📚UDZR BIL JAHL (UZUR KARENA BODOH)📚

📚UDZR BIL JAHL (UZUR KARENA BODOH)📚

Syaikh Ibnu Baz rohimahulloh ditanya:

س: السائلة م. هـ مقيمة بالسعودية، تقول: أرجو توضيح هذه العبارة من كلام شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله، قال رحمه الله: (إن القول قد يكون كفرا، فيطلق القول بتكفير صاحبه، ويقال: من قال كذا فهو كافر؛ لكن الشخص المعين لا يحكم بكفره حتى تقوم عليه الحجة التي يكفر تاركها). هل هذا عام في الأقوال والأفعال الاعتقادية والعملية؟ أفتونا في ضوء هذا السؤال.

P: Penanya M. H. yang tinggal di Saudi Arabia, berkata:

Saya mohon penjelasan tentang kalimat ini yaitu perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh, beliau rohimahulloh berkata: “Sesungguhnya suatu perkataan bisa menjadi sebab kekafiran, maka disebutkan perkataan tersebut bisa mengkafirkan pengucapnya, dan dikatakan: Barangsiapa yang mengatakan seperti ini maka dia kafir; tetapi orang tertentu (secara individu) tidak dihukumi kafir sampai ditegakkan hujjah atasnya yang menyebabkannya menjadi kafir.” Apakah ini umum pada perkataan dan perbuatan yang berkaitan dengan aqidah dan amalan? Berilah kami fatwa dalam pertanyaan ini.

Syaikh rohimahulloh manjawab:

ج: نعم هذا هو الصواب، فإذا سب الله، أو سب الرسول عليه الصلاة والسلام، أو استهزأ بالدين فهذا كفر، لكن إذا كان في بلاد يجهل هذا، ولا يعلم أن هذا لا يجوز؛ وأن هذا كفر إذا كان يظن أنه جائز وهذا ليس بين المسلمين، بل في بلاد الكفرة، بلاد غريبة عن الإسلام؛ يظن أنه يخفى عليه الأمر؛ يبين له؛ فإذا عاد إلى هذا بعد ما يبين له أن هذا حرام وأن هذا لا يجوز، يكفر؛ إذا سب الله؛ أو سب الرسول صلى الله عليه وسلم أو سب الدين أو سب الإسلام، يكون كفره أكبر، وهكذا لو سجد لغير الله، سجد للقبور وهو ما عنده مسلمون يرشدونه، في بلاد الكفرة، يعلم حتى يفهم أن هذا منكر وأنه لا يجوز؛ كما قال الله جل وعلا: {وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا} (سورة الإسراء الآية ١٥).

[ابن باز ,فتاوى نور على الدرب لابن باز بعناية الشويعر ,266-1/265]

J: Ya, inilah yang benar, jika ia mencela Alloh, atau mencela Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, atau mengolok-olok agama maka ini kekufuran, tetapi jika ia berada di negeri yang tidak mengetahui hal ini, dan tidak tahu bahwa ini tidak boleh; dan bahwa ini kekufuran jika ia mengira bahwa ini boleh dan hal ini bukan diantara kaum muslimin, bahkan di negeri-negeri kafir, negeri-negeri yang asing dari Islam;  diperkirakan bahwa tersembunyi darinya perkara (kebenaran); maka diberitahukan kepadanya; maka jika ia mengulang kembali hal ini setelah diberitahukan kepadanya bahwa ini haram dan bahwa ini tidak boleh, ia kafir; jika ia mencela Alloh; atau mencela Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam atau mencela agama atau mencela Islam, maka dia dikafirkan dengan kekafiran besar (murtad), dan begitu pula jika ia sujud kepada selain Alloh, sujud kepada kubur dan tidak ada di sisinya kaum muslimin yang memberinya petunjuk, di negeri-negeri kafir, ia diberi tahu sampai ia mengerti bahwa ini munkar dan bahwa ini tidak boleh; sebagaimana Alloh Ta’ala berfirman: {Dan Kami tidak akan mengazab (mereka) sebelum Kami mengutus seorang rosul} (Surat Al-Isro’ ayat 15).

