, inilah Al faqih”,sampai akhirnya dia tersanjung dengan pujian tersebut dan ingin melakukan perpecahan didalam dakwah.

POINT II : PENGHINAAN

Mereka melakukan penghinaan yang sengit,sampai diantara mereka ada yang mengatakan bahwa aku adalah Zindiq (orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran).
Mereka mengatakan bahwa warga Dammaj begini dan begitu.Semua yang ada disini mereka cela,baik pencelaan yang bersifat khusus atau secara umum.Diantara mereka ada yang berkata bahwa Dammaj sebenarnya bagus akan tetapi Yahya Al Hajury saja yang tidak baik.Maksudnya –sebagaimana yang kalian ketahui- dari perkataan tersebut adalah pencelaan terhadap Dammaj dan orang-orang yang ada didalamnya.Berbeda kalimat akan tetapi tujuannya sama.
Demikian juga penghinaan yang amat sengit terhadap saya dan para ikhwan.Kalau seandainya mereka melihat ada orang yang mau mendekat kepada saya ingin mendengar perkataan Alloh dan Rasul-nya serta merta mereka akan mencibir orang tersebut :”Orang ini ingin riya’ dihadapan Al Hajury”,setelah itu mereka saling berkata kepada kawannya :”Pergi kamu kepada orang yang ingin riya’ dihadapan Al Hajury tersebut,berilah nasehat kamu kepadanya jika kamu ingin menjadi penasehat yang baik”.
Maka berangkatlah salah seorang dari mereka kepada orang tersebut memasukkan was-was dan keraguan dalam hatinya,memberikan gambaran yang menyempitkan dadanya sampai akhirnya tinggal menyendiri dipojok tempat seperti ini,jika mendengar kami berbicara tentang hizbiyyah orang tersebut terlihat seperti orang yang lunglai tidak punya semangat.
Hizbiyyah Abdurrahman Al Adany telah mendholiminya,menelantarkannya sampai akhirnya menjadi dai-dainya syaithon yang mengajak kepada hizbiyyah,memecah-belah dakwah dan menyebarkan fitnah diantara para dai dan thullabul ‘ilmi.

POINT III: ADU DOMBA YANG SENGIT

Mereka juga melakukan adu domba yang sengit sampai kepada tingkatan jika ada orang yang mau belajar ke Dammaj akan segera mereka takut-takuti dengan dikatakan kepadanya bahwa barang siapa yang pergi ke Dammaj,nanti dia akan ditanya dan diuji,dahulu Dammaj begini dan begitu dizamannya Syaikh Muqbil,dizaman sang Bapak yang penyantun,suatu zaman yang mana jika kamu datang ke Dammaj akan mendapatkan begini dan begitu dari para ikhwan”.
Padahal,demi Alloh mereka dahulu juga berkata bahwa jika Abul Hasan atau sebagian para Masyayikh duduk kemudian mereka menyelisihi pendapatnya Syaikh Muqbil,maka beliau akan segera berkata :”Aku tidak akan tinggal diam,aku tidak akan tinggal diam”- yakni beliau akan segera menjelaskan kepada mereka duduk perkara yang sebenarnya.
Suatu ketika datang Abul Hasan kepada beliau dan berkata : “Akan tetapi pemerintah berkata demikian dan demikian…?”,maka Syaikh menjawab : “Katakan kepada mereka bahwa Rasululloh -shollallohu ‘alaihi wa alihi wasallam- berkata :”Barang siapa melihat kemungkaran maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya,jika tidak mampu maka dia hendaknya merubahnya dengan lisannya dan jika tidak mampu hendaknya dia merubahnya dengan hatinya,dan yang demikian itu adalah tingkat selemah-lemahnya iman”.
Kemudian mereka berkata :”Akan tetapi ya Syaikh,ya Syaikh,ya Syaikh…..”,maka beliau segera menukasnya:”Diam kalian,diam kalian”.
Ya,beliau tidak terima dengan alasan mereka dan bahkan menghardiknya. Itulah Syaikh Muqbil yang betul-betul berperan sebagai bapak penyantun (menurut mereka dan begitulah sikap Bapak Penyantun yang sesungguhnya yakni tidak tinggal diam ketika melihat kemungkaran).
Namun sekarang mereka berkata: “Dahulu dakwah begini dan begitu…”,yang semua perkataan tersebut tujuannya dalam rangka untuk meremehkan semua upaya kerja keras dalam terwujud kebaikan disini dan dalam rangka untuk mengegolkan keinginan mereka dan program-program yang mereka inginkan terhadap Dammaj.
Ya,mereka sebelumnya telah mengakui kebaikan yang terwujud disini dan bahkan memujinya akan tetapi setelah terfitnah dengan hizbiyyahnya Abdurrahman Al Adany mereka balik menyerang dan memusuhi kebaikan yang ada disini.Terbalik sudah realita dimata hati mereka.

POINT IV: TAHDZIR BUTA

Tahdzir buta ini ada yang dilakukan dengan cara yang halus dan ada pula yang dilakukan dengan cara terang-terangan dengan mengatakan :”Hati-hati kalian kalau mau pergi ke Dammaj karena nanti jika kamu pergi kesana akan diuji dan ditanya bagaimana si fulan,apakah si fulan begini dan begitu ???”.Padahal Demi Alloh aku tidak melakukan itu,aku tidak menginginkan ujian kepada siapapun bahkan aku menginginkan keselamatan semua pihak dan aku ingin senantiasa menuntut ilmu/tholabulilmi.
Markaz ini dijelekkan,mereka mengesankan dalam hati manusia gambaran jelek tentang Dammaj dengan melakukan tahdzir buta terhadap Dammaj baik secara terang-terangan atau dengan cara mengaburkan permasalahan hizbiyyahnya Abdurrahman Al Adany.
Tahdzir yang seperti ini apakah layak sekarang ditujukan kepada Dammaj?kami bertanya :”Apakah sekarang kami ini adalah Shufy atau Syi’ah atau Ikhwanul Muslimin atau ahli bid’ah atau pengikut ajaran sesat yang lainnya sehingga manusia diharuskan menjauh dari kami?”
Sesungguhnya tidak ada orang yang mentahdzir dari kebaikan kecuali orang yang menjadi lawan dan memusuhi kebaikan itu sendiri atau orang-orang yang menjadi hizby atau pengikut hawa nafsu dan penyebar fitnah atau orang-orang yang suka membuat onar didalam dakwah Ahlussunnah.
Telah kami sebutkan dimuka tiga perkara yang ada pada hizbiyyahnya Abdurrahman Al Adany,yang pertama adalah terjadinya perpecahan dalam dakwah yang disebabkan fitnahnya,kemudian celaan yang membabi buta kepada Ahlussunnah dan para dainya,padahal dari merekalah tersebar kebaikan ini,demikian juga muncul para thullab dan para masyayikh serta terwujudnya keberlangsungan dakwah Ahlussunnah.
Kalau tahdzir yang tidak layak ini terus dibiarkan mau dikemanakan orang yang mau mencari kebaikan?
Dahulu Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab mengatakan:”Kalian mau pergi belajar kemana jika meninggalkan Dammaj?Apakah kalian mau pergi belajar ke Universitas Al Iman?”,namun sekarang beliau tidak mau berkata seperti itu lagi bahkan tidak mau menasehati dirinya sendiri dan menjadi orang yang bertujuan sama dengan hizbiyyahnya Abdurrahman Al Adany.
Adu domba yang sengit juga mereka lakukan di tingkat para hakim negara.Dia mengajak orang untuk berhukum dengan para hakim tersebut dengan mengatakan bahwa kita bukan di negara yang memperbolehkan sikap keluar dari hukum pemerintah seperti orang-orang Khowarij.
Yakni makna dari perkataannya ini adalah bahwa orang yang tidak mau berhukum kepada Syi’ah atau Shufy atau kepada para perempuan – yang duduk di majelis hakim negeri Yaman *- dalam memutuskan permasalahannya,berarti orang tersebut adalah Khowarij.
Betulkah pemikiran yang seperti ini?(Bahkan ini tidak betul),karena sesungguhnya penyelesaian masalah dakwah adalah kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasululloh -shollallohu ‘alaihi wa alihi wasallam- bukan dengan kembali kepada hukum buatan manusia atau bertahkim dengan orang-orang yang tidak tahu tentang seluk beluk dakwah ini dan kebaikan yang ada padanya.
Demikian juga Syaikh Muhammad Abdul Wahhab senantiasa mengajak orang satu per satu agar mau tunduk dengan keputusan-keputusan para hakim negara tersebut dan menyetujuinya.
Satu contohnya adalah pernah ada salah seorang da’i dari sini yang keluar dakwah sementara mereka tidak mampu untuk menghalangi ceramahnya,maka mereka memanggil para pejabat berwenang.Bertanya sang pejabat :”Siapa yang menjadi penceramah malam ini?bagus sekali isi ceramahnya?”,serta merta mereka akan menjawab:”Iya,betul penceramah tersebut memang fasih dalam menyampaikan ceramah akan tetapi dia mempunyai ini dan itu,berbuat begini dan begitu….”,dan seterusnya dari berita –berita yang dusta agar da’i Ahlussunnah tersebut tidak bisa berdakwah lagi dan dilarang oleh pemerintah untuk berdakwah ditempat tersebut.
Demikian juga adu domba mereka lakukan ditingkat para Masyayikh dengan mengadakan pertemuan disana sini,di tempat Fulan dan Alan.Apa sebab dari semuanya ini?Sebabnya adalah hizbiyyah dan kebencian terhadap kebaikan yang ada disini serta permusuhan terhadap perkara yang dulunya mereka berpegang dengannya dan berjalan diatas perkara tersebut.
Ketika kami menyampaikan nasehat kepada mereka dan menerangkan kebenaran dan kenyataan yang sebenarnya,mereka berusaha untuk menyembunyikan gerakan mereka dan menginginkan agar dakwah disesuaikan dengan keinginan mereka.Ketika kami menolak hal tersebut mereka serta merta menginginkan untuk menjatuhkan aku.Mereka ingin supaya aku jatuh dan Abdurrahman Al Adany naik atau minimalnya aku dan Abdurrahman Al Adany semuanya sama-sama jatuh.

POINT V : FANATIK BUTA

Fanatik buta sampai pada tingkatan jika muncul kesalahan dari salah seorang dari mereka,mereka akan diam,tidak ada penentangan sama sekali atau cibiran.Semua menampakkan sikap diam walaupun dalam hati sebagian mereka mungkin ada pengingkaran terhadap kejahatan tersebut.Ataupun kalau ada dari mereka yang mengingkari secara dhohir,hal itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi karena mereka menganggap bahwa pengingkaran terhadap kemungkaran yang dilakukan dari sebagian mereka akan melemahkan dakwah dan jama’ah mereka secara umum.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka fanatik walaupun dalam perkara yang jelek sekalipun.Sikap fanatik juga terlihat dari da’i mereka ketika berceramah,dai tersebut berkata menyanjung Abdurrahman Al Adany:”Assyaikh Fulan,beliau adalah begini dan begitu,beliau berasal dari Yaman Utara,maka kalian wajib menolong Syaikh Fulan faqih tersebut,yang yang dan yang seterusnya,yang berasal dari Yaman Utara”.Demikian mereka menambahi sebutan Yaman Utara setelah kalimat Al Faqih pada salah satu ceramah di daerah Lahji,dalam rangka mengesankan kepada masyarakat bahwa syaikh kita ini dari Yaman Utara sebagaimana kita.Masih ada lagi sikap dari mereka yang menunjukkan fanatik buta dan telah kami jelaskan masalah fanatik buta ini dalam buku saya yang berjudul :”AtTahdzir Minal Hizbiyyah”.

