tentang Jami’ah Islamiyah di Madinah

Pernyataan Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-‘Abbad tentang Jami’ah Islamiyah di Madinah,
Sebuah Kenyataan
yang Tidak Bisa Dipungkiri,
Ambillah Pelajaran Wahai Para Salafi
Ditulis oleh : Abu Zakariya Irham Al-Jawi
الحمد لله رب العالمين والعاقبة للمتقين ولا عدوان إلا على الظالمين ، والصلاة والسلام على المبعوث رحمة للعالمين وعلى آله وأصحابه ومن تبعه إلى يوم الدين وأما بعد:
Sudah menjadi sunnatulloh bahwa al-haq akan menang, cepat atau lambat, dan kebathilan akan terkuak walaupun pembawanya berusaha sekuat tenaga dan menempuh berbagai cara dan muslihat.
Alloh telah berfirman:
          
“Sebenarnya Kami melontarkan yang haq kepada yang batil lalu yang haq itu menghancurkannya, Maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.” [QS. Al-Anbiya’:18]
Belum lepas dari ingatan salafiyyin seputar Jami’ah Islamiyah di Madinah yang disulut oleh ‘Ubaid Al-Jabiri, kemudian ditiup oleh pengikutnya semisal Sarbini dan Luqman Ba’abduh serta orang-orang yang semisal dengan mereka, sehingga apinya berkobar dan menyebar luas.
Permasalahan tersebut tidak lain adalah tuduhan dan cercaan mereka kepada Syaikh kami, Abu ‘Abdirrohman Yahya Al-Hajuri, bahwa beliau telah berfatwa dengan fatwa keji dan mungkar karena telah berani menghukumi bahwa Jami’ah Islamiyah ada hizbinya, serta menasehatkan thulabul ‘ilmi untuk belajar ke tempat yang lebih bagus dari sisi kemurnian manhajnya. (Lihat kembali bantahan kami kepada Sarbini dalam buku “Di Atas Al-haq Kami ‘kan Berlabuh”)
Sungguh fatwa Syaikh kami tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang-orang bodoh atau orang-orang yang telah terjangkiti penyakit ta’ashshub, sehingga berusaha sebisa mungkin untuk menjatuhkan lawan. Oleh karena itu, kami berikan kabar gembira kepada seluruh salafiyyin, dengan turunnya pernyataan Syaikh ‘Abdul Muhsin, mantan rektor Jami’ah Islamiyah sendiri yang berisi paparan ringkas tentang keadaan Jami’ah yang menguatkan kebenaran Syaikh kami dan menguak borok ta’ashshub ‘Ubaid, Sarbini dan kawan-kawannya.
Maka simaklah kisah tragis yang menimpa Jami’ah ini dan marilah kita mengambil pelajaran darinya, sehingga tidak tertimpa bencana yang serupa. Judul pernyataan tersebut adalah:
“Kenanganku Tentang Jami’ah Islamiyah di Madinah Al-Munawaroh Setelah Berlalu Setengah Abad dari Masa Didirikannya.”
Pernyataan ini diambil dari situs sahab.net yang beliau tulis pada 20 Jumadil Akhir 1431.
Setelah beliau memaparkan tentang awal berdirinya Jami’ah yang dipelopori oleh Syaikh Muhammad bin Ibrohim dan Syaikh ‘Abdil ‘Aziz bin Baz, yang penuh dengan kejayaan dan telah menghasilkan para du’at dan ‘ulama yang mumpuni, beliau berkata pada point 16:
“Saat itu (zaman Syaikh Ibnu Baz) adalah saat-saat kepemudaan Jami’ah Islamiyah yang penuh dengan kekuatan dan semangat dalam bidangnya yang khusus (yaitu ‘ilmu Syari’ah), baik dalam belajar-mengajar maupun dalam dakwah. Saat-saat dimana Jami’ah mempunyai wibawa yang tinggi (di mata umat).
Setelah saya ditunjuk sebagai wakil Syaikh ‘Abdul Aziz bin Baz sebagai rektor, selang beberapa waktu saya singgah di kediaman beliau sebelum berangkat ke Jami’ah. Saat itu Syaikh ‘Abdulloh Al-Khushoin sedang membacakan kepada beliau macam-macam mu’amalah demi kemaslahatan kaum muslimin. Beliau berkata kepadaku: “Tadi malam saya bermimpi sedang menuntun seekor bakaroh (onta muda), dan engkau menggiringnya dari belakangnya. Aku tafsirkan bahwa bakaroh tersebut adalah Jami’ah Islamiyah.” Bakaroh adalah unta betina yang masih muda.