📖[Fatwa Nur ‘Ala ad-Darb li Ibnu Baz, 1/265-266]

Catatan penerjemah:
Penerjemah katakan:
Syaikh Ibnu Baz mempunyai beberapa fatwa berkaitan dengan masalah udzr bil jahl kadang beliau berpendapat tidak ada udzr bil jahl, kadang beliau berpendapat ada pengecualian, kadang juga berpendapat ada udzr, namun yang kami pandang yang paling kuat adalah pendapat beliau yang diatas, dan memang terkadang para ulama mempunyai beberapa pendapat pada masalah tertentu yang biasanya pendapatnya yang lama mereka tinggalkan setelah mereka mengkaji kembali dalil-dalil yang ada, wallohu ta’ala a’lam.

📝Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui
https://whatsapp.com/channel/0029VaALfMAGJP8PEIsVk33P

WAJIBNYA MENCINTAI ROSUL DIATAS SELURUH MAKHLUQ

📚WAJIBNYA MENCINTAI ROSUL DIATAS SELURUH MAKHLUQ📚

Berkata Imam AlBukhory rohimahulloh ta’ala:

حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ، عَنْ عَبْدِ العَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ح وحَدَّثَنَا آدَمُ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :

«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»

Dari Anas rodhiyallohu anhu berkata: berkata Nabi shollallohu alaihi wa sallam: “Tidak beriman seorang dari kalian sampai saya lebih dicintai dari orang tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya.” (Shohih AlBukhory no 15)

Berkata Ibnu rojab rohimahulloh:

فُلَا يَكُونُ الْمُؤْمِنُ مُؤْمِنًا حَتَّى يُقَدِّمَ مَحَبَّةَ الرَّسُولِ عَلَى مَحَبَّةِ جَمِيعِ الْخَلْقِ، وَمَحَبَّةُ الرَّسُولِ تَابِعَةٌ لِمَحَبَّةِ مُرْسِلِهِ. وَالْمَحَبَّةُ الصَّحِيحَةُ تَقْتَضِي الْمُتَابَعَةَ وَالْمُوَافَقَةَ فِي حُبِّ الْمَحْبُوبَاتِ وَبُغْضِ الْمَكْرُوهَاتِ

[ابن رجب الحنبلي ,جامع العلوم والحكم ت الأرنؤوط ,2/396]

Maka seorang mu’min belum sebenarnya beriman sampai dia mengutamakan kecintaan kepada Rosul diatas kecintaan seluruh makhluq, dan kecintaan kepada Rosul mengikuti kecintaan kepada pengutusnya (yaitu Alloh), dan kecintaan yang benar mengharuskan pengikutan dan kesesuaian dalam kecintaan kepada hal-hal yang dicintai dan kebencian kepada hal-hal yang dibenci.

📖 (Jamiul ulum wal hikam, Ibnu Tojab Alhambaly, 2/396)

📝Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

https://t.me/ilmui/496/963

PEMBOIKOTAN PRODUK MERUPAKAN HAK PENGUASA KAUM MUSLIMIN

📚
PEMBOIKOTAN PRODUK MERUPAKAN HAK PENGUASA KAUM MUSLIMIN
📚

Berkata Assyaikh Ibnu Baz rohimahulloh ta’ala:

كل دولة تنظر في مصلحتها، فإذا رأت أن من المصلحة للمسلمين في بلادها الصلح مع اليهود في تبادل السفراء والبيع والشراء، وغير ذلك من المعاملات التي يجيزها شرع الله المطهر، فلا بأس في ذلك.
وإن رأت أن المصلحة لها ولشعبها مقاطعة اليهود فعلت ما تقتضيه المصلحة الشرعية، وهكذا بقية الدول الكافرة حكمها حكم اليهود في ذلك.
والواجب على كل من تولى أمر المسلمين، سواء كان ملكا أو أميرا أو رئيس جمهورية أن ينظر في مصالح شعبه فيسمح بما ينفعهم ويكون في مصلحتهم من الأمور التي لا يمنع منها شرع الله المطهر.