POINT VI : AL WALA’ DAN BARO’ YANG SEMPIT

Permasalahan Wala’ dan Baro’ yang sempit sudah banyak buku yang menjelaskan hal tersebut bagi siapa saja yang mau membacanya.
Wala’ dan Baro’ yang sempit adalah salah satu rambu dari rambu-rambu hizbiyyah.Dan ini terbukti ada pada mereka,sebagai contohnya adalah Abu Khottob yang telah pergi setelah kita usir dari sini disebabkan karena dia terfitnah dengan Abdurrahman Al Adany.
Pada waktu itu aku berkata kepadanya:”Ya Akhy,kami telah berbicara dan menjelaskan tentang fitnah ini akan tetapi seakan engkau tidak peduli?”Dia menjawab:”Aku tidak pernah peduli dengan perkataan kamu walaupun dalam fitnah Abul Hasan,sesungguhnya aku dalam fitnah Abul Hasan hanya mengambil perkataan para ulama'”.Aku katakan kepadanya:”Berarti kamu tidak perduli dengan perkataanku dari dulu sampai sekarang?pergilah kamu dari sini!apakah setelah ini aku harus bersabar terhadap kamu lagi?bagaimana ini?”.
Ini adalah salah satu contoh masalah dan dia masih mempunyai masalah yang lainnya.Dia pergi setelah banyak membuat masalah dan berbagai fitnah.Dia pergi kesana setelah kami usir dari sini karena dia melakukan adu domba.Setelah terusir dari sini sebagian dari mereka menelpon Syaikh Robi’ dengan mengatakan bahwa orang ini yakni Abul Khottob pergi dari Dammaj.Sungguh,kepergiannya dari Dammaj dan pulang ke Libya-yakni ke negerinya Al Qoddafy yang komunis-lebih bagus dari pada tetap tinggal di Dammaj.
Demikian juga mereka gembira dengan keluarnya Abul Khottob dari sini sampai sebagian mereka berkata kepada yang lainnya:”Abul Khottob mari tinggal bersama kami”,yang lainnya berkata:”Ini adalah nikmat dari Alloh yang dilimpahkan kepada kalian”.
Jadi,orang yang terusir dari sini dan pergi kepada mereka untuk menambah kerusakan dan kejelekan mereka dianggap sebagai nikmat dari Alloh seperti hujan yang turun dari langit.
Demikianlah,terbukti Wala’ dan Baro’ yang sempit yang ada pada mereka.Siapa saja yang berani melawan dan memusuhi dakwah Ahlussunnah yang ada di Dammaj,maka orang tersebut akan diperkuat dan dibantu oleh mereka,walaupun terbukti bahwa orang tersebut tidak baik akhlaq atau perangainya atau orang yang terbenci disisi kami atau walaupun orang mau bilang apa terhadap orang tersebut,mereka tidak akan menggubrisnya.
Dahulu Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab berkata bahwa orang yang mencela Dammaj berarti dia telah mencela agama Islam.Menurut konsekuensi dari perkataannya tersebut berarti sekarang dia telah mencela Islam karena dia telah menjelekkan Dammaj.Demikian juga dia dulu berkata bahwa orang yang mencela Dammaj seperti orang yang membenturkan kepalanya kepada batu,batu tetap selamat dan kepala orang tersebut akan hancur.
Dan yang lainnya dari kata-kata mutiaranya tentang Dammaj yang sampai sekarang masih tertulis di buku-buku yang tersebar disini.

POINT VII: BERKUMPUL DENGAN SEBAGIAN KELOMPOK HIZBY

Semua ini adalah rambu-rambu dari hizbiyyah yang terlihat dari komplotannya Abdurrahman Al Adany yang melakukan fitnah yang dahsyat kepada kami melebihi dahsyatnya fitnah yang dilakukan oleh orang-orang sebelumnya.Dimulai dari tahdzir yang membabi buta kemudian adu domba yang sengit,meminta bantuan pemerintah untuk menghentikan dakwah,fanatik buta,wala dan baro’ yang sempit kemudian perkumpulan mereka dengan kelompok-kelompok hizbiyyah seperti berkumpulnya mereka dengan orang-orangnya Abul Hasan Al Mishry bahkan bekerja sama dengan mereka dalam rangka memusuhi dakwah Ahlussunnah.Dari mana sifat-sifat yang seperti ini muncul?Apakah sifat-sifat ini muncul dari seorang salafy?

POINT VIII: TIDAK ADANYA SIKAP INGKAR MUNGKAR

Tidak adanya sikap ingkar mungkar terhadap kemungkaran yang dilakukan oleh orang-orangnya mereka.Sementara disisi lain,mereka mencari-cari kesalahan yang ada pada kami atau berdusta atas nama kami agar bisa mendapatkan celah untuk menjatuhkan kami dan menutupi kesalahan teman –teman mereka.
Demikian juga mereka enggan untuk menerima nasehat yang kami sampaikan dengan bukti-buktinya dari waktu ke waktu,sementara dilain pihak mereka menerima semua syubhat yang datang dari Abdurrahman Al Adany dan kroninya – walaupun syubhat tersebut mungkin sekedar lewat telepon – kemudian berita tersebut akan mereka segera sebarkan sembari berkata :”Demi Alloh ya fulan begini dan begitu,sesungguhnya ini dan itu,…” yang ujung-ujungnya dia berkata: “Ana Mutawaqif,aku tidak tahu apakah yang dilakukan Abdurrahman Al Adany ini perbuatan hizbiyyah atau tidak”.

POINT VIX : MENJAUHKAN & MENELANTARKAN PELAJAR PEMULA DAN PARA PEMUDA DARI KEBAIKAN

Jika ada santri-santri baru yang menginginkan menuntut ilmu dan mengambil faedah dari tempat ini sebagiamana orang-orang yang terfitnah tersebut telah belajar dan mengambil faedah dari sini maka mereka akan menjauhkan para pelajar tersebut dari kebaikan ini.
Padahal orang-orang yang terfitnah tersebut mengakui dan tidak mengingkari bahwa mereka telah mengambil faedah dari sini akan tetapi jika ada orang yang baru,mereka akan memberinya informasi yang miring,provokasi atau menjauhkan dari tempat ini atau memberi berita yang menyesatkannya,mendholimi dan menipunya sehingga santri baru tersebut akhirnya meninggalkan tholabul ilmi dan memilih menjadi penjual warung kopi.Mereka menelantarkan para santri baru dari tempat ini dengan mengatakan:”Demi Alloh,kalian pergi dari sini dan menjadi penjual warung kopi lebih baik dari pada tetap tinggal di Dammaj”.Maka pulanglah sebagian santri baru tersebut sampai akhirnya betul-betul menjadi penjual warung kopi.Demikian juga yang lainnya melakukan penelantaran kepada para santri baru dengan metode yang sama.
(Perbuatan yang mereka lakukan tersebut),semuanya adalah bentuk penelantaran terhadap dakwah,para kader dakwah dan para santri yang tujuan akhirnya adalah agar dakwah disini menjadi lemah.
Apakah tercapai keinginan mereka tersebut?Tidak,bahkan yang terjadi adalah kenyataan yang sebaliknya.Jika salah seorang yang termakan fitnah pergi dari sini maka thullab yang lainnya akan segera berebut untuk bisa menempati rumah yang ditinggalkannya.Bahkan disana ada sebagian orang yang berdoa:”Ya Alloh mudahkanlah kepada kami agar orang-orang yang terfitnah segera pergi dari sini sehingga aku bisa segera menempati rumahnya”.
Sebagian lagi disana ada orang yang terdholimi –yakni tinggal di Dammaj satu tahun atau dua tahun akan tetapi tidak bisa mendapatkan rumah dakwah karena kalah cepat dalam berebut rumah dakwah dengan yang lainnya- dia berharap agar orang-orang yang terfitnah segera pergi dari tempat ini sehingga ia bisa menempati rumah yang ditinggalkannya.
Mereka menyangka bahwa makar yang dilakukannya akan melemahkan dakwah,akan tetapi Alloh menginginkan yang sebaliknya.Alloh menginginkan agar dakwah Ahlussunnah semakin kuat dan bersih dari orang-orang yang berpenyakit serta ingin agar manusia semakin terbuka menerima dakwah dan kebaikan ini.

POINT X : LEMAH SEMANGAT DALAM MENUNTUT ILMU

Demikian juga lemah semangat dalam tholabulilmi kami melihat hal itu melekat kepada mereka yang termakan hizbiyyah ini atau orang-orang yang menamakan dirinya mutawaqif (tidak punya sikap).Sebenarnya kenyataan yang ada menunjukkan bahwa orang-orang yang mutawaqif,kondisi mereka disini seperti orang yang transit saja.Maksudnya jika kelompok hizbiyyah mempunyai kekuatan maka dia menggunakan peluang tersebut untuk ikut menyerang kami akan tetapi kalau komplotan hizbiyyah tersebut tidak berdaya maka mereka mempunyai tempat aman disini untuk menyembunyikan pemikiran di kepalanya.
Inilah kondisi orang-orang yang mutawaqif yang tidak terpuji padahal dalil dan hujjah sudah disampaikan kepada mereka,demikian juga malzamah ilmiyyah sudah tersebar dan bukti-bukti sudah jelas dan terang benderang tentang hizbiyyahnya Abdurrahman Al Adany,tidaklah tersisa kecuali hanya perkara taqlid/membebek kepada sikap dan perkataan si fulan dan alan.Padahal kamilah yang paling tahu tentang hizbiyyahnya mereka karena kami yang hidup bersama mereka.Kejadiannya di tempat kami dan kami pula yang melihat sepak terjangnyanya dengan mata kepala kami sendiri serta kita pula yang mendengar ucapan-ucapannya secara langsung dengan telinga kita.
Sebagaimana mereka telah lemah semangat dalam tholabulilmi,kami juga mendapati orang-orang yang terfitnah ini menjadi orang yang rajin meninggalkan sholat jama’ah di masjid ini dan memilih sholat dimasjid ‘UMMAL atau masjid yang lainnya yang jauh lebih kecil ukuran dan lebih sedikit jama’ahnya karena mereka tidak mau menghadiri ta’lim selesai sholat jam’ah yang ada di masjid ini.
Mereka memilih absen dari dars(pelajaran umum) dan lebih senang duduk-duduk di perkebunan atau dilapangan atau dirumah atau di kedai-kedai atau ditempat-tempat yang lainnya.Apa penyebab semua ini?Sebabnya adalah dada yang sesak terhadap kebaikan.Orang-orang tersebut tidak mengatakan bahwa disini tidak ada ilmu bahkan mereka mengakui disini ada ilmu dan kebaikan akan tetapi ilmu dan kebaikan yang ada disini disisi mereka dianggap seperti kulit bawang.Tidak ada lagi pada mereka pengagungan atau penghargaan terhadap ilmu dan kebaikan ini,demikian juga tidak ada lagi pada mereka kerja sama dalam menghidupkan ilmu tersebut.Dari mana sikap ini muncul?Apakah muncul dari seorang salafy atau orang yang ingin menolong agama Alloh?Atau sifat ini muncul dari orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan lemah dalam melakukan kebaikan sehingga tergelincir dari kebaikan itu sendiri?
Demikian juga tampak kelemahan mereka dalam tholabul ilmi ketika mereka hadir dalam majelis ilmu.Mereka jika hadir di majelis ilmu,duduk dijauh sana dalam keadaan tidak respon terhadap apa yang kami sampaikan.Sebagian mereka jika kami berkata:”Bukankah demikian yang betul ya Ikhwan?”,serta-merta Al Ikhwan menjawab :”Ya,betul!!”Sementara mereka mengatakan :”Tidak,tidak betul!!!”