Sungguh saya telah menggiring unta muda tersebut di belakang beliau selama 2 tahun. Setelah beliau pindah dari Jami’ah, akulah yang menuntun sendiri unta itu selama 4 tahun penuh.
Adapun kehidupan baru Jami’ah -sebagaimana yang diklaim wartawati itu- di awal-awal kemunduran Jami’ah pada bidangnya yang khusus, pada hakikatnya adalah masa-masa ketuaan dan kelemahan yang patut untuk di kasihani. Sungguh aku telah menjalani kehidupanku dengan Jami’ah ini, dan aku dapati masa-masa mudaku di masa-masa kepemudaannya yang penuh dengan kekuatan. Kemudian aku dapati pada masa tuaku masa-masa ketuaan Jami’ah, kerapuhan dan kelemahannya (Tua Renta)(1). Hanya Alloh-lah tempat kembali segala perkara, yang telah berlalu maupun yang yang akan datang.
Sungguh suatu perkara yang menyedihkan dan menjadikan hati ini terenyuh sakit ketika melihat Jami’ah yang dibangun di atas ketaqwaan di awal berdirinya, dibangun oleh dua Syaikh yang mulia; Syaikh Muhammad bin Ibrohim dan ‘Abdil’ Aziz bin Baz, kemudian setelah berlalu setengah abad keadaannya berubah menjadi seperti debu yang beterbangan.”
Mungkin sebagian kita bertanya-tanya, kenapa Syaikh ‘Abdul Muhsin menyebut-nyebut wartawati? Kalaulah sekedar menyebut wartawan mungkin tidak terlalu mengherankan kita, tapi beliau menyebut wartawati. Jawabannya adalah pernyataan beliau sebelumnya. Pernyataan yang membuat dahi semakin berkerut dan hati ini terasa sesak dan bulu kuduk merinding. Suatu musibah yang sama sekali tidak terbesit di benak salafiyyin bisa menimpa Jami’ah tersebut. Beliau berkata:
“Di tengah-tengah aku mempersiapkan pernyataan ini, tiba-tiba aku dikejutkan dengan sebuah selebaran tertanggal 30/5/1431 H, yaitu sehari sebelum genapnya setengah abad dari umur Jami’ah Islamiyah. Selebaran itu berisi kesepakatan yang telah disebarkan surat kabar Riyadh tentang keputusan-keputusan Majlis Ta’lim Al-‘Ali (semacam Depdiknas di negara kita). Tertera dalam point pertama keputusan tersebut: Pembukaan 3 cabang fakultas di Jami’ah Islamiyah Madinah Al-Munawaroh, yaitu Fakultas Ilmu Pengetahuan Umum(Sains), Fakultas Komputer dan Fakultas Tehnik.”
Jadilah Jami’ah Islamiyah yang dulu menjadi kebanggaan salafiyyin tidak jauh beda dengan unversitas-universitas yang di sana ada mata kuliah keduniaaan dan mata kuliah ‘ilmu agama.
Kira-kira akan kemanakah tujuan mahasiswanya di saat-saat manusia berlomba-lomba untuk mengejar dunia??? Rosululloh bersabda:
«فوالله لا الفقر أخشى عليكم ، ولكن أخشى عليكم أن تبسط عليكم الدنيا كما بسطت على من كان قبلكم ، فتنافسوها كما تنافسوها وتهلككم كما أهلكتهم »[متفق عليه]
“Tidaklah aku khawatir kefakiran akan menimpa kalian, akan tetapi yang aku khawatirkan kepada kalian adalah terbukanya dunia, sehingga kalian berloba-lomba dalam mengejarnya sebagaimana mereka mengejarnya, dan dunia itupun menghancurkan kalian sebagaimana mereka telah dihancurkannya.”[Muttafaq ‘Alaih]
Kemudian Syaikh melanjutkan penuturannya: “Diantara perkara yang paling aneh dan mengherankan adalah ketetapan Majlis Ta’lim Al-‘Ali yang berupa persetujuan pembukaan kuliah Syari’ah dengan mata kuliah Perundang-Undangan di Jami’ah Al-Jauf, serta penggantian nama kuliah dengan nama Fakultas Syari’ah dan Perundang-Undangan.”
Walaupun point ini tidak terjadi di Jami’ah Islamiyah Madinah, tapi dari sini kita ambil pelajaran bahwa usaha untuk meruntuhkan dan melemahkan syari’at Islamiyah serta kekokohan manhaj di negri Saudi sudah mencapai taraf yang menkhawatirkan. Hanya kepada Alloh lah kita memohon pertolongan dan penjagaan.