“Setiap negara melihat maslahatnya, jika mereka melihat bahwa diatara maslahat bagi kaum Muslimin di negerinya untuk berdamai dengan Yahudi dalam pertukaran duta besar dan jual beli, dan transaksi lainnya yang diizinkan oleh syariat Alloh yang suci, maka tidak ada salahnya dalam hal itu. Dan jika mereka melihat bahwa maslahat mereka dan rakyatnya adalah memboikot Yahudi, maka mereka melakukan apa yang menuntut kepentingan syar’i, dan demikian pula negara-negara kafir lainnya hukumnya sama dengan Yahudi dalam hal itu. Dan kewajiban bagi setiap orang yang mengurus urusan kaum Muslimin, baik itu raja atau amir atau presiden untuk melihat kepentingan rakyatnya dan mengizinkan apa yang bermanfaat bagi mereka dan menjadi kepentingan mereka dari hal-hal yang tidak dilarang oleh syariat Alloh yang suci.

📖 (Majmu’ fatawa ibnu Baz 8/223-224)

Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakaassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

https://t.me/ilmui/496/956

ALLOH YANG MENURUNKAN HUJAN

📚ALLOH YANG MENURUNKAN HUJAN📚

بسم الله الرحمن الرحيم

Berkata Alloh ta’ala:

وَهُوَ ٱلَّذِى يُنَزِّلُ ٱلْغَيْثَ مِنۢ بَعْدِ مَا قَنَطُوا۟ وَيَنشُرُ رَحْمَتَهُۥ ۚ وَهُوَ ٱلْوَلِىُّ ٱلْحَمِيدُ.

Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Wali lagi Maha Terpuji.
(Asy Syuura 42:28)

Berkata Syaikh Ibnu Nashir Assa’dy rohimahulloh ta’ala:

{وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ الْغَيْثَ} أي: المطر الغزير الذي به يغيث البلاد والعباد، {مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا} وانقطع عنهم مدة ظنوا أنه لا يأتيهم، وأيسوا وعملوا لذلك الجدب أعمالا فينزل الله الغيث {وَيَنْشُرُ} به {رَحْمَتَهُ} من إخراج الأقوات للآدميين وبهائمهم، فيقع عندهم موقعا عظيما، ويستبشرون بذلك ويفرحون. {وَهُوَ الْوَلِيُّ} الذي يتولى عباده بأنواع التدبير، ويتولى القيام بمصالح دينهم ودنياهم. {الْحَمِيدُ} في ولايته وتدبيره، الحميد على ما له من الكمال، وما أوصله إلى خلقه من أنواع الإفضال.

{Dan Dialah yang menurunkan hujan} yaitu: hujan lebat yang dengannya Dia menghidupkan negeri dan para hamba, {setelah mereka putus asa} dan terputus hujan itu darinya selama waktu yang mereka kira tidak akan datang kepada mereka, dan mereka berputus asa dan  mereka melakukan amalan untuk kekeringan itu suatu amalan lalu Alloh menurunkan hujan {dan menyebarkan} dengannya {rahmat-Nya} diantaranya mengeluarkan makanan untuk manusia dan ternak mereka, maka itu terjadi di sisi mereka sebagai kejadian yang besar, dan mereka bersuka cita dengan itu dan bergembira. {Dan Dialah Wali} yang mengurus hamba-hamba-Nya dengan berbagai jenis pengaturan, dan juga senantiasa mengurus penjagaan untuk kepentingan agama dan dunia mereka. {Yang Terpuji} dalam kekuasaan dan pengaturan-Nya, Yang Terpuji atas kesempurnaan yang Dia miliki, dan apa yang Dia sampaikan kepada makhluk-Nya dari berbagai jenis keutamaan.