POINT XI : BANYAK ABSEN DARI DARS

Adalah perkara yang maklum dikalangan masyarakat umum disini atau para santri bahwa setiap orang yang tinggal disini dia wajib untuk menghadiri pelajaran umum kecuali kalau sedang sakit atau ada udzur/halangan yang wajar.Akan tetapi kami melihat mereka yang terfitnah biasa absen dari dars padahal mereka tinggal di rumah milik dakwah.Hal ini tentunya tidak diperkenankan karena tempat ini diperuntukkan khusus bagi tholabul ilmi dan orang-orang yang diharapkan nantinya bisa bermanfaat bagi kaum muslimin.Bukan tempat ini diperuntukkan bagi orang yang memusuhi dan mencela dakwah ini atau menjelekkan saya dan menjauhkan orang dariku bahkan dibalik itu malah mengajak orang agar belajar ke Fuyusy atau ke tempat lainnya.Bukan pula tempat ini diperuntukkan untuk orang-orang yang mengikrarkan bahwa kami adalah mutawaqif.
Sesungguhnya haram bagi kalian untuk tinggal di rumah dakwah sementara kalian bersikap seperti itu jika kalian adalah orang-orang yang menjaga dirinya dari perkara yang haram atau orang-orang yang berpegang dengan Sunnah dan berada diatas kebenaran.Seharusnya kalian menolong Al Haq yang terang benderang yang ditampakkan oleh Alloh yang telah dijelaskan melalui dalil-dalilnya atau kalian jika tidak mau menolong Al haq lebih baik pergi dari sini dengan tenang dan terhormat sampai waktu yang kalian inginkan.
Rasululloh -shollallohu ‘alaihi wa alihi wasallam- bersabda :”Cintailah orang-orang yang kalian ingin mencintainya sesuai dengan kadarnya karena bisa jadi disuatu hari nanti orang tersebut menjadi orang yang kalian benci dan bencilah orang yang kalian ingin membencinya sesuai dengan kadarnya karena bisa jadi disuatu hari orang tersebut menjadi orang yang kalian cintai”.Ya lebih baik pergi dari sini dengan baik karena mungkin suatu saat Alloh melapangkan dadanya sehingga bisa kembali belajar disini dengan tenang dan leluasa tanpa ada orang yang mengatakan kepadanya :”Dulu kamu berbuat begini dan begitu atau berkata ini dan itu”.
Yang kedua diantara perkataan mereka adalah bahwa ini adalah bagian dari agama,yakni mereka meyakini dalam hatinya bahwa menolong Abdurrahman Al Adany yang telah berbuat dalam fitnah ini segala macam kemungkaran yang sebagiannya telah kita sebutkan diatas adalah bagian dari agama.Sementara mencerca saya dan mencari-cari kesalahan saya adalah bukan bagian dari agama menurut mereka sehingga diantara mereka ada yang berkata kepada yan lainnya :”Nasehatilah Yahya karena dia telah berbuat salah,telah berbuat begini dan begitu..”
Demikian juga mereka berusaha melakukan perekrutan thullab kami kepada kelompok mereka meskipun hanya dengan mengatakan :”Aku mutawaqif dalam fitnah ini”,karena maksud dari perkataan tersebut adalah dalam rangka untuk memasukkan keraguan dalam hati para thullab terhadap fitnah ini”.Akan tetapi perbuatan yang seperti ini menurut analogi mereka bukan bagian dari agama.
Jadi secara mudahnya,ukuran agama pada mereka adalah permusuhan kepada Yahya dan Darul Hadist Dammaj serta berpaling dari nasehatnya,kemudian disisi lain bersikap tunduk dan patuh serta senang terhadap semua perkataan yang datang dari kelompoknya walaupun perkataan tersebut disampaikan melalui sebagian kaset atau telepon atau secarik kertas.
Menurut analogi mereka pula bahwa bukan bagian dari agama berbagai perkara kebaikan yang mereka lihat disini seperti kerja sama dan tolong menolong dalam menyebarkan kebaikan atau saling menutup kekurangan yang ada didalamnya serta saling mencintai karena Alloh dengan meninggalkan attahaajur(sikap saling mendiamkan antara satu teman dengan teman yang lainnya)tanpa sebab yang syar’i atau tidak membuang waktu kepada perkara yang tidak berfaidah atau tidak melakukan perkara yang menelantarkan dakwah.
Menjadi terbalik sudah cara berpandang yang sehat di hati mereka dan lihatlah keajaiban-keajaiban yang ada pada hizbiyyah yang baru ini.

POINT XII: TAQLID BUTA (MENGIKUTI ORANG YANG BUKAN HUJJAH TANPA DALIL)

Demikian juga taqlid ada pada mereka.Kalian akan mendapati Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab tidaklah dia melakukan ceramah kecuali dia akan berkata:”Ulama'”.Baiklah kalau kalian bersama para ulama’,akan tetapi bukti-bukti dan keterangan yang jelas dan perkara-perkara yang lainnya yang terang benderang yang menunjukkan hizbiyyah Abdurahman Al Adany mau kalian kemanakan ini semua?Mereka berkata:”Pokoknya kami bersama para ulama’,bersama para ulama”.
Sekarang beliau menjadi da’i yang mengajak kepada taqlid dan membuang bukti dan dalil.Kalau seandainya para ulama’ tidak sesuai dengan keinginannya(Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushoby),dia tidak akan mengatakan kami bersama para ulama bahkan akan mencibirnya sebagai mata-mata atau menggunjingnya sebagai orang yang impoten,atau memberikan gelar/sebutan-sebutan yang lainnya yang tidak layak.Dia hanya memberi gelar ulama kepada orang yang menyetujui keinginannya.
Lihatlah sekarang kepada apa yang sedang mereka lakukan,mereka berusaha untuk melakukan perpecahan dengan cara mengadakan ceramah disana sini yang menghadirkan Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab dan Abdurrahman Al Adany dengan pengumuman yang gemerlap:”Kami bersama fulan,fulan dan fulan….”menyebut dan menggambarkan orang-orang yang bersama mereka padahal sebagian orang yang disebut tersebut tidak ridho namanya dicantumkan dalam pengumuman.Semuanya itu mereka lakukan dalam rangka untuk menghasilkan suatu kalimat yang keluar dari penceramah yang bisa mengesankan kepada orang-orang yang lemah iman dan tidak mempunyai komitmen yang kuat dalam berpegang dengan Sunnah – yang mempunyai cara pandang bahwa orang yang memujinya berarti bersamanya sementara orang yang menjelekkannya berarti bukan kelompoknya – bahwa penceramah tersebut berpihak kepada kelompok mereka.
Cara pandang yang seperti ini tentunya bukan prinsip Salafy.Bahkan prinsip Salafy yang benar adalah berpegang dengan kuat kepada al haq dimanapun berada tanpa menghiraukan kepada orang yang memujinya atau yang mencelanya.Inilah prinsip yang diperintahkan oleh Alloh -subhaanahu wa ta’ala- sebagimana dalam firmannya:
+ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا_ [النساء : 135]
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman,jadilah kalian orang yang menegakkan keadilan,menjadi saksi karena Alloh meskipun kepada diri kalian sendiri,atau orang tua kalian,atau kerabat dekat kalian.Jika ia kaya atau miskin maka Alloh yang tahu kemaslahatanya.Maka janganlah kamumengikuti hawa nafsukarena ingn menyimpang dari kebenaran.Dan jika kam memutarbalikkan kata-kata atau enggan menjadi saksi maka sesungguhnya Alloh adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”.(Q.S.Nisa’:135).
Ini adalah prinsip yang benar,kami tidak menunggu seseorang untuk memujiku dulu baru kemudian aku bekerja sama dengannya atau aku tidak menunggu seseorang untuk mencelaku baru kemudian aku meninggalkannya atau menjadi musuhnya.
Maka jadilah hizbiyyah Abdurrahman Al Adany sebagai tempat berlindungnya orang yang mempunyai tujuan jelek terhadap dakwah yang ingin melampiaskan keinginannya.Mereka ingin agar aku tetap pada posisiku akan tetapi mereka bisa menyetirku sesuai dengan keinginannya atau kalau tidak bisa seperti itu mereka akan bilang:”Bangkitlah kamu menjadi lawannya Al Hajury” dibawah fitnahnya Abdurrahman Al Adany.

POINT XIII: TIDAK MENGHARGAI KINERJA ORANG LAIN DAN PENIPUAN KEPADA SEBAGIAN ULAMA’

Diantara perbuatan mereka yang menunjukkan bahwa mereka meremehkan hasil kerja dari amal sholih yang dilakukan oleh orang lain dan melakukan penipuan kepada sebagian para ulama’ adalah :
Dahulu Al Akh Amin bersama kita dan beliau telah berdiri dihadapan kalian,beliau berkata bahwa mereka mengatakan:”Bagaimana pendapat kalian kalau kita pergi kepada Syaikh Fulan kemudian kita putarbalikkan fakta kepadanya sehingga beliau menjadi sempit dadanya sehingga akhirnya beliau nanti sendiri yang akan melakukan pemutusan hubungan antara Syaikh Yahya dengan para masyayikh yang lainnya”.
Lihatlah perbuatan mereka,dengan dalil apa mereka melakukan hal itu?Apakah perbuatan ini adalah bagian dari manhaj salafy?Bahkan ini adalah manhajnya hizby,melakukan fitnah perpecahan didalam dakwah.Ini adalah manhajnya Iblis sebagaimana yang dikatakan oleh Rasululloh -shollallohu ‘alaihi wa alihi wasallam- Sesungguhnya syaithon telah putus asa untuk disembah di Jaziroh Arob,akan tetapi dia tidak putus asa untuk senantiasa menyalakan permusuhan/adu domba”.(HSR.Muslim).

POINT XIV: PERAMPASAN TERHADAP MASJID AHLUSSUNNAH

Usaha mereka untuk merampas dan menguasai masjid terkadang dengan cara melakukan pendekatan terhadap pengurus masjid atau dengan cara mendatangi salah seorang yang simpati terhadap mereka kemudian mengelabui mereka dengan iming-iming uang.Dengan cara ini mereka berhasil merekrut orang yang mungkin dahulunya kurus kering,namun ketika sudah simpati kepada mereka menjadi orang yang banyak bicara dan berani mencela kami atau menjadi orang yang garang dan tidak mau menghormati kedudukan orang lain.
Demikian juga mereka mempengaruhi para pengurus tersebut sampai diantara mereka ada yang dibelikan mobil,atau barang ini dan itu sehingga akhirnya mereka mau menjual dirinya kepada hizbiyyah dengan harga murah dan menjadi orang yang zuhud terhadap kebenaran.