Adapun mengenai kemunculan wartawati di Jami’ah Madinah, maka Syaikh mengatakan dalam point ke-15: “Diantara pembukaan baru yang terjadi di Jami’ah adalah masuknya para wartawati di tempat khusus untuk wanita pada muktamar yang diselenggarakan oleh Jami’ah dengan tema “Teroris” pada bulan yang lalu. Demikian pula adanya dialog antara wartawati tersebut dengan Rektor Jami’ah di penghunjung muktamar.”
Beliau melanjutkan penuturannya dengan penuh keheranan dan pengingkaran: “Aku tidak tahu kenapa bisa sampai terjadi dialog antara wartawati ini dengan pengganti Syaikh Bin Baz yang ke-5??!! Walupun wawancara tersebut melalui situs khusus sebagaimana yang dipahami dari pertanyaan, kenapa wawancara tidak dengan wartawan saja (kenapa harus wartawati??!!) semua ini tidak lain adalah dari makar orang-orang yang sudah termakan pemikiran barat,(1) serta usaha untuk menyebarkan pemikiran tersebut di lembaga-lembaga syari’at dan orang-orang yang di dalamnya. Sungguh adanya wawancara seperti ini memberikan angin segar bagi para wanita (yang sudah mulai rusak fitrohnya) dalam menyerukan gerakan “kebebasan wanita” yang mulai muncul akhir-akhir ini. Hal ini tidaklah pantas terjadi pada seorang Rektor Jami’ah Islamiyah. Sebab munculnya wartawati kebanyakannya tidaklah terjadi kecuali dengan membuka wajahnya dan ikhtilat(campur baur), yang merupakan ‘aib bagi seorang laki-laki untuk melakukannnya. Demikian pula safar tanpa mahrom, yang semuanya itu adalah penyelisihan syari’at islam.”
Inanali llahi wa inna ilahi roji’un, betapa besar ujian yang menimpamu wahai Jami’ah Islamiyah, semoga Alloh memberikan hidayah kepada orang-orang yang punya kuasa untuk mengubah keadaan yang memilukan ini dan mengembalikan Jami’ah Islamiyah sebagaimana zaman Syaikh Ibnu Baz, serta mengokohkan dan menjaga negeri kaum muslimin dari rongrongan hizbiyyin, munafiqin dan orang-orang kafir.
RENUNGAN DAN NASEHAT:
Saudaraku salafiyyin semoga Alloh kokohkan kita di atas manhaj yang haq ini, apakah setelah ini semua kita akan mengatakan bahwa Jami’ah Islamiyah tetap dalam kesalafiyahannya dan mengingkari orang-orang yang mengatakan bahwa di sana hizbiyyun telah menancapkan taring-taringnya! Setiap yang berakal tentu akan menjawab tidak!! Sebab semua perubahan tersebut tidaklah terjadi (setelah taqdir yang Alloh tentukan) kecuali karena adanya hizbiyyun yang bercokol dan berusaha menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka serta menularkan kerusakan-kerusakan yang ada padanya.
Sudah sepantasnyalah bagi kita untuk mengambil pelajaran darinya sehingga markas-markas dakwah salafiyyah tidak terkena musibah yang serupa.
Dan inilah yang kami rasakan di markiz Darul Hadits Dammaj, para hizbi silih berganti melancarkan makarnya untuk meruntuhkan pusat dakwah salafiyyah serta mercusuar ahlus sunnah ini.
Kalaulah tidak karena pertolongan Alloh kemudian kekokohan Syaikh kami, wallohu A’lam apa yang terjadi di markiz ini. Oleh karena itu, ketika beliau (Syaikh YAHYA) dimintai nasehat dan tanggapan seputar pernyataan Syaikh ‘Abdul Muhsin ini beberapa hari yang lalu, beliau menyatakan prihatin dan kesedihannya atas perubahan yang terjadi pada Jami’ah Madinah ini dan menasehatkan bahwa kunci keselamatan adalah dengan tashfiyah yaitu memurnikan dakwah salafiyah dari noda-noda hizbiyyah dan perkara-perkara yang menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan berpegang teguh di atas manhaj salaful ummah.
       