📖 [Tafsir As-Sa’di = Taysir Al-Karim Ar-Rahman, halaman 758]

Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

JAGA TELINGA DAN LIDAH

📚JAGA TELINGA DAN LIDAHMU📚

Berkata Imam Muslim rohimahulloh ta’ala:

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ، حَدَّثَنَا أَبِي، ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ قَالَا: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Mu’adz Al-‘Anbari, telah menceritakan kepada kami bapakku, dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrohman bin Mahdi, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Khubaib bin ‘Abdurrohman, dari Hafs bin ‘Ashim, dari Abu Huroirah, dia berkata: Rosululloh ﷺ berkata:

«كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ»

“Cukuplah seseorang berdusta dengan menceritakan segala sesuatu yang dia dengar.” (Shohih Muslim juz 1 hal 10)

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimiin rohimahulloh ta’ala:

يعني أن الإنسان إذا صار يحدث بكل ما سمع من غير تثبت وتأن، فإنه يكون عرضة للكذب، وهذا هو الواقع ولهذا يجيء إليك بعض الناس يقولون: صار كذا وكذا، ثم إذا بحثت وجدت أنه لم يكن، أو يأتي إليك ويقول: قال فلان كذا وكذا، فإذا بحثت
وجدته لم يقل، وأعظم شيء أن يكون هذا فيما يتعلق بحكم الله وشريعته بأن يكذب على الله فيقول في القرآن برأيه ويفسر القرآن بغير ما أراد الله أو يكذب على النبي صلى الله عليه وسلم يقول: قال النبي صلى الله عليه وسلم كذا.
وهو كاذب، أو ينقل حديثا يرى أنه كذب وهو لم يكذبه ولكن يقول: قال فلان كذا وكذا عن رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو يرى أنه كذب فإنه يكون أحد الكاذبين كما بين ذلك النبي صلى الله عليه وسلم ويزداد إثم التقول إذا تشبع الإنسان بما لم يعط، كما في حديث المرأة أنها يكون لها ضرة يعني زوجة أخرى مع زوجها فتقول إن زوجي أعطاني كذا وأعطاني كذا وهي كاذبة، لكن تريد أن تراغم (تغيظ) ضرتها وتفسدها على زوجها، فهذا كما قال النبي صلى الله عليه وسلم: المتشبع بما لم يعط كلابس ثوبي زور أي كذب.

Yaitu jika seseorang mulai berbicara tentang segala sesuatu yang dia dengar tanpa memeriksa dan meneliti kebenarannya, maka dia dapat termasuk dalam kategori berbohong. Ini adalah kenyataan, dan itulah mengapa beberapa orang datang kepada Anda dan mengatakan, ‘Ini terjadi seperti ini dan itu,’ tetapi ketika Anda mencari tahu, ternyata tidak benar. Atau ada orang yang datang kepada Anda dan mengatakan, ‘Fulan berkata begini dan begitu,’ tetapi setelah Anda mencari tahu, ternyata Fulan tidak pernah mengucapkan hal tersebut. Hal yang lebih buruk adalah ketika ini terjadi dalam konteks hukum Alloh dan syariat-Nya. Seseorang berbohong tentang Alloh dengan mengatakan sesuatu dalam Al-Quran menurut pendapatnya sendiri atau menafsirkan Al-Quran dengan cara yang tidak sesuai dengan maksud Alloh, atau dia berbohong atas Nabi ﷺ dengan berkata bahwa Nabi telah mengucapkan ini, padahal dia berdusta, atau dia menukil sebuah hadits dia mengetahui itu dusta dan dia tidak mendustaknnya, tetapi dia berkata: berkata fulan demikian dan demikian dari Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam dan dia tahu itu adalah dusta maka orang seperti ini termasuk di antara para pendusta, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi ﷺ.

📖 Syarh Riyadhossholihin ibnu Utsaimiin, juz 6 hal 186.

📝 Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

AGAMA ITU MUDAH

📚AGAMA ITU MUDAH📚

Berkata Imam AlBukhory rohimahulloh ta’ala:

حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلاَمِ بْنُ مُطَهَّرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ مَعْنِ بْنِ مُحَمَّدٍ الغِفَارِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ المَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

«إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا، وَأَبْشِرُوا، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ».

Telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin Mutahhar, dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali, dari Ma’n bin Muhammad Al-Ghifari, dari Sa’id bin Abi Sa’id Al-Maqburi, dari Abu Huroiroh, dari Nabi صلى الله عليه وسلم berkata:

“Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidak ada seorangpun yang memberat-beratkan (dalam menjalankan) agama kecuali dia akan dikalahkan olehnya. Maka teguhlah kalian, mendekatlah kalian (ke jalan yang benar), bersukacitalah, dan minta bantuanlah kalian dengan waktu pagi hari dan petang serta sedikit dari akhir malam”. (Shohih AlBukhory no. 39)

Berkata Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rohimahulloh ta’ala:

وقوله صلى الله عليه وسلم: (إلا غلبه) أي: غلبه الدين، وعجز ذلك المشاد عن مقاومة الدين لكثرة طرقه. (والغدوة) سير أول النهار، (والروحة) : آخر النهار. (والدلجة) : آخر الليل. وهذا استعارة وتمثيل،
ومعناه: استعينوا على طاعة الله عز وجل بالأعمال في وقت نشاطكم وفراغ قلوبكم، بحيث تستلذون العبادة ولا تسأمون، وتبلغون مقصود كم، كما أن المسافر الحاذق يسير في هذه الأوقات ويستريح هو ودابته في غيرها، فيصل المقصود بغير تعب. والله أعلم.

Dan perkataan Nabi shollallohu alaihi wa sallam: “kecuali dia akan dikalahkan olehnya”, yaitu dikalahkan oleh agama, dan perkara yang berat itu melemahkan dari menegakkan agama dikarenakan banyaknya jalannya. Alghodwah artinya perjalanan di awal siang, dan Arrouhah artinya akhir siang, dan Adduljah artinya akhir malam, dan ini adalah ungkapan dan perumpamaan, dan maknanya adalah minta tolonglah kalian untuk ketaatan kepada Alloh azza wa jall dengan amalan-amalan di waktu segarnya kalian dan kosongnya hati-hati kalian, supaya kalian merasa nyaman beribadah dan kalian tidak bosan, sehingga kalian mencapai tujuan kalian, sebagaimana musafir yang cerdik berjalan di waktu-waktu ini dan dia beristirahat bersama tunggangannya diselain waktu tersebut, sehingga diapun sampai ke tujuan tanpa kelelahan, wallohu a’lam.

📖 Syarh Riyadhussholihin, Ibnu Utsaimin: 2/222

📝 Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

HARTA ITU UJIAN

📚FITNAH (UJIAN) HARTA📚

Berkata Imam Attirmidzy rohimahulloh ta’ala:

حدثنا أحمد بن منيع حدثنا الحسن بن سوار حدثنا ليث بن سعد عن معاوية ابن صالح أن عبد الرحمن بن جبير بن نفير حدثه عن أبيه عن كعب بن عياض قال سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول:

Menceritakan kepada kami Ahmad bi Mani’, menceritakan kepada kami AlHasan bin sawwar, menceritakan kepada kami Laits bin sa’d, dari Mu’awiyah bin Sholih bahwasanya Abdurrohman bin Jubair bin Nufair, menceritakan kepadanya dari bapaknya dari Ka’b bin Iyadh berkata: saya mendengar Nabi shollallohu alaihi wa sallam berkata:

“إن لكل أمة فتنة وفتنة أمتي المال.”

“Setiap ummat ada fitnahnya (ujiannya), dan ujian ummatku adalah harta.”

📖 (Shohih Attirmidzy, Alalbany: 2336)

📝Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakaassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

KEIKHLASAN DALAM DA’WAH

KEIKHLASAN DALAM DA’WAH

Alloh ta’ala berkata:

لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ.

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai kecerdasan. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: 111)

Berkata Syaikh Ibnu Nashir Assa’dy rohimahulloh ta’ala:

ومنها: أنه ينبغي ويتأكد على المعلم استعمال الإخلاص التام في تعليمه وأن لا يجعل تعليمه وسيلة لمعاوضة أحد في مال أو جاه أو نفع، وأن لا يمتنع من التعليم، أو لا ينصح فيه، إذا لم يفعل السائل ما كلفه به المعلم، فإن يوسف عليه السلام قد قال، ووصى أحد الفتيين أن يذكره عند ربه، فلم يذكره ونسي، فلما بدت حاجتهم إلى سؤال يوسف أرسلوا ذلك الفتى، وجاءه سائلا مستفتيا عن تلك الرؤيا، فلم يعنفه يوسف، ولا وبخه، لتركه ذكره بل أجابه عن سؤاله جوابا تاما من كل وجه.