POINT XV: GERAKAN BAWAH TANAH
Mereka mempunyai gerakan bawah tanah.(Mereka melakukan pembisikan-pembisikan kepada orang),bukan pembisikan yang dibolehkan oleh syariat seperti bisikan seseorang kepada temannya,akan tetapi bisikan mereka ibarat gerakan bawah tanah yang kalau seandainya gerakan ini muncul kalian akan melihat bahwa gerakan tersebut melampaui semua gerakan bawah tanah yang tersembunyi.
Mereka telah melakukan gerakan bawah tanah pada fitnahnya Al Bakry dan fitnah setelahnya,kami tidak mengetahui adanya gerakan tersebut sampai akhirnya terbongkar dan mereka mengeluarkan tulisan-tulisan di malzamah-malzamah.Padahal mereka sebelumnya sangat rapi dalam menyembunyikan gerakan bawah tanahnya.
Sekarang telah terkumpul lima belas point kesalahan mereka sebagaimana yang kalian dengar,dari tidak adanya penghormatan terhadap kinerja orang lain dalam kebaikan,kemudian tidak mau tahu terhadap hakikat agama yang benar ini,condong dan berpihak terhadap orang-orang yang terlantar dijalan-jalan hizbiyyah dan berpihak pula kepada orang-orang yang memusuhi dakwah ini sebagaimana yang kalian ketahui.Demikian juga upaya mereka untuk memakmurkan Markiz di Fuyusy dan lain sebagiannya dari perkataan mereka.
Apakah setelah terkumpul pada mereka semua hal tersebut,kemudian diperbolehkan bagi seseorang-baik yang berilmu atau yang awam-untuk mengatakan bahwa gerakan mereka bukan gerakan hizbiyyah yang terlarang?Salah,sungguh salah orang yang mengatakan demikian dan sungguh tidak pantas perkataannya ini untuk diikuti.
Penjelasan kita ini akan disebar dan akan ditampilkan kepada mereka,barang siapa yang mempunyai bantahan terhadap perkataan ini dipersilahkan untuk membantahnya.
Adapun berkaitan dengan saudara-saudara kita yang kami mendengar bahwa mereka adalah kelompok mutawaqif (orang-orang yang tidak punya sikap dalam fitnah Abdurrahman Al Adany),sesungguhnya perbuatan mereka ini tidak kami perkenankan dan tidak mendapatkan udzur lagi setelah mereka mendengar apa yang kami sampaikan ini, dan setelah kami menjelaskan permasalahan ini dengan susah payah bersama para ikhwan.Sementara kalian menunggu peluang untuk menggagalkan kerja keras kita tersebut sebagaimana yang telah mereka lakukan.Sehingga jangan heran jika seorang mutawaqif berjalan bersama ahlul haq kemudian mereka melakukan penggembosan.
Diantara mereka mengatakan :”Permasalahan ini,bukan permasalahan kita,kita tidak pantas untuk mengurusnya,biarkanlah para ulama untuk mengurusnya”.Kita katakan:”Benar,permasalahan diserahkan kepada para ulama’,akan tetapi dibutuhkan juga kerja sama dalam kebaikan dan ketaqwaan diantara ikhwan”.
Ini intinya dari apa yang kita sampaikan,kita cukupkan lima belas point didalam lembaran ini sebagai penjelas tentang hizbiyyahnya Abdurrahman Al Adany ini.
Setelah ini semua kalau disana ada orang yang mutawaqif dalam permasalahan ini,mereka tidak punya udzur lagi disisi kami,dan dia tidak punya udzur dan dalil pula dalam membela sikapnya tersebut,dan kami juga nyatakan tidak ridho terhadap sikapnya tersebut.
Apa yang kami sampaikan ini adalah penjelas dari keterangan yang aku sampaikan tadi malam yakni sesungguhnya orang-orang yang tidak punya sikap dalam permasalahan ini setelah kalian melihat dan mendengar sendiri hakekat yang terjadi,mereka sesungguhnya tidak mempunyai itikad baik terhadap dakwah ini dan juga terhadap markaz Dammaj.Akan tetapi sesungguhnya mereka telah melakukan pembelaan terhadap orang-orang yang menyusup dalam dakwah ini untuk melakukan kerusakan didalamnya bahkan sebagian mereka ingin malampiaskan balas dendam terhadap kami dan terus menginginkan berkobarnya api fitnah dengan memanfaatkan moment fitnah ini atau mereka ingin senantiasa mengadakan perlawanan terhadap al haq dengan beralasan kenapa si fulan tidak melakukan begini dan begitu,kenapa si fulan tidak membela kamu dalam permasalahan ini dan itu,…dan seterusnya.Tentunya semua alasan ini tidak bisa diterima.
Permasalahan ini sebenarnya yang ingin kami bicarakan dan kami ingin agar orang yang masih memiliki sifat fanatis/sikap membela kelompoknya tanpa alasan yan benar untuk berdiri dan menyampaikan apa yang masih menjadi permasalahannya sehingga kami bisa menjelaskannya dengan gamblang.
Jika orang tersebut sudah tidak memiliki hujjah dalam membela sikapnya namun terus membela mereka maka ketahuilah bahwa sesungguhnya orang tersebut orang yang menginginkan perkara yang tidak baik di tempat ini dengan mencari-cari kelemahan kita. Hal ini tentunya tidak kami perkenankan.
Apa yang kita bicarakan sekarang tidak tercakup didalamnya para masyayikh Yaman,mereka adalah saudara kami-mudah-mudahan Alloh -subhaanahu wa ta’ala senantiasa menjaga mereka- akan tetapi dalam permasalahan ini dengan yakin dan tanpa ragu-ragu kita katakan mereka
telah keliru.
Kita sampaikan ini dalam rangka untuk menjelaskan kepada orang-orang yang taqlid buta (mengikuti seseorang tanpa dalil) dalam fitnah ini kepada para masyayikh bahwa mereka telah salah.
Pada majelisnya Syaikh Robi’- mudah-mudahan Alloh menjaganya-para masyayikh berusaha agar Syaikh Robi’ membujukku supaya aku mau memaafkannya yakni Abdurrahman Al Adany,demi Alloh beliau berkata kepadaku sambil memegang jenggotku dan menciumnya :”Maafkanlah dia”,maka aku jawab:”Iya,aku maafkan permasalahan yang bersifat pribadi antara aku dan dia,Insya Alloh”.
Sampai disini mereka kelihatannya bersikap baik,akan tetapi ketika aku pulang ke Yaman setelah selesai dari ibadah Haji,aku tunggu sikap dan nasehat mereka yakni para masyayikh terhadap Abdurrahman Al Adany agar dia berlepas diri dari segala fitnah yang telah dilakukannya,dan menjelaskan bahwa dia telah berbuat ini dan itu.Namun harapanku kepada masyayikh tersebut sirna karena para masyayikh malah mengadakan pertemuan dengan dihadiri orang-orang yang fanatik kepada Abdurrahman Al Adany tanpa sepengetahuanku dan menghasilkan dari pertemuan tersebut pernyataan yang kami tidak meridhoinya.
Akhirnya kita jelaskan kepada mereka melalui surat bantahan bahwa sesungguhnya pernyataan mereka tersebut bukan pernyataan yang berlepas diri dari para pendusta Abdurrahman Al Adany dan komplotannya.
Seminggu kemudian muncul perkataan dari Abdurrahman Al Adany bahwa aku adalah orang yang paling fajir yakni dari kalangan orang yang dikatakan berilmu dan mendakwahkan agama dan lain sebagainya.
Konsekuensi dari perkataannya ini berarti aku di mata Abdurrahman Al Adany adalah orang yang paling fajir dan pendusta melebihi ‘Amr bin Kholid atau Al Qordowyatau fulan dan fulan atau Suwaydan dan sekian banyak orang-orang Rofidhoh,demikian pula orang-orang Shufi seperti Al Jifry atau Bin Hafidh dan yang lainnya dari tokoh-tokoh kejahatan.
Apakah hal ini menunjukkan Abdurrahman taraju’/bertaubat dari perbuatan hizbynya atau main-main didalam arena dakwah dalam rangka agar para masyayikh simpati dan berpihak kepadanya untuk kemudian bersamanya menyerang dakwah Ahlussunnah dengan memanfaatkan moment fitnah yang ada.
Kami mengatakan:”Kita menjelaskan fitnah ini kepada masyarakat melalui malzamah-malzamah yang telah dikoreksi dan dijamin kebenarannya,kita jelaskan dalam malzamah tersebut masalah ini dan itu dan sebagainya,semuanya tersebut kita lakukan sebagai bentuk kasih sayang kita kepada saudara-saudara kita Ahlussunnah”.Akan tetapi hal ini disambut oleh para masyayikh sebagai bentuk penyebaran fitnah.Orang yang membaca malzamah tersebut menurut mereka adalah orang-orang yang menginginkan tersebarnya fitnah sedangkan sebaliknya orang yang tidak mau menyebarkannya berarti adalah orang-orang yang telah berbuat adil dan telah menjaga stabilitas persaudaraan diantara Alussunnah.
Oleh karena itu perkara tawaqquf ini tidak akan kita terima,akankah kalian bersikap untuk tawaqquf terus sampai datang kepada kalian orang-orang yang mempengaruhi kalian dengan pemikirannya kepada hizbiyyah sementara kalian tidak mau berusaha memahami perkara yang sesungguhnya terjadi dan tidak mau pula untuk membaca tulisan-tulisan yang ada?Sesungguhnya telah lahir dari sikap yang seperti ini permasalahan negatif yang sangat banyak.
Intinya dari semua ini,yang ingin kami wasiatkan dalam permasalahan ini adalah sikap yang tegas dan tidak boleh untuk mengatakan aku mutawaqif karena kami tidak mau menerima sikap tawaqquf dalam permasalahan ini.
Adapun perkara yang berkaitan dengan para masyayikh-semoga Alloh Ta’ala menjaga mereka-aku senantiasa mengingatkan mereka,memuliakannya,mengirimi mereka surat dan kami senantiasa menasehati mereka karena Alloh.Aku nasehatkan dengan perkara yang aku lihat paling baik,baik ketika mereka datang kesini ataupun melalui surat.Aku sangat mencintai mereka karena Alloh,aku mendoakan mereka agar senantiasa mendapatkan taufiq dari Alloh dan agar mereka dijauhkan dari segala kejelekan.
Adapun yang berkaitan dengan Al Haq/kebenaran,aku menjelaskannya dengan bukti-bukti yang konkret,buktinya adalah lembaran kertas-kertas yang telah tersebar demikian pula perkataan-perkataan kami yang ada,semuanya menjelaskan bahwa perkara tawaqquf dalam permasalahan ini tidak diterima karena Al Haq sudah terang benderang.
Kami katakan juga,sesungguhnya orang yang tawaqquf adalah orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit yang mempunyai tujuan tertentu atau dia adalah orang yang tersamar baginya kebenaran dan mempunyai syubhat yang tidak bisa diterima,atau dia adalah orang yang lalai dari kebenaran.Oleh karena itu apa yang kami sampaikan ini adalah sebagai keterangan baginya dan setelahnya tidak boleh lagi untuk tawaqquf.
Mudah-mudahan Alloh -subhaanahu wa ta’ala-memberikan taufiqnya kepada kita semua,dan sebagaimana yang kami telah kemukakan bahwa bagi siapa saja yang masih mempunyai dakwah kepada tawaqquf maka kami akan memanggil orang tersebut,bukankah demikian….?
Dakwah adalah dakwah,hal yang demikian tidak akan kami biarkan akan tetapi kami akan berdiskusi dengannya sebagaimana kami telah mengundang berdiskusi kepada orang-orang yang melakukan fitnah kepada saya untuk duduk dimajelis ini membuktikan tuduhan mereka dan menyelesaikan permasalahannya akan tetapi mereka menolak hal tersebut dan memilih untuk terus sibuk menyalakan api fitnahnya tersebut sampai sekarang.Kami telah mengundang mereka jika sebagian dari mereka ada yang hadir di majelis ini berarti mereka telah mendengar perkataan saya ini,jika dari mereka tidak ada yang hadir di majelis ini maka kalian telah mendengarnya dan Insya Alloh hal ini akan sampai juga kepada pendengaran mereka.
Mudah-mudahan Alloh memberikan kepada kita taufiqnya dan menunjukkan kepada kita kepada jalan yang dicintainya dan diridhoinya.