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” [QS. Ali ‘Imron:103]
•    •               
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
Berhati-hati dengan godaan dunia serta terus menerus memohon pertolongan kepada Alloh untuk ditetapkan di atas manhaj salafi ini.
Jika terjadi ketergelinciran segera ruju’ kepada Al-Haq.
Inilah prinsip-prinsip salafi yang barang siapa dengan jujur memegangnya pasti Alloh akan selamatkan dia dari fitnah yang ada
   •   •    
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
سبحانك الله وبحمدك أشهد أن لاإله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Ditulis oleh :
Abu Zakariya Irham Al-Jawi
Di Darul Hadits Dammaj, 3 Rojab 1431 H

Penulis: Admin

Ingatlah bahwa tiada yang berhak disembah selain Allah

10 tanggapan untuk “tentang Jami’ah Islamiyah di Madinah”

  1. semoga Allah memberi hidayah kepada orang-orang yang :” menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka.”

    semoga Allah memberi hidayah kepada orang yang memecah belah umat karena fanatik dan TA’ASHUB terhadap person yang tidak ma’shum.

    semoga Allah memberi hidayah kepada orang-orang yang merasa di atas as-sunnah dan di atas jalan salafussaleh, sedangkan as-sunnah dan assalaf berlepas diri darinya. amiiin….

    Suka

    1. Smoga kita semua kembali ke jalannya salafussholeh yg berbarokah dan tetap di atasnya aamiin.

      Suka

  2. ana masih bingung titik permasalahannya…koq salafy jd gni sih?y d atas haq sbnarnya y mana syapa sih…

    Suka

  3. Bismillah.
    Semoga Allah memberkahi terhadap apapun yang dianugerahkanNya kepada kita. Silakan kunjungi kami islam-itu-mulia.blogspot.com berisi link-link kajian ahlus-sunnah wal-jama’ah dari para Masyaikh dan Asatidz. Semoga bermanfaat.
    -Admin islam-itu-mulia.blogspot.com

    Suka

  4. Semoga Allah Ta’ala Membungkam mulut Alhajuri yang penuh fitnah terhadap para masyaikh Ahlussunah dg kotoran manusia.

    Suka

  5. Bismillah ya Abu Hafids janganlah kau menuduh kaum muslimin dengan tuduhan tanpa bukti sungguh kelak itu akan dimintai pertanggaungjawabannya. Berkatalah dengan ilmu kalau tidak punya ilmu maka diamlah itu lebih selamat bagimu. Mereka itu ulama tidak sebanding dengan kita yg sangat bodoh dan tersibukkan oleh dunia yang hina, hanya Allah semota yg maha Tau dan tempat kita kembali. Barakallahu fiik

    Suka

  6. SALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AHSALAFY AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

    Suka

Tinggalkan komentar