Diantara pelajaran darinya (kisah Nabi Yusuf): adalah bahwa seharusnya dan selayaknya seorang alim menerapkan keikhlasan sepenuhnya dalam pengajarannya dan tidak menjadikan pengajaran sebagai alat untuk kompensasi salah satu dari kekayaan, kedudukan, atau keuntungan. Dan agar hal itu tidak menahannya dari memberikan pengajaran atau nasehat jika penanya tidak melakukan apa yang telah diamanahkan oleh pengajar. Seperti yang dilakukan oleh Nabi Yusuf alaihissalaam, ketika beliau menyarankan kepada seorang pemuda untuk mengingatkan dirinya kepada tuannya, dan kemudian pemuda itu lupa, lalu ketika mereka mengirim pemuda itu kembali untuk bertanya kepada Yusuf, dia mendatangi Yusuf sebagai penanya yang meminta fatwa tentang mimpi. Yusuf tidak marah atau menghukum pemuda itu karena dia melupakan amanahnya, malah dia menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang sempurna dari setiap sisi.

 Tafsir Assa’dy, halaman 407

Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

https://t.me/ilmui/496/877

JANGAN TERPEDAYA DENGAN DUNIA

JANGAN TERPEDAYA DENGAN KENIKMATAN DUNIA

Berkata Alloh ta’ala:

لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَٱخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ، وَقُلْ إِنِّىٓ أَنَا ٱلنَّذِيرُ ٱلْمُبِينُ.

“Janganlah sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. Dan katakanlah: “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan”.” (Al Hijr: 88-89)

Berkata Syaikh Ibnu Nashir Assa’dy rohimahulloh ta’ala:

{لا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ} أي: لا تعجب إعجابا يحملك على إشغال فكرك بشهوات الدنيا التي تمتع بها المترفون، واغترَّ بها الجاهلون، واستغن بما آتاك الله من المثاني والقرآن العظيم، {وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ} فإنهم لا خير فيهم يرجى، ولا نفع يرتقب، فلك في المؤمنين عنهم أحسن البدل وأفضل العوض، {وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ} أي: ألن لهم جانبك، وحسِّن لهم خلقك، محبة وإكراما وتودُّدا، {وَقُلْ إِنِّي أَنَا النَّذِيرُ الْمُبِينُ} أي: قم بما عليك من النذارة وأداء الرسالة والتبليغ للقريب والبعيد والعدو والصديق، فإنك إذا فعلت ذلك فليس عليك من حسابهم من شيء، وما من حسابك عليهم من شيء.

“”Janganlah sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu),” yaitu jangan engkau terpesona yang akan membawamu untuk sibuk memikirkan kenikmatan duniawi yang dinikmati oleh orang-orang yang hidup mewah, dan membuat tertipu olehnya orang-orang bodoh. Dan merasa cukuplah dengan apa yang Alloh berikan kepadamu berupa (bacaan Alfatihah) yang diulang-ulang dan Al-Quran yang agung. Janganlah pula merasa sedih terhadap mereka, karena mereka tidak memiliki kebaikan yang bisa diharapkan atau manfaat yang ditunggu darinya. Cukup bagimu yang ada pada orang-orang beriman lebih baik dari mereka, sebagai pengganti dan penebus yang lebih baik.

“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”, yaitu berlemah-lembutlah kepada mereka, dan tunjukkan akhlak yang baik kepada mereka, berikan cinta, pemuliaan, dan kedekatan. “Dan katakanlah, ‘Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang jelas.'”, yaitu tunaikanlah kewajibanmu dalam memberi peringatan, menyampaikan risalah, dan berda’wah kepada mereka, baik yang dekat maupun yang jauh, baik yang menjadi musuh maupun yang menjadi teman. Jika engkau melakukan hal itu, maka engkau tidak akan diminta pertanggungjawaban apa pun terhadap mereka, dan mereka juga tidak akan dimintai pertanggungjawaban terhadapmu.”

 Tafsir Al-Sa’di, Halaman 434.

: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

https://t.me/ilmui/496/866