RENUNGAN: KISAH MEMILUKAN DAN MEMALUKAN
Sebagai Peringatan Buat Salafiyyin
Dari muta’asshibin Abu Salman
Akhwat Jadi-Jadian Dari Buton

الحمد لله, حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه كما يحب ربنا ويرضاه وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا هبده ورسوله أما بعد:

Pada risalah ini kami hendak kutipkan kisah nyata yang memilukan kepada para salafiyyin Indonesia di manapun mereka berada,agar berhati-hati dari Abu Salman Musthofa (La Tapa- nama aslinya) asal Buton yang telah diusir dengan hina dina dari Darul Hadits Dammaj disebabkan kekejian dan kemungkaran yang ia lakukan di tengah para thullab yang sedang sibuk beribadah mendirikan shalat ditengah malam di bulan mubarakah Ramadhan (Tarawih) dan yang lainnya ronda malam untuk mengantisipasi sesuatu yang tidak diinginkan dari pihak orang-orang fajir Rafidhoh, eh dia malah sibuk keluar dari rumahnya dengan memakai cadar perempuan!
Tidak perlu kami ceritakan panjang lebar kisah yang memilukan dan memalukan mereka itu, karena kesaksian hurros (bagian keamanan) atau yang ronda malam yang menangkap langsung akhwat jadi-jadian ini telah mengemukakan persaksiannya dengan jelas, dan meyakinkan dan disaksikan oleh beberapa penjaga lain dan terekam dalam kaset. Berikut ini kami lampirkan kesaksian tersebut:

Persaksian Hurros

Berkata Al-Akh Faris Al-Wadi’i hafidzahullah –beliau adalah salah seorang penjaga di Darul Hadits-:
بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضلل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم أما بعد،
Allah subhanahu wa ta’ala berkata dalam kitabnya yang mulia:
+وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا_ [البقرة/282]
“Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi kesaksiannya) apabila mereka dipanggil.” [Al-Baqarah: 282].
Dan berkata Allah subhanahu wa ta’ala:
وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آَثِمٌ قَلْبُهُ [البقرة/283]
“Janganlah kalian menyembunyikan persaksian, barangsiapa yang menyembunyikannya maka sesungguhnya dia itu berdosa hatinya.” [Al-Baqarah: 283].
Berdasarkan ayat-ayat tadi, maka telah terjadi pada malam ahad di bulan Ramadhan di Darul Hadits Dammaj suatu kisah yang memilukan dari seorang ikhwah asal Indonesia kami tidaklah senang hal ini dilakukan oleh al-akh ini yaitu bahwasanya manakala ikhwan sedang jaga malam pada malam itu, tiba-tiba mereka melihat ada orang yang keluar di jalan, dan insya Allah kisahnya akan dikisahkan oleh Al-Akh Hamd Al-Wadi’i hafidzahullah ta’ala karena dia termasuk orang yang menangkap orang ini, orang itu adalah Abu Salman, dan termasuk dari orang-orang yang menangkapnya ialah Al-Akh ‘Abid bin Qoid Al-Wadi’i dan Al-Akh Utsman bin Ahmad Mishri Al-Wadi’i insya Allah kisahnya yang ia lihat akan disebutkan oleh saudara kita, tuk melepas tanggung jawab dan sebagai hujatan dan bantahan terhadap orang yang mengatakan bahwasanya berita ini adalah dusta tidak dilakukan oleh orang ini.
Kami katakan sebelum saudara kita Hamd memulai, bahwasanya kami telah pergi kepada Syaikh dan mengabarkan kisah ini, maka beliau berkata: Wajib atas orang ini untuk keluar dari Dammaj, dan waktu ini jalan tertutup tidak bisa keluar, berkata Syaikh: Apabila dia bisa keluar di waktu ini maka dia harus segera keluar dari Dammaj.
Insya Allah kita akan dengar kisahnya dari saudara kita Hamd hafidzahullah ta’ala supaya tidak ada bagi seorangpun dari orang-orang Indonesia peluang untuk debat atau membersihkan orang ini (dari tuduhan tersebut), wa billahit taufiq.
Berkata Al-Akh Hamd hafidzahullahu ta’ala:
بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد،
Ketika itu saya jaga di atas rumah tinggi ini (bekas rumah Syaikh Muqbil) dan dua ikhwah berdiri di samping kedai(milik Zaid Al Wadi’i), kira-kira jam satu, setelah tegah malam, dan Syaikh Ahmad tengah shalat rakaat pertama yang panjang, tiba-tiba kami melihat seorang perempuan berjalan tanpa mahram, ikhwanpun heran dan terkejut, karena hal ini berbahaya bisa jadi (perempuan ini) samaran dari pihak orang-orang huwtsiy (Rafidhah yang hendak menyerang Dammaj), lalu ikhwah menyuruhnya berhenti yakni kami biasanya mengatakan kepada orang yang asing: utsbut, utsbut (artinya berhenti, berhenti), namun orang ini tidak berhenti, maka ikhwan mengarahkan senjata (AK) kepadanya. Dan yang pertama kali dikatakan kepadanya: Buka mukamu! Akupun segera turun karena perempuan ini berbahaya menurut ikhwan saya mau membantu mereka, saya sampai kepada mereka dan mukanya telah terbuka, akupun mengenalnya bahwasanya orang ini adalah Abu Salman Al-Indonisi kemudian ia duduk dan bergerak dan terdapat di tangannya telephone yang menyala, kami mengira ketika ia bergerak dia punya pistol maka kami memukulnya dengan pukulan tentara pakai senjata di punggungnya, pertama yang ia katakan kepada kami: (usturni, usturni ya ikhwan) tutupi saya, tutupi saya, tutupi saya ya ikhwan!
Berkata Al-akh Faris: Kalimat ini dikatakan oleh orang yang sudah mau terbongkar kedoknya supaya orang-orang diam darinya.
Dan berkata Al-akh Hamd: (ucapannya ini adalah) Bukti yang paling nyata bahwa orang ini sangat jelek. Dan dia ketika itu memakai hijab dengan lengkap, kemudian kami membawanya ke ruang hurros. Kukatakan kepada ikhwan: kita simpan dia sampai pagi hari sebagai ganjaran atas perbuatannya, lalu orang ini berkata: “Sesungguhnya saya tidak tersadarkan diri antara bangun dan tidur”, sementara sebelumnya ia berkata: tutupi saya, tutupi saya! Kalimat ini menunjukkan bahwasanya dia berada pada akal yang sempurna dan terjaga, kemudian dia berkata lagi setelahnya: Saya mengira ini adalah ‘Imamah, maka kukatakan: wahai Abu Salman, seandainya kamu mengira ini adalah ‘imamah niscaya kamu akan memakainya seperti ini, bukanlah seperti yang kamu lakukan ini bagaikan perempuan. Setelah itu dia berkata: Demi Allah saya takut dari huwtsiyyin. Kami katakan: (alasan ini) tidak cukup sampai kamu harus berhijab dengan pakaian wanita. Dan setelah fajar Al-akh Faris mengabarkan Asy-Syaikh maka Asy-syaikh berkata: Orang ini harus pergi, kami tidak merasa aman darinya kalau-kalau dia masuk menyelinap di tengah-tengah wanita-wanita (anak, istri dan saudara perempuan) kita. Alhamdulillah Allah telah membongkar kedok orang sakit ini dan telah nampak dihadapan seluruh manusia.
Berkata seorang penanya: Apakah kalian mendapatinya menuju kearah mesjid Nisa’? Al-Akh Hamd menjawab: “tidak dia berjalan menuju rumah orang Somali, arah selatan.
Al-akh Faris berkata: Insya Allah ikhwah-ikhwah Indonesia menyebarkan persaksian ini dan menyebarkan berita tentang Abu Salman. Dan pertama kali jalan terbuka Abu Salman akan pergi dari Dammaj, diusir dari Dammaj dengan izin Allah.
سبحانك اللهم وبحمد الله أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك.
PERSAKSIAN ABU ‘AMMAR YASIR AL-YAFI’I HAFIDZAHULLAH
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله ومن والاه ، أما بعد:
Sebagian ikhwah Indonesia memintaku menulis apa yang kuketahui tentang Abu Salman Al-Indonisi hadahullah di mana kadangkala ia mengingkari dan membuat pembutaan terhadap apa yang telah ia perbuat, Maka kukatakan wabillahit taufiq:
Pada suatu malam di bulan Ramadhan Al-Mubarok tahun 1430, aku sedang jaga di samping rumah Asy-syaikh Yahya hafidzahullah, tiba-tiba seorang Akh dari penjaga markaz dari penduduk asli Dammaj meminta kunci pintu kamar hurros, maka kukatakan: kenapa??? Ia jawab: kami telah menangkap seseorang. Kukira salah seorang dari orang-orang huwtsiyyin, segera kulihat ternyata orang itu adalah Abu Salman Al-Indonisi, memakai jilbab perempuan, dengan muka yang terbuka. Maka kukatakan: Ini Abu Salman, kemudian Asy-syaikh Turki Muqowwid berdiri mengambil Jilbab darinya dan mengangkatnya dengan tangannya seraya berkata kepada Abu Salman: Apa ini?? Mengakulah –dan mengatakan ucapan yang keras dan mengancamnya- sedang dia diam, lalu Asy-syaikh Turki berkata: Apa yang kau perbuat dengan Jilbab perempuan ini? Kenapa kamu berhijab dengannya?? Maka Abu Salman menjawab –sebagaimana yang telah lewat bahwasanya ia tidak sadar-.
Setelah itu aku kembali jaga, di waktu sahur datanglah ikhwah yang menangkap Abu Salman lalu menyebutkan ucapan Abu Salman tadi, lalu berkata: Bagaimana bisa ia mengira jilbab itu adalah ‘Imamah sementara kita mendapatinya berhijab dengannya, menutupi muka dan badannya ibarat seorang akhwat di kegelapan malam.
Inilah yang kuketahui wa billahit taufiq, terakhir kunasihatkan Abu Salman supaya bertaqwa kepada Allah dan menjauhkan diri dari sikap menentang al-haq dan pengembannya, yang akan menambah kehinaan dan kelemahan baginya, Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
” وجعلت الذلة والصغار على من خالف أمري”.
“Dan dijadikan kerendahan dan kehinaan terhadap siapa yang menyelisihi perintahku.”
والحمد لله رب العالمين.

Ditulis oleh: Abu ‘Ammar Yasir Al-‘Alaaiy Al-Yafi’i.
PERSAKSIAN ABU MALIK AL-HADHRAMI HAFIDZAHULLAH
بسم الله الرحمن الرحيم
Aku Abu Malik Al-Hadhrami bersaksi dengan apa yamg kulihat dan dengarkan juga:
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضلل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم أما بعد:
Pada hari Ahad tanggal Sembilan dari bulan Ramadhan 1430, sungguh saya telah melihat sesuatu yang mengherankan manakala saya pergi ke mesjid untuk shalat tarawih, tiba-tiba para penjaga berada di samping rumah Abu Salman Al-Indonisi, maka kutanya mereka: Apa ada sesuatu? Mereka jawab: iya –kemudian dia menyebutkan kisah seperti kisah yang disebutkan oleh Akh Hamd-, kemudian berkata: Dan aku pergi ke ruang hurros, maka kudapati sebagaimana yang mereka katakan dan kulihat dia sedih karena kena pukul, dan kudapati di samping Abu Salman jilbab, lalu kuangkat jilbab itu dengan tanganku, ternyata jilbab itu persis dengan milik istriku, punya dua ujung yang tersambung, dan panjangnya sampai ke tanah apabila dikenakan oleh seorang wanita, dan di kedua kaki Abu Salman khuf (sepatu) hitam.
Inilah yang kusaksikan pada masalah ini wa billahit taufiq.

Ditulis oleh: Abu Malik Al-Hadhrami.
Sungguh Syaikhuna Abu Abdirrohman Yahya bin ‘Ali -hafidhahulloh- telah berbicara tentang Abu Salman -hadahulloh- sebagai berikut:
Ketika beliau -hafidhahulloh- dikabari Abu hazim Muhsin -hafidhahulloh- melalui via telepon bahwa Abu Salman -hadahulloh- menyuruhnya untuk bergabung dengan Luqman Ba ‘Abduh –akhzaahulloh- ketika itu Luqman Ba ‘Abduh –akhzaahulloh- sudah menympang dari manhaj salaf serentak Syaikh Yahya -hafidhahulloh- mengatakan :”Abu Salman ghalthoon (Salah besar)!.” [saksi: Abu Yusuf Abdul Malik, Abu Arqom, Sulaiman dan Rdwan].
Beliau pun -hafidhahulloh- mengatakan: “Abu Salman jika dia di Indonesia niscaya dia akan bergabung dengan Luqman Ba ‘Abduh.” [saksi Abu Turob].
Beliaupun -hafidhahulloh- berkata:”Abu Salman qolbuhu baarid (hatinya dingin )”.Maknanya :”Sangatlah kecil kecemburuannya terhadap al haq dan ahlinya.Hal ini bisa terlihat ketika disodorkan kepadanya selebaran pelecehan Luqman Ba ‘Abduh –akhzaahulloh- terhadap syaikhuna Yahya -hafidhahulloh- dan beberapa masyayikh lainnya serta markiz salafiyah terbesar sedunia Dammaj dengan lantang dia berkata: “Saya mau belajar,saya tidak mau sibuk dengan fitnah. [saksi: Sulaiman Al-Amboniy, Mujahid Al-Makassariy, Muhammad Aji].
Syaikh Rabi’ mengatakan:”Jika dia melihat kebid’ahan telah tersebar dan memiliki da’i-da’i dan memiliki pengikut, pembela dan penyerang atas ahlus sunnah.Bagaimana dia diam?!! Dan perkataan mereka:”Perbuatan ini(ingkar mungkar) akan menghalangi dari menuntut ilmu.” Ini adalah dusta, ini adalah ilmu dan beramal dengannya. [Al Ajwibah ‘Al As Ilati Abi Rowahah Al Manhajiyah hal.34]
Bahkan dia pernah mengatakan: “Saya tidak mau bantah kecuali jika disuruh Syaikh Yahya!” [Sulaiman Al-Amboniy dan Mujahid Al-Makassariy]..Namun kenyataannya ketika dia disuruh Syaikh Yahya untuk membantah, tidak terlihat sedikit pun bukti perkataannya tersebut. Begitu pula ketika disodorkan kertas oleh Asy Syaikh AbdulHamid Al Hajury -hafidhahulloh- untuk membantah apa yang datang dari Luqman Ba ‘Abduh –akhzaahulloh-,dia enggan untuk melakukannya.
Wahai Abu Salman!
Beliau -hafidhahulloh- juga mengatakan:”Abu Salman memiliki beberapa syubhat.” [Muhammad bin Umar, Dzakwan, dan semua yang menghadiri persidangan perkara Anwar dan Deka (Abdurrahman) diruang tamu.
Dan terakhir setelah akhwat jadi-jadian tadi tersingkap cadarnya dan diusir oleh Syaikh kami dari sini, beliau di tanya oleh Al-Akh Abdul Ghofur hafidzahullah yang hasilnya apabila Abu Salman pulang dia tidak layak ngajar meskipun dia sudah taubat. Dan dia telah terjatuh di dalam beberapa kemungkaran di antaranya: tasyabbuh dengan wanita, isbal
Pada tanggal 4 Dzul Hijjah 1431 h. setelah Abus hengkang dari Dammaj dengan terhina Syaikh Yahya حفظه الله berkomentar : Abu Salman itu Abu ‘Abaya (pakaian wanita), dia tidak kabur kecuali setelah membikin banyak ikhwah pergi dari Dammaj. ucapan beliau ini beliau sampaikan di atas kursi beliau di masjid. Kemudian beliau berkata: tidak seorangpun dari mereka yang ternodai fitnah ini kecuali terbongkar kedoknya di belakang hari.
DAFTAR SEBAGIAN MUTAWAQQIFIEN
& MUTA’ASHIBIN
Sebenarnya kami tidak ingin menbuang-buang waktu percuma hanya untuk mengurusi perkara-perkara seperti ini terlebih karena sebagian mereka hanya mengekor dan takut terhadap beberapa pentolan yang dianggap memiliki tangan besi, akan tetapi setelah kita menyaksikan betapa banyak orang yang tertipu dengan perkara ini, dan juga diantara mereka yang sebelumnya kami anggap mereka tidak berkepentingan ternyata menampakkan jati dirinya dalam sebuah makalah yang mereka namakan :” رسالة مفتوحة ” yang lebih pantasnya dinamakan :” “رسالة مفضوحة maka mau tidak mau kami harus menerangkan kepada umat kondisi mereka, sebagai bentuk nasehat dan peringatan agar masing-masing yang bersangkutan membenahi diri, dan bagi umat untuk menghidari mereka kalau belum nampak kejujuran dan kesungguhan mereka dalam berbenah diri.
Nama-nama dibawah adalah mayoritas mereka yang ikut bertanda tangan dalam :””رسالة مفضوحة karena itu merupakan bukti nyata yang tidak bisa di pungkiri, adapun selain mereka kami sebutkan sesuai dengan apa yang nampak secara dhohir kondisi mereka selama di Dammaj atau ada yang mendengar langsung atau mengaku terang- terangan mauqif mereka dalam fitnah ini.
Mereka adalah para penghianat yang durhaka, tidak memiliki rasa syukur terhadap tempat mereka menimba ilmu, dan syaikh yang telah mengajari mereka, ini tentunya bagi yang pernah belajar di Dammaj, adapun yang terseret kebarisan mereka maka kondisinya agak lebih ringan, akan tetapi keberanian mereka menandatangi risalah tersebut merupakan bukti keteledoran dan kecerobohan mereka dan kesamaan fikiran mereka, maka keadaan mereka bisa disejajarkan dengan orang yang mereka ikuti.
Adapun para pembela Abu ‘Abaya yang telah berada di Indonesia ataupun yang masih berada di Dammaj- yang notebennya mereka juga barisan dan cabang mereka yang tertera di risalah mafdhuhah – maka kami mencukupkan dengan apa yang di tulis oleh Akh Shiddiq – hafidhohulloh- agar tidak terulang kembali di sini kecuali kalau kondisinya mengharuskan untuk menyebutnya.
Adapun mereka yang tidak terdengar atau tercium kemiringannya dalam masalah ini dan menjaga mulut dan pena serta kelakuannya karena belum mendapatkan kemantapan hati maka kami tidak akan mengusiknya selama tidak ada takhdzil (meremehkan dan merendahkan) usaha para pembawa kebenaran ini atau kepada yang telah mendapat taufiq untuk menerimanya .
Tibalah saatnya penyebutan nama-nama mereka dan apa dan kenapa mereka disebutkan disini, dan sengaja kami tulis dengan bahasa Arob agar lebih mengena dan bisa dipahami oleh teman-teman mereka yang bukan orang Indonesia dan juga karena sebagian masukan tentang mereka nara sumbernya dari orang Yaman.

بسم الله الرحمن الرحيم
أسماء بعض المتعصبين والمتوقفين الإندونيسيين

(1) أبو العباس إحسان مفتون من المتوقفين صاحب أبي توبة وكان يسكن معه في غرفة واحدة حين طرد، مكث فترة يسيرة في دماج ، وهو زميل آيف أيضا وممن يدافع عن الجمعية بالشدة ومن مفكريهم في هذه القضية.
(2) أبو بكر الجاكرتي متعصب، قليل الشكر ، لا يعرف قدر نفسه، من المتزلفين للقمان الحزبي وقال في شيخنا حفظه الله: إن له أخطاء كثيرة في العقيدة. وهو ممن وقّع في رسالة مفتوحة.
(3) أبو بكر يوسف البليتوعي متلون، مريض، ويجالس المرضى
(4) أبو توبة همامي حزبي من تحت ، متعصب جلد ، مفتون صاحب الدنيا ، مكث في دماج فترة طويلة نحو عشر سنين ولم يستفد شيئا، وخرج مطرودا بهذه الفتنة لأنه من رؤوس هذه العصابة فرع إندونيسيا وقد فتن كثيرا من الطلاب الإندونيسيين باعتبار أنه من قدمائهم، وقد تكلم هذا الفاجر في الشيخ يحيى حفظه الله وفي عرضه وأهله.
(5) أبو خالد أحمد درينتو تاجر ضال متعصب مفتون ، جاء إلى دماج هو وجميع أسرته ونووا أن يموتوا في دماج ، فلما ظهرت هذه الفتنة الخبيثة فهو ممن فتن ، باع جميع ما عنده بثمن بخس دراهم معدودة هاربا إلى البلاد، وقد نصحه الشيخ حفظه الله بأن يثبت في دماج لكنه أبى وأخذته العزة. وقد مكث في دماج أكثر من ثلاث سنين ولم يستفد شيئا، لا في اللغة العربية ولا في غيرها.
(6) أبو سعيد حمزة بن خليل مفتون مخدوع ، وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(7) أبو عبد الرحمن عمرو متعصب جلد، مكث في دماج فترة يسيرة مشغولا بالجلسات مع العدنيين المفتونين وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(8) أبو عبيد الله فوزان زميل عبد الجبار جلس في دماج فترة ويعمل في دكان حمزة باجري ولم يكمل كثيرا من الدروس حين رجع فأقام هناك مركزا مع الجمعية ، وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة
(9) أبو عبيدة شفر الدين كان من زعماء جمعية إحياء التراث فرع إندونيسيا، ثم تراجع عنها وجلس في دماج فترة مشغولا ببعض الأمور الخارجة عن الدراسة ووقع في بعض المشاكل ثم رجع، وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(10) أبو عفيفة الشافعي مكث في دماج مدة يسيرة وأكثر دروسه بالأشرطة كسول في العبادة ويكثر الجدال، ثم هرب إلى السعودية فمسكته وأرجعته إلى البلاد وهو ممن يدافع عن الجمعية وجلس تحت جمعية أيضا اسمها “جمعية تعظيم السنة” وهو ممن سعى في إبطال محاضرة الشيخ حسن بن قاسم والشيخ محمد بن حزام حفظهما الله .
أبو عكاشة متوقف، يجلس في دماج مع المرضى والمتوقفين والمتعصبين المفتونين ويبتعد عن الثابتين، وقد تكلم هو مع الأخ محمد آجي حتى كاد أن يصرح بأنه متوقف وجاء بالحيدة والتدليس من ذلك أن الأخ محمد آجي سأله عن عبد الرحمن فأجاب: أنا ما عرفته وما رأيته. وسئل عن لقمان فقال: الشيخ البخاري لم يحزبه.ولما أرشده إلى قراءة الملازم قال : أنا مشغول بدروسي ومحفوظاتي.
(11) أبو فراس حمزة مفتون مخدوع ، وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(12) أبو كريمة عسكري كان في البداية مع جمعية إحياء التراث فرع إندونيسيا ثم خرج منها وذهب إلى مأرب فترة وطرد منها وجاء دماج أشهر ثم عاد إلى البلاد ، وهو ممن دافع عن الجمعية بشدة حيث كتب في هذا الباب رسالة رد بها على رسالة الأخ أبي الحسين حفظه الله ” الجمعية حركات بلا بركة” وسمى رسالته بـ : التماس البركة بإقامة الجمعية السلفية” وهي في الأصل باللغة الإندونيسية.وقد نصحه الشيخ محمد بن حزام حفظه الله هاتفيا بترك لقمان وشلته لكنه أصر وأخذته العزة .وعنده جمعية ضخمة اسمها :” جمعية ابن القيم”.وهو من الموقعين في رسالة مفتوحة.
(8) أبو نوفل حارث خائن متعصب مخذول موشوش، مكث في دماج فترة وجلس مع العدنيين المفتونين هو وأبو توبة وغيره ممن أخذهم الحراس في بيت ناصر العدني التاجر في بداية الفتنة ، أظهر توبته مرتين أمام الشيخ حفظه الله وألزمه الحراس أيضا بالتوبة من هذه الفتنة، ثم رجع إلى البلاد فعاد إلى شغفه وعناده حيث أرسل رسائل عبر الهاتف إلى الأخ الفاضل زكي فأبرز عنده شبهات واهية في الدفاع عن ابني مرعي بشدة. وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(9) أبو يحيى عبد الله الميداني مفتون وهو ممن تأثر بأبي توبة الحزبي ، مكث في دماج فترة قصيرة وخرج منها ولم يكمل الدروس فذهب إلى الشحر ثم رجع إلى البلاد وله علاقة تجارية مع مراد با فليع الحضرمي المفتون صاحب مكتبة الوادعي.
أحمد خادم بن حنان
مخدوع ، خريج الجامعة الإسلاية ، وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(13) أحمد طويل أحد اللعابين الطباخين البنائين من أصحاب آيف شفر الدين وشلته ، مكث في دماج فترة يسيرة مشغولا بالبنايات والتجولات وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(14) أحمد نيزا متعصب من أصحاب بلال الجزائري الحزبي مكث مدة في دماج ثم هرب إلى السعودية مع فوزي الليبي وحسين الجزائري المفتونين، ومسكوا وسجنوا في الطريق فلما علمت الحكومة اليمنية أنهم من طلاب دماج استشاروا الشيخ حفظه الله بإرجاعهم إلى دماج ، ولما أخبر الشيخ بأنهم مرضى قال : لا يرجعون ، خلوهم حيث شاءوا. فذهبوا إلى السعودية ومسكوا وسجنوا. وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
إدرال حارث مكث في دماج فترة يسيرة ثم رجع لأجل المرض الذي فيه ، وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
15 أساس الدين لقماني ،جمعي، متلون ومتحير، فإنه هو وبعض المتعصبين جاءوا إلى أبي حازم فأمروا بإيقاف الكلام في ابني مرعي. ،ولا يثبت على حال واحد حتى في دروسه التي فتحها، جلس في دماج مدة يسيرة لا يهتم بالدروس .
(16) أسامة بن فيصل مهري
جمعي ، خريج الجامعة الإسلاية ، وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(17) إقبال الجيلاجابي ثم الجاوي مفتون متعصب جمعي، جاء أول ما جاء مع أهله إلى معبر لسوء نظره بدماج ، ولما عرض له بعض المشاكل انتقل إلى دماج ، واعتنقه المرضى ونفخوه حتى صار من كبارهم ومفكريهم، ولم يلبث أن جلس في دماج سنة كاملة إذ صدرت من عبيد الجابري تلك الفتوى البائرة فلبى إقبال هذا النداء الخائن أهله فباع بيته وهرب وما ندري أين هو الآن، وهو ممن يدافع عن الجمعية والمؤسسة بالشدة وقال : إن الشيخ يحيى قد تراجع عن فتواه في تحريم الجمعية وهي منسوخة بفتواه الجديدة لأهل الهند، ونشر هذا الكلام في البلاد. وهو من أمناء لقمان وجواسيسه.
(18) الفضل الجيربوني المعروف بواوان. متستر، وكان يطعن في الشيخ يحيى بقوله :أنه لا ينصف حين طرد ياسين وشلته، وقال: لماذا تنشر ملازم في ابني مرعي ولا تنشر ملازمهم.
(19) آيف شفر الدين سياسي ، مغن،طباخ، لعاب،جويهل، صاحب السمر ، له أشعار غزلية ألقاها بين أصحابه فوق جبل حول دماج وهو كان رئيس لجنة الجهاد ، ولما ألغيت اللجنة ذهب إلى دماج هاربا من المشاكل التي وقعت بينه وبين الأساتذة، وجلس فيها فترة لم يهتم بالدروس ولا العلم بل همه الطباخة والتجول والترفه والتنعم والضحك واللعب مع كبر سنه ثم رجع إلى البلاد وفتح مركزا خاصا للأطفال دعمته الجمعية الكبيرة له ، وهو ممن يدافع عن الجمعية بشدة.وله دفاع عن ابني مرعي وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(20) أيوب أبو أيوب مفتون، متعصب مكث فترة يسيرة في دماج وكان في بداية الأمر نشيطا جلس بجانب الشيخ في الصف الأول، فلما جالس المفتونين صار منهم وكان زميل أيف وشلته في إلقاء الأشعارعلى الجبل تضييعا للوقت ، ولما رجع إلى البلاد التقى بشيخه جعفر صالح وهو من مزق الإعلان لبرامج محاضرة الشيخ أبي عبد السلام حسن بن القاسم الريمي.
(21) جعفر صالح الجاكرتي متعصب ، جمعي جلس فترة يسيرة في دماج ولما رجع أقام معهدا بالجمعية، وصد بعض الثابتين على إلقاء المحاضرة.
(22) حسن راشد
من متعصبي عبيد الجابري ، خريج الجامعة الإسلاية ، وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(23) خضر بن عبد الرحيم مكث في دماج مدة وهو ممن أسر العداوة للثابتين لما كان في دماج ثم ذهب إلى السعودية تهريبا ومسكته الحكومة ثم ردته إلى البلاد وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(24) خليف الهادي جمعي متسول مكث في دماج فترة يسيرة ثم رجع وأقام جمعية، اسمها ” جمعية دار الآثار”
(26) ذو الأكمل جمعي متوقف متسول من خريج الجامعة الإسلامية.
(27) ذو القرنين جمعي، متسول، من أكبر دعاة المتوقفين وهو ممن يستقبل عبد الله ابن مرعي في رحلته الأخيرة واستدعى إلى مركزه وصار مترجمه، وقد أمرنا شيخنا- حفظه الله- بتركه ونهى عن مجالسته.
(28) رضى الجاكرتي مدافع عن المرضى ويجالسهم ويكون سفيرا ومترجما لهم إذا كان أحدهم اعتدى حسيا على الثابتين قام هو وأعوانه للدفاع عنه إما بالشفاعة أو بالتماس الأعذار لهم.
(29) رويفع بن سليمي
مفتون ، هو قائم مع لقمان في مركز احد خريج الجامعة الإسلاية ، وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(30) سعيد أبو حذيفة صاحب الدنيا، مفتون بها، لقبه الشيخ بصاحب العفاري، كان في مأرب مع أبي الحسن ثم انتقل إلى دماج عند الفتن ولم يكن له موقف طيب، ثم اجترح سوءا فطرد من دماج لكن شفعه بعض الناس، ثم ذهب وأقام جمعية في صنعاء، وبعد فترة ذهب إلى الشحر ثم عاد إلى البلاد ثم رجع إلى صنعاء وفتح عيادة للتدليك ، وبلغنا عن بعض اليمنيين الذي قد تعالج عنده، أنه دلك رجالا ونساء.
(31) سهل أبو عبد الله ذو سوء الخلق، متدهور، متوقف، أخبرنا بذلك حمزة الحديدي وكان صاحب تسميعه وسأله عن حاله في هذه الفتنة فقال : أنا متوقف ولست وحدي في هذا المعهد بل أصحابي كثير.
(32) سيف الله الجاوي مسكين ضعيف، من عملاء لقمان ، جمعي وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(33) عارف المكاسري مفتون مخدوع، مكث في دماج يسيرة ثم خرج منها لأجل الدنيا وهو الآن فيما أخبرنا أنه في الشخر.
(13) عارف صاحب النظارة مسكين مفتون متعصب، جلس فترة يسيرة وهو صاحب أبي محفوظ الكذاب.معروف بمجالسة المرضى اليمنيين وغيرهم وخرج من دماج مع زميله هاربا إلى الفيوش.وقد كان في بداية الفتنة تكلم في الشيخ يحيى حفظه الله بكلام سيئ.
(34) عبد البر مفتون متعصب لعبد الله بن مرعي جدا، وقد درس في دماج مدة ثم ذهب إلى الشحر وهو ممن استدعى عبدالله في رحلته الأخيرة
(35) عبد الجبار وهو من المخذلين لمشاييخ دار الحديث وقال : هؤلاء مشايخ جدد وحقر شأنهم وهو أيضا ممن وقع في رسالة مفتوحة .
(36) عبد الحق ضعيف ، مخدوع، ومن كلامه : إن دماج قد تغيرت الآن ، وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(37) عبد الرحمن داني الطبيب مفتون متعصب ، مكث في دماج فترة يسيرة ، وهو من أصحاب حسين الجزائري المفتون، ومن خدام أبي خالد التاجر الضال. خرج من دماج إلى الشحر ففتح هناك عيادة المرضى مشغول بها.
(38) عبد الرحمن لنبوك مفتون ومغرور بلقمان، جلس في دماج فترة يسيرة وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(39) عبد الرحمن مبارك متعصب، مكث فترة في دماج ثم رجع وأقام معهدا مع الجمعية وكان معهده محلا لمحاضرة عبد الله بن مرعي ولقمان.
(40) عبد السلام جويهل زعيم المدرسة ، متسول جمعي مفتون
(41) عبد الصمد بن سالم باوزير ممن وقع في رسالة مفتوحة ومن زميل لقمان ومؤثريه .
(42) عبد الله فالو مريض ، متوقف، لما سأله الأخ صديق عن فتنة عبد الرحمن قال: أنا متوقف، وسئل عن لقمان ، قال : ليس بحزبي ولكنه مخطء، وسئل عن الجمعية، قال : أنا مع أستاذي عسكري، وسئل عن أبي عبايا قال:قد سألته عن ذلك ولكن لا ينبغي أن يعظم أمره.
(43) عبد المعطي أبو محمد الميداني لما كان في دماج في بداية فتنة جعفر عمر طالب كان أشدهم دفاعا عنه، ثم رجع إلى البلاد وحصل بينه وبين لقمان شيئ ثم اصطلحا وهو الآن معه في صده عن الحق، ومن أفاعيله أنه نهى عن انتشار الملازم الصادرة من دماج.
(44) عثمان أبو عبد الله من زميل الشافعي وعمل بعمله في إلغاء محاضرة الشيخين وهولما كان في دماج من المتوقفين.
(45) عدي عبد الله مسكين ، ضعيف، مريض من المرضى وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(46) عفيف الدين السداوي ممن لا يعرف معروفا ولا شكورا لشيخه والدار التي تربى فيها ، وقد كان يتبجه على الملأ بأنه من خواص تلاميذ شيخنا يحيى أول ما نزل البلاد ثم في هذه الفتنة غمز ولمز شيخنا -حفظه الله- بكلام فاحش ، وضحك مسرورا لما سمع لقمان وقع في شيخنا ، وكان يكذب على عبد الله الجحدري –حفظه الله- حيث كتب رسالة إليه وأخبر أنه أقام مركزه بلا تسول ولا صندوق ولا جمعية بل الواقع خلافه، عنده جمعية اسمها: “البينة السلفية” وهو من رؤساء هذه الفتنة في إندونيسيا وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(47) عليم الدين الميداني متعصب مفتون مريض، مكث مدة يسيرة في دماج معروف بمجالسة المرضى وهو المتهم بالكاتب المجهول الخائن الكذاب الجبان “أبي محفوظ علي بن عمران بن آدم الأندونوسي”، خرج من دماج هاربا إلى الفيوش فيما أخبرنا.
(48) عمر فوسو من جواسييس لقمان وأمنائه في دماج. مكث في دماج يسيرا ثم خرج منها بعد فتوى عبيد الجابري.
(49) قمر سعيدي
خريج الجامعة الإسلاية ، وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة
(50) لطفي (pak RT). مخذول مفتون، مكث في دماج يسيرا ، وخرج منها في أوائل الفتنة وله أقوال رديئة في الشيخ يحيى حفظه الله ، ومن أقواله السيئة أيضا أنه قال: إن طريقة دعوة الشيخ مقبل -رحمه الله- التي بغير الجمعية والتسول – لا يصلح أن نطبقها في بلادنا لأن الدعوة في بلادنا لا تقوم إلا بالجمعية.
(51) لقمان باعبده حزبي خبيث من أردى أتباع ابني مرعي وقد تكلم فيه شيخنا يحيى حفظه الله والشيخ محمد مانع والشيخ أبو عمرو الحجوري والشيخ محمد بن حزام والشيخ عبد الله الإرياني وغيرهم ، وقد أخبرنا بعض أصهاره الحضرميين أن عبد الرحمن بن مرعي نفسه جرحه وأفتى بطرده لما استفتوه في بعض قضية وقعت بين لقمان وبينهم فسألوا عبد الرحمن وأبهموا المسؤول عنه فأجاب قائلا : هذا الرجل لا يصلح أن تؤووه ولا أن تعاونوه بل ارموه. أو كما قال ، فقد ستر الأخ المذكور هذه القضية زمانا طويلا لأنه ظهر من لقمان التوبة والتراجع ولكن لما سمع وقرأ مما فعله لقمان بدماج والشيخ يحيى حفظه الله ما يستطيع أن يصبر على هذا، انتصارا للحق وأهله. والخبر عند محمد باريدي وطالب الحضرميين بتمامه. قال عبد الكريم الحضرمي المسجل حفظه الله :وقد أحرجه الشيخ مقبل رحمه الله مرة مما فعله، فأقامه أمام الطلاب بعد أن ضرب أخا يمنيا وقال له : لماذا تضرب أخاك يا أبا عبد الله؟؟ ثم جلس.
وقال الأخ يوسف الجزائري : لقمان حزبي من رأسه إلى قدمه.
(52) محمد السربيني مكث في دماج فترة ثم رجع فأقام الدعوة بالجمعية وهو ممن تدهور بهذه الفتنة حيث كتب بعض رسائل في دفاعه عن ابني مرعي وكلامه في دماج وشيخها بكلام فاحش وقد رد الأخ طارق البعداني -حفظه الله- على تلك الرسالة بعنوان :” الرد الشرعي على المفتري محمد السربيني ” وقدمها شيخنا حفظه وقال: الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه، أما بعد:
فقد طلب مني أخونا المفضال الداعي إلى الله أبو عبد الله طارق بن محمد الخياط البعداني حفظه الله أن أنظر فيما جمعه في رسالته هذه المسمى “الرد الشرعي على المفتري محمد السربيني وأمثاله من مماسح حزبية عبدالرحمن بن مرعي” فرأيت ما جمعه في الرسالة المذكورة يحتوي على ردٍّ واضحٍّ وبيانٍ فاضحٍ لنقولات المفتري السربيني المذكور وأمثاله من مماسح هذه الحزبية الجديدة، فجزى الله أخانا أبا عبدالله طارق البعداني خيرًا ونفع به وكبت أهل الإفك والإفتراءات والحماية عن التحزب وأهله كالسربىني ومثله، والله الموفّق.
كتبه يحيى بن علي الحجوري
في جماد الأولى 1430 هـ
وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
محمد بارمين مفتون ، متعصب ، مكث يسيرا في دماج ولا يهتم بالدروس بل أكثر أوقاته في السفريات، ثم رجع وأقا معهدا على الجمعية.
(53) محمد رفاعي متستر ، مريض، ومن أصحاب أبي عبايا فإنه سافر معه في آن واحد، متوقف لما كان في دماج، وبعد أن رجع إلى البلاد ، فإنه هو وبعض المتعصبين جاءوا إلى أبي حازم فأمروا بإيقاف الكلام في ابني مرعي.
(54) مختار أبو نسيم المعروف بابن رفاعي متعصب مفتون مكث في دماج مدة وجلس مع المفتونين العدنيين وغيرهم قال بعض الحراس : علمت أنه مريض. وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة .
(55) مروان أبو حفص ضعيف ، متسول، جمعي مكث في دماج فترة يسيرة وليس له كبير فائدة وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(56) منذر مفتون، مكث فترة في دماج وهومن أصحاب بلال الجزائري المريض .
(57) مهيمين مزعزع،متلون، مفتون ، مكث في دماج فترة يسيرة ثم رجع إلى البلاد على حال متحير، تارة مع أصحاب الجمعية وتارة مع لقمان .
(58) ميمون غلام أبي خالد التاجر الضال، كان في بداية الأمر يمشي على الجادة ولما جالس المفتونين صار منهم، وصار لا يهتم بالدروس بل مشغول عند سيده درينتو طول الأيام .
(59) يونس أخو فوزان مريض من المرضى جلس في دماج فترة، ساكتا في الظاهر ومروجا في الباطن وهو ممن زكاه لقمان بأنه من أفاضل إخوانه في دماج، قال شيخنا حفظه الله : تزكيته جرح ، وهو ممن وقع في رسالة مفتوحة.
(60) عبد العزيز البانجوونجي متستر ومقاول (من أكبر البنائين) ، غلام أبي خالد، لقماني ،لما أخبر أن لقمان قد جهز له شيئا في مركزه تبسم مسرورا، مكث في دماج مدة يسيرة ولم يهتد بدروس الشيخ حفظه الله بل مرة من المرات إنه يستمع درس ابن عقيل، ثم دعاه الشيخ إلى منوله ونصحه ولم يلبث إلا يسيرا حتى رجع إلى لبلاد مع أبي عبايا.

Peringatan:
Bagi yang tidak menerima dengan jadwal di atas, maka segera menunjukkan sikap ruju’nya dengan syarat yang telah ditentukan Alloh bagi yang telah berbuat seperti perbuatan kalian yaitu
+إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيم _ [البقرة/160 ]
Pertama : Taubat kepada Alloh dengan syarat-syaratnya:
Pertama: menyesali atas apa yang telah lewat dari perbuatan kalian membela orang yang tidak pantas dibela, dan mendiskreditkan orang dan tempat yang tak patut untuk kalian hinakan.
Kedua : tidak mengulangi perbuatan yang keji yang telah kalian taubati, dengan berusaha sekuat mungkin untuk menghindari majlis-majlis yang menggiring kembali kepada kekotoran.
Ketiga: meminta halal atau maaf kepada yang pernah kalian sakiti atau dholimi, kalian telah berbuat dholim tehadap Darul Hadits dan pengelola dan yang menjalankan roda perjalanannya yakni Syaikh Yahya dan para Thullabnya, maka tidak bisa diterima pembenahan diri kalian kecuali dengan meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Kedua: Perbaikan diri, baik secara lisan, tulisan, perbuatan atau pergaulan, dengan tidak duduk-duduk dengan mereka yang masih berpenyakit dan penuh syubhat.
Ketiga : Menerangkan dan menjelaskan dengan terang-terangan(sebagaimana kalian terang-terangan melakukan kejahatan dengan ikut serta bergabung dengan mereka) bahwa kalian pernah terjerumus kedalam kekeliruan dan ketergelinciran, dan sekarang kalian telah mengakui bahwa perbutan yang telah lewat adalah keliru dan salah dan telah datang saatnya untuk berlepas diri dari seluruh kekejian yang telah kalian lakukan.
Kalau syarat-syarat tersebut kalian penuhi dengan sebenar-benarnya dan kesungguhan niat serta kikhlasan hati, itu semua menunjukan betapa besar jiwa kalian, dan betapa mulia akhlak kalian, dan Alloh tidak akan menyia-nyiakan usaha kalian.
Sebaliknya apabila kalian tetap bersikeras pada pendirian kalian, bahkan mungkin semakin membabi buta atau mungkin mentertawakan apa yang tertulis diatas, maka tidak sedikitpun merugikan kami bahkan akan merugikan kalian sendiri:
+يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ_ [يونس : 23]
Dan ingat bahwa Alloh tidak akan diam dengan perbuatan kalian, dan tidak akan membiarkan kerusakan diatas bumiNya, bahkan selalu mengawasinya, dan akan mengganjarnya sesuai tingkatannya.
Dan ketahuilah bahwa dengan keras kepala kalian ini akan menjadi sejarah hitam bagi kalian selama tidak ada perbaikan, karena penentang kebenaran akan mendapatkan kehinaan yang tidak ringan, sebagaimana yang telah terjadi pada umat sebelum kita.
Jangan kalian merasa besar dengan banyaknya pengikut dan seponsor yang menyertai kalian, karena bagaimanapun besarnya suatu kekuatan akan tetapi berlandaskan kesalahan dan kebobrokan pijakan apalagi kalau diatas kedholiman dan aniaya, pasti akan runtuh dan hangus, baik cepat atau lambat.
Ketahuilah bahwa angan-angan kalian dari awal permulaan fitnah hingga kini semakin nampak kegetirannya, bukankah kalian ditipu dengan berbagai bualan murahan yang tak terbukti sedikitpun, seperti apa yang pernah mereka janjikan bahwa para ulama baik ulama Yaman atau Haromain akan angkat suara menghantam Dammaj dan syaikh Yahya, para masyayikh akan besatu mentahdzir Dammaj dan syaikhnya, atau mungkin kalian berangan-angan kotor ketika terjadinya serangan dari Rofidhoh bahwa Dammaj akan sirna dan tak tersisa lagi, itu adalah angan-anagan kotor yang menunjukkan keringnya kecemburuan kalian terhadap kebenaran dan terlalu dalamnya kecenderungan kalian terhadap kebathilan akibat ‘ashobiyah yang telah menancap kuat dihati kalian, sehingga kalian tidak bisa lagi menggunakan akal adil dan sehat kalian dalam menilai suatu permasalahan.
Sementara kami, dengan banyaknya rongrongan dan besarnya goncangan semakin menambah kuat keyakinan kami atas kebenaran yang kami genggam, dan semakin menambah kemantapan kami atas janji Alloh dan semakin menjadi pemacu kami untuk selalu mengharap pertolonganNya, karena kami telah melihat langsung dengan mata kepala kami besarnya pertolongan Alloh dan agungnya penguatan Alloh kepada hambaNya yang berada di jalanNya, dan semakin jelas bagi kami ucapan Alloh ta’ala:
+ إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آَمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ * يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ_ [غافر : 51 ، 52]
+ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ * وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ * ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ * أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا * ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ آَمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لَا مَوْلَى لَهُمْ _ [محمد : 7 – 11]
+وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَى قَوْمِهِمْ فَجَاءُوهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِين_ [الروم : 47]
+ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آَمَنُوا كَذَلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ الْمُؤْمِنِينَ * قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي شَكٍّ مِنْ دِينِي فَلَا أَعْبُدُ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ أَعْبُدُ اللَّهَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ _ [يونس : 103 ، 104]

DAFTAR ISI
MUQODDIMAH 2
USAHA PARA PENGHIANAT UNTUK MENGAHANCURKAN DA’WAH 4
FITNAH ABUL HASSAN 8
FITNAH SHOLIH AL BAKRY 14
FITNAH ABDURRAHMAN AL ‘ADANY 17
POINT I:TERJADI PERPECAHAN DALAM DAKWAH 31
POINT II : PENGHINAAN 33
POINT III: ADU DOMBA YANG SENGIT 35
POINT IV: TAHDZIR BUTA 36
POINT V : FANATIK BUTA 39
POINT VI : AL WALA’ DAN BARO’ YANG SEMPIT 40
POINT VII: BERKUMPUL DENGAN SEBAGIAN KELOMPOK HIZBY 42
POINT VIII: TIDAK ADANYA SIKAP INGKAR MUNGKAR 43
POINT VIX : MENJAUHKAN & MENELANTARKAN PELAJAR PEMULA DAN PARA PEMUDA DARI KEBAIKAN 44
POINT X : LEMAH SEMANGAT DALAM MENUNTUT ILMU 46
POINT XI : BANYAK ABSEN DARI DARS 48
POINT XII: TAQLID BUTA (MENGIKUTI ORANG YANG BUKAN HUJJAH TANPA DALIL) 50
POINT XIII: TIDAK MENGHARGAI KINERJA ORANG LAIN DAN PENIPUAN KEPADA SEBAGIAN ULAMA’ 53
POINT XIV: PERAMPASAN TERHADAP MASJID AHLUSSUNNAH 54
POINT XV: GERAKAN BAWAH TANAH 54
RENUNGAN: KISAH MEMILUKAN DAN MEMALUKAN 63
DAFTAR SEBAGIAN MUTAWAQQIFIEN 72
& MUTA’ASHIBIN 72
DAFTAR ISI